Liputan Mission Trip Youth, Desa Sawahan & Dusun Bomo – Nganjuk, 22-24 April 2011


Kami berkesempatan melayani di Desa Sawahan, Nganjuk, tepatnya di sebuah jemaat lokal yang dipimpin Bp. Pdt. Obed Kasiyanto. Di sana jemaat yang tertanam sekitar 25 orang, tetapi yang aktif hanya 15 orang. Di sana kami (berlima) beroleh kesempatan melayani ibadah Jumat Agung dalam pujian penyembahan serta khotbah Firman Tuhan. Kami juga melakukan doa keliling untuk mengikat roh jahat dan melepaskan damai sejahtera Tuhan bagi Sawahan. Kami juga menyediakan waktu untuk berkunjung ke rumah-rumah jemaat dan mendoakan mereka. Tak lupa kami membantu segala aktifitas di pastori gereja, seperti memasak, membersihkan rumah dan ruang gereja.

Pada saat ibadah Jumat Agung, kami membagikan kebenaran Firman Tuhan tentang kasih kepada sesama karena Yesus sudah terlebih dahulu mengasihi dan mengampuni kita. Tuhan melawat jemaat yang hadir dan respon jemaat pun sungguh luar biasa. Ketika ibadah Paskah pada hari Minggu, kami membagikan kebenaran tentang kasih yang membawa kita pada kemenangan atas masa lalu, permasalahan, kekuatiran dan pergumulan hidup.

Secara garis besar kebutuhan jemaat di Sawahan adalah kebangunan rohani dan peneguhan-peneguhan atas pergumulan hidup mereka. Puji Tuhan bahwa jemaat di Sawahan mendapatkan peneguhan-peneguhan dari Tuhan melalui pelayanan kami.

Adapun tantangan yang kami hadapi selama mission trip ke Sawahan, Nganjuk adalah letak geografis yang cukup menantang serta jarak rumah jemaat yang cukup berjauhan ditambah lagi keterbatasan waktu, sehingga kami merasa bahwa pelayanan kunjungan kami ke rumah-rumah jemaat kurang maksimal. Tapi kami bersyukur beroleh kesempatan dari Tuhan untuk berbagi hidup dengan sesama tubuh Kristus di Sawahan, Nganjuk. (Christofel Angelo, PKS Youth)


Setelah mengantarkan tim pertama ke Desa Sawahan, kami berangkat dengan mobil COLT sewaan menuju Dusun Bomo. Keterangan yang kami dengar bahwa jarak dari Sawahan ke Bomo hanya 5 km saja, tetapi kenyataannya itu adalah 5 km terpanjang kami, karena kondisi jalan yang kami tempuh cukup rusak parah  dan naik turun berkelok-kelok. Sesampainya di Bomo, kami disambut oleh Bapak Gembala Freddy dan istrinya, Ibu Martha. Setelah berkenalan, kami menyempatkan diri untuk beristirahat, melakukan doa keliling, lalu bersiap melayani ibadah Jumat Agung pada sore harinya. Saat kami di sana, gedung gereja sedang dalam tahap pembangunan gedung pastori. Para jemaat yang pria membantu di sana, sehingga kami menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan mereka selama masa istirahat kami. Beberapa dari kami (yang pria) juga sempat membantu mengangkat beberapa bahan material bangunan.

