Mengembalikan "Kasih yang Mula-Mula"


Beberapa waktu yang lalu, seorang teman komsel yang sedang belajar memuridkan bercerita kepada saya, “Kak, aku punya teman di luar kota. Secara tidak resmi, anggaplah aku ini seperti ‘perisai’ yang menjaga-i-nya. Temanku bilang hidupnya sangat jauh dari Tuhan. Dia ingin kembali lagi bisa merasakan kedekatan dengan Tuhan, tapi rasanya sulit. Mesti gimana, ya, kak?”

Kisah teman saya tersebut di atas mirip dengan kisah seseorang yang saya temukan di sebuah blog konseling. Lebih tepatnya, di sedang bertanya seperti ini: “Saya sudah lama lahir baru, tetapi dalam masa itu saya banyak mengalami jatuh bangun dalam iman. Saya pernah jatuh cukup lama dan saya sama sekali mempedulikan Tuhan. Saat ini saya ingin lagi dekat dengan Tuhan, tetapi yang saya rasakan terkadang hampa dan kadang rasanya Tuhan jauh dari saya walaupun saya sudah berdoa. Hati saya seperti tidak ada lagi "kasih mula-mula" seperti saat pertama saya menerima Yesus sebagai Juruselamat. Bagaimana caranya untuk mengembalikan "kasih yang mula-mula"?”

Hummm… apakah kita juga tidak asing dengan kisah-kisah di atas? Atau bahkan kita sendiri sedang mengalaminya? Dan kita pun juga tidak tahu serta terus bertanya-tanya, apa ‘resep jitu’ mengembalikan kasih mula-mula?

"Kasih mula-mula" memang luar biasa. Ada perasaan yang ikut meledak- ledak dalam diri kita saat kita mengerti bahwa diri kita telah diampuni, diterima, ditebus dan diselamatkan oleh Kristus. Hidup kita diubahkan sehingga memiliki kerinduan untuk ingin mencari Tuhan dan menceritakan perbuatan-Nya yang ajaib pada semua orang yang kita temui. Kita menjadi seperti bayi-bayi yang terus menerus haus dan menginginkan air susu ibu yang murni. Ada banyak berkat rohani yang kita rasakan mengalir dalam hidup kita.

Dan seringkali yang menjadi masalah bagi orang Kristen dalam hubungan mereka dengan Tuhan ialah saat perasaan itu seakan-akan mulai menghilang. Ada kesadaran bahwa mendekatkan diri kepada Tuhan menjadi tidak lagi mudah, harus diusahakan dan perlu kerja keras. Sebagaimana layaknya bayi yang bertumbuh menjadi anak, ia sekarang harus belajar makan sendiri, tidak lagi minta disuapi. Ia juga menjadi semakin rewel soal makanan apa yang dipilih. Ini kadang Tuhan pakai sebagai sarana untuk kita bertumbuh. Dalam kehidupan rohanipun ada kecenderungan seperti itu. Tuhan sepertinya tidak lagi hadir dengan sendirinya, harus dicari, tapi rasanya seakan tak berdaya untuk membawa diri mendekat kepada Tuhan. Jika pada saat-saat seperti ini kita undur dari Tuhan, maka keadaan menjadi semakin sulit untuk kembali kepada Tuhan.

Namun bukan berarti Tuhan benar-benar jauh dari kita. Ia sebenarnya selalu dekat dengan kita, bahkan Ia menginginkan kembali kepada-Nya. Perasaan sulit untuk kembali kepada Tuhan sebenarnya karena ada yang menghalangi antara kita dengan Tuhan, yaitu:

1.Dosa-dosa kita
Namun jika kita datang kepada Tuhan untuk bertobat sungguh-sungguh dan memohon ampun akan dosa-dosa yang kita lakukan, serta berjanji untuk tidak lagi undur dariNya, maka Ia setia dan akan mengampuni serta mengembalikan hubungan kita dengan Tuhan. Nah, jika Tuhan telah mengampuni kita, maka kita pun harus bersedia untuk mengampuni diri sendiri. Sudahkah hal ini kita lakukan?
 
2.Akar pahit
Kekecewaan terpendam yang belum dibereskan, konflik panjang yang belum diselesaikan, bisa menjadikan hati kita “beku” terhadap “sentuhan” kasih Tuhan. Semakin kita mengeraskan hati terhadap teguran dan tuntunan Firman dan menjauhkan diri dari kasih karunia Tuhan, kita akan semakin pahit. Akibatnya, kita semakin kering, gersang dan “beku.” Bereskan segala kepahitan, kekecewaan dan pergilah berdamai. Maka Tuhan akan menerima persembahan kita, dan tembok yang menghalangi perjumpaan kita dengan Tuhan akan runtuh.

Jadi, tidak ada cara yang lebih ampuh untuk membuat kita bisa kembali mengalami hadirat dan kasih-Nya selain kita terus datang dengan setia kepada-Nya. Melihat ketulusan dan kesetiaan kita mencari Pribadi-Nya dalam doa, maka Ia tidak akan tega membiarkan kita, karena Ia sangat mengasihi kita.

Tahukah Anda bahwa saat-saat dimana kita rasanya berat untuk berdoa justru sebenarnya adalah saat-saat dimana kita perlu dan harus berdoa?

Tuhan jauh terlebih rindu kepada kita dibandingkan kerinduan kita kepada-Nya. Karena itu janganlah putus asa. Awalilah dengan jam doa yang teratur, perenungan Alkitab yang rutin, bergabung dengan kelompok anak-anak Tuhan yang bisa mendorong Anda dalam iman. Janganlah tergoda dengan bujukan iblis, lawanlah dia dengan kekuatan yang dari Tuhan.