Dari Manakah Akan Datang Pertolonganku?


Kita tidak bisa memungkiri fakta akan bencana dan krisis yang terjadi di mana-mana. Akan tetapi, adakah sesuatu yang lebih nyata daripada yang dilihat oleh mata natural kita? Di mana-mana orang bertanya, dari manakah akan datang pertolonganku? Kepada siapakah kita harus berpaling di tengah keadaan yang porak poranda? Di tengah situasi ekonomi perbankan yang tidak menentu, di tengah kondisi keluarga yang kacau, di tengah kondisi rohani kita yang lesu? Semua orang mencari jawaban, sama seperti raja Daud.

Mazmur 121:1-8 berkata, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, TUHANlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.“

John Hamilton berkata: “Man’s extremities is God’s opportunities”. Artinya “Titik ekstrim manusia adalah peluang bagi Tuhan”, yaitu peluang untuk menyatakan kebesaran, kebaikan, dan pertolongan-Nya.

Pada saat manusia telah mencapai titik ekstrim terendah, manusia telah melakukan segala upaya untuk memperbaiki situasi namun tampaknya tidak ada perubahan, maka ini adalah peluang bagi Tuhan untuk bekerja. Sebagai anak Tuhan, kita dipanggil untuk hidup berjalan dengan iman. Prinsip ini kita temukan di Mazmur 121, yaitu hukum visi (the law of vision). 


Visi Anda