Di gereja Bomo, kami melayani ibadah Jumat Agung dan ibadah Paskah. Sekalipun jumlah jemaat di gereja ini hanya ± 20 orang dan mereka tergolong keluarga petani yang pra sejahtera, namun dalam keterbatasannya mereka memiliki antusiasme yang tinggi untuk datang beribadah. Mereka datang setengah jam sebelum ibadah dimulai dan sangat ekspresif ketika puji-pujian dinaikkan serta responsif ketika Firman Tuhan kami bagikan. Kuasa Tuhan melawat setiap ibadah yang kami layani karena para jemaatnya memang sangat haus dan rendah hati untuk dipulihkan serta dikuatkan. Selain melayani di ibadah, kami juga mengunjungi rumah para jemaat dengan berjalan kaki ke sana. Kami sangat menikmati perjalanan kami dan terlebih lagi ketika kami sampai di rumah-rumah jemaat. Mereka sangat bahagia ketika kami mengunjungi mereka dan di sana kami mendengarkan cerita-certa mengenai hidup mereka. Kami tahu bahwa tidaklah mudah menjadi pengikut Yesus di sana. Mereka adalah minoritas dan mereka kerapkali dijauhi lingkungan mereka. Tetapi, situasi ini tidak menyurutkan iman mereka kepada Yesus. Mereka berkata bahwa sekalipun menderita maupun miskin, tetapi Tuhan Yesus yang akan membela dan memelihara mereka. Luar biasa iman mereka.

Pengalaman paling menarik di sana adalah ketika secara tiba-tiba kami diundang untuk melayani di dusun Bareng pada hari Sabtu malam. Bapak Freddy yang sejatinya diundang, menyerahkan pelayanan itu pada kami. Berkat kasih karunia Tuhan Yesus, kami pun berangkat ke sana untuk melayani. Di sinilah pengalaman menariknya! Perjalanan dari Bomo ke Bareng sangatlah jauh dan melewati jalan yang lebih curam dan rusak. Belum cukup, kondisi waktu itu hujan deras dan gelap (tidak ada penerangan sama sekali di jalan). Namun anehnya, tidak ada sedikit ketakutan pun yang kami rasakan. Entah mengapa, di tengah situasi mencekam itu, hati kami merasa tenang. Kami pun sampai di tempat dengan selamat dan antusias melayani di sana.

Kami sungguh sangat puas dengan perjalanan mission trip kami kali ini. Bukan karena pelayanan kami, tetapi karena kami merasakan sendiri kuasa Tuhan bekerja lewat pelayanan kami dan lewat kesaksian jemaat di sana. Bukan hanya kami yang memberkati mereka, namun mereka juga memberkati kami dengan rasa cinta mereka kepada Tuhan Yesus. (Johan Alvin Khosuma/Komsel Debby-Youth)


Saat mission trip, saya belajar untuk melayani, saling berbagi, saling menolong, dan peduli terhadap orang lain. Di sana saya juga belajar untuk mandiri. Yang terutama, di tempat mission trip saya belajar seperti murid-nurid Yesus untuk berani memberitakan Injil dan mengajak jemaat di sana untuk tetap setia menjadi murid Kristus. (Lucy, Komsel Debora)

Mission trip yang luar biasa. Saya diajar dan diteguhkan bagaimana penyertaan Tuhan yang tidak pernah mengecewakan, mulai dari persiapan, keberangkatan, hingga kepulangan Tuhan menyediakan segala yang kami perlukan tanpa harus memikirkan dan mengkuatirkannya. Apapun yang kita perbuat demi nama-Nya, Ia akan buat itu berhasil. Saat tidak ada pemain musik, Tuhan tiba-tiba mengembalikan feel bermain gitar saya, sehingga saya bisa bermain gitar. Ketika saya diberi kesempatan membagikan Firman, Tuhan melawat setiap jemaat yang mendengar. (Christofel Angelo, PKS Youth)

Melalui mission trip ini saya banyak belajar untuk mengandalkan Tuhan, sebab keterbatasan waktu dan bahasa yang ada. Saya berkesempatan membagikan Firman Tuhan di ibadah Paskah. Sebelum berangkat mission trip, saya sudah menyiapkan khotbah, tetapi berkali-kali mengalami revisi. Pada hari H, barulah Tuhan memberi saya hikmat untuk menyusunnya. Saya sangat diberkati oleh tim saya. Setiap kami bekerja sangat baik dan belajar saling lemah lembut dan rendah hati untuk menerima serta melakukan tanggung jawab yang diberikan. (Debora RA, PKS Youth)

Semua harapan saya sebelum mengikuti mission trip terpenuhi. Mengalami kuasa Tuhan, keluar dari zona nyaman, melayani jiwa-jiwa dan mengembangkan kapasitas. Saya sangat diberkati dengan kesaksian hidup para jemaat dan Bapak Pdt. Freddy, Ibu Martha istrinya serta anaknya Joy di Bomo. Semangat saya dalam melayani Tuhan semakin disegarkan dan diperbaharui. Salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya. (Alvin, Komsel Debora)

Setelah ikut mission trip, semangat saya menjadi lebih menyala-nyala lagi dalam Tuhan. Awalnya semangat untuk melayani dan ibadah saya mulai menurun, seakan-akan jenuh dan melakukan segalanya hanya sebatas tanggung jawab serta rutinitas. Oleh karena itu, mission trip ini menjadi momentum yang membakar kembali semangat dan kerinduan saya untuk melayani Tuhan lebih lagi. Selain itu mission trip ini juga sebagai kesempatan untuk memperbesar kapasitas saya di dalam melayani Tuhan. (Rianti Joanita, Komsel Christofel)

Selama mengikuti mission trip di Dusun Bomo, saya belajar tentang disiplin waktu dari jemaat di sana. Mereka semua sudah hadir paling sedikit setengah jam sebelum ibadah dimulai, padahal tempat tinggal mereka cukup jauh dan mereka harus berjalan kaki untuk ke gereja. Bahkan dalam kondisi cuaca yang buruk sekalipun, mereka tetap hadir di gereja. Antar jemaat juga terlihat kompak. Hanya saja, selain bapak gembala dan istrinya, masih belum ada orang lain yang bisa membantu mereka dalam hal pemahaman Alkitab, sehingga banyak dari mereka yang belum bisa menggali Firman Tuhan. Setahu saya di sana juga belum ada pembinaan rohani secara rutin. (Ika, Komsel Oscar)

Menyenangkan sekali  bisa melayani saudara seiman di sana, saling berbagi pengalaman mengenal Yesus dan saling menguatkan. Saya dibuat kagum akan kehidupan jemaat (seperti jemaat mula-mula yang menjadi kaya dalam kekurangan masing-masing). Saya juga punya pengalaman naik bis Surabaya-Nganjuk dan di situ mendapatkan definisi baru mengenai kata "longgar" dalam bis dari kernet bis. (Satrio, Komsel Debora)

Pada awalnya saya sempat ragu untuk mengikuti mission trip karena ada beberapa teman yang mendadak tidak ikut, tetapi Tuhan kemudian ingatkan saya mengenai integritas. Di sana saya belajar banyak mengenai kehidupan yang sederhana dan apa adanya. Mereka tetap mempersembahkan hidup yang terbaik bagi Tuhan dengan keterbatasan yang mereka miliki. Awesome mission trip! (Felix, Komsel Debora)

Mission trip kemarin merupakan pengalaman yang luar biasa dan sesuatu yang tak terlupakan. Di sana saya banyak belajar melayani, mendoakan, dan mendengarkan setiap permasalahan yang dihadapi masing-masing orang serta benar-benar belajar untuk terus peka terhadap apa yang dikatakan Tuhan. (Lisa, Komsel Christofel)

Perjalanan yang sebenarnya cukup melelahkan, tetapi ternyata tidak membuat saya merasa capek, karena saya merasakan atmosfir kesetiaan jemaat di Bomo terhadap Tuhan sungguh luar biasa. Keadaan serba minim dan kekurangan serta perjalanan ke gereja yang jauh dari tempat tinggal mereka tidak menghalangi para jemaat untuk rasa cinta dan antusias kepada Tuhan Yesus. Saya sangat diberkati dan merasa bersyukur bisa melayani di sana. Mission trip membuat saya lebih berapi-api di dalam Tuhan. (Agus, Komsel Christofel)