Cerita di Balik Layar Ben Hur

Jika Anda lahir sekitar tahun 1950-an, mungkin Anda mengenal kisah Ben Hur. Karya klasik ini ditulis oleh seorang Jenderal bernama Lew Wallace, tahun 1899. Karya ini kemudian diangkat ke layar lebar dan dibintangi oleh Charlton Heston, yang memenangkan 11 piala Oscar termasuk di dalamnya kategori film terbaik pada tahun 1959. Film yang mengharukan ini menceritakan tentang kasih, penderitaan, dan pergumulan antara kebaikan melawan kejahatan.


Ceritanya, Judah Ben Hur, tokoh utama dalam film ini sejak kecil bersahabat dengan Marsalla. Judah adalah keturunan Yahudi, sedangkan Marsalla, tidak. Judah berasal dari keluarga bangsawan yang sangat kaya di Yerusalem. Sedangkan Marsalla adalah tentara Romawi yang memiliki karir cemerlang. Marsalla kembali ke Yerusalem sebagai perwira (saat itu Romawi sudah menguasai Yerusalem) yang berusaha memperluas kekuasaan Romawi dengan mengajak para bangsawan Yerusalem untuk berpindah memihak Romawi, tak terkecuali Judah. Namun, Judah bersikukuh tidak mau mengkhianati bangsanya demi Romawi. Sejak saat itu Marsalla membenci dan memusuhi Judah.

Suatu hari, tentara Romawi mengadakan pawai untuk unjuk kekuatan. Kemudian terjadi insiden yang akan mengubah hidup Judah Ben Hur. Tiba-tiba ada bata yang jatuh dari lantai atas rumah Judah Ben Hur. Celakanya, bata itu mengenai penguasa Roma. Kontan saja, tentara Romawi menyerbu masuk dan menggelandang keluar Judah Ben Hur serta menghukumnya tanpa pengadilan. Judah dipaksa menjadi budak di sebuah kapal perang Romawi. Marsalla sebenarnya tahu bahwa peristiwa itu bukan kesengajaan dan dia bisa membebaskan sahabatnya itu, tetapi Marsalla sudah dibutakan oleh kekuasaan. Baginya ketiadaan sahabat semasa kecilnya itu akan memuluskan rencananya untuk menaklukkan Yerusalem. Sementara itu, ibu dan adik perempuan Judah juga dijebloskan ke dalam penjara di Yerusalem.

Judah menjadi sangat terluka dan membenci Marsalla. Selama di dalam lambung kapal, sambil mengayuh dayung dia bersumpah untuk bertahan hidup dan kembali ke Yerusalem. Dia bertekad akan membebaskan ibu dan adiknya  serta membalas Marsalla. Menjadi budak di dalam kapal biasanya berlangsung bertahun-tahun. Judah sudah mendayung selama tiga tahun, ketika terjadi pertempuran di laut yang hebat. Kapalnya tenggelam. Dia bisa bertahan hidup, bahkan bisa menyelamatkan Komandan kapal. Sebagai ucapan terima kasih, komandan itu membebaskan dia dari perbudakan dan mengangkatnya sebagai anak. Komandan ini adalah seorang Perwira laut tingkat tinggi dan sangat kaya di Roma.

Ben Hur kembali ke Yerusalem sebagai seorang pemuda yang kaya. Dia mencari Marsalla, yang mengira dirinya sudah mati. Ben Hur menuntut Marsalla supaya membebaskan ibu dan adiknya. Marsalla pergi ke penjara, tetapi mendapati bahwa mereka terkena penyakit kusta. Karena itu, dia lalu membawa kedua wanita itu ke lembah pengasingan untuk orang kusta di luar Yerusalem. Marsalla berbohong pada Ben Hur dengan mengatakan bahwa ibu dan adiknya sudah mati. Hal ini membuat kebencian Ben Hur pada Marsalla semakin besar. Di dalam sebuah balapan kereta kuda, yang diikuti oleh dua orang yang dulu bersahabat ini, terjadi persaingan sengit antara Marsalla dan Judah Ben Hur. Akhirnya, Marsalla terbunuh. Sebelum meninggal dia mengaku pada Ben Hur tentang keadaan ibu dan adik Ben Hur.

Kebencian Judah sudah tidak jelas ditujukan pada siapa lagi. Dia hidup dalam kepahitan. Akhinya dengan putus asa, dia menemui ibu dan adiknya dan membawanya pergi kepada Yesus. Saat itu Yesus merupakan tokoh yang populer karena melakukan banyak mujijat. Akan tetapi ketika sampai di Yerusalem, mereka mendapati Yesus akan disalib. Pupus sudah harapan mereka. Mereka sudah pasrah. Namun, tiba-tiba terjadi gemba bumi di kota itu dan secara ajaib ibu dan adik Ben Hur sembuh dari penyakit kusta. Mengalami hal itu, hati Judah tiba-tiba dijamah kasih Yesus, sehingga ia mau menanggalkan kepahitannya serta melepaskan pengampunan bagi orang yang telah membuat ia dan keluarganya menderita. Akhirnya Judah bersama ibu dan adiknya menjadi beriman kepada Yesus.

Sebuah kisah yang menggetarkan bukan? Tetapi, masih ada kisah di balik layar film ini yang tidak kalah menggetarkan juga. Penulis kisah ini, Lew Wallace, sebenarnya sebelumnya adalah penentang kekristenan. Dia lalu bertekad mempelajari kehidupan Kristus, bukan untuk mengikut Kristus, melainkan justru untuk mencari kelemahan-kelemahanNya. Dia bermaksud membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan hanya manusia biasa. Dia ingin mencari fakta bahwa Yesus tidak pernah bangkit dari kematian-Nya.

Karena itulah dia melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh. Dia begitu asyik mencari bukti-bukti hingga akhirnya justru bukti-bukti itu yang berbalik meyakinkan dia bahwa Yesus memang Tuhan. Dia berlutut dan meminta Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Dia batal menulis buku yang membuktikan Yesus itu bukan Tuhan. Dia justru menulis kisah Ben Hur untuk membuktikan bahwa Yesus memang Tuhan, yang mana Kisah Ben Hur adalah salah satu kisah klasik terbaik dan inspiratif sepanjang masa serta memberkati banyak orang.

Sumber: kisah-inspiratif.blogspot.com