Resensi Film Letters To God


Tyler baru berusia delapan tahun ketika dia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa umurnya tidak akan lama lagi karena penyakit kanker yang dideritanya. Walaupun begitu, Tyler tetap menjalani hari-harinya dengan penuh keceriaan. Dia tidak ingin membuat orang-orang yang menyanginya menjadi sedih kalau dia menderita. Tiap hari Tyler berusaha untuk berinteraksi dengan keluarga maupun para tetangganya. Walaupun begitu, Tyler selalu menyempatkan waktu untuk sendirian. Dalam kesendiriannya dia menulis surat kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya, dia menceritakan pengalamannya sehari-hari dan juga doa-doanya buat keluarganya bahkan buat teman sekolahnya yang memperolok dia. Tyler bergaul karib dengan Tuhan lewat surat-surat yang ditulisnya.


Selain Tyler, film ini juga menceritakan kehidupan orang-orang di sekitar Tyler yang mengalami banyak pergumulan. Perlahan tapi pasti, Tuhan memakai Tyler untuk membuat mereka menyadari bahwa pengharapan sejati hanya datang dari Tuhan. Film arahan duet sutradara David Nixon dan Patrick Doughtie ini mampu membuat para penontonnya bersimpati pada setiap karakter yang mengalami pergumulan.  Hal ini dikarenakan cerita tidak hanya berpusat pada Tyler saja tapi juga pada orang lain sehingga penonton tidak menjadi bosan. Alur cerita yang dibangun secara perlahan untuk menuju puncak cerita bisa dibilang berhasil.


Film yang menginspirasi ini sangat menyentuh dan membangun iman kita terutama untuk membangun kesadaran akan pentingnya bergaul karib dengan Tuhan. Bagi Anda yang tertarik untuk menonton film ini, tim MFC akan mengadakan nonton bareng film Letters To God pada acara Krispen Movie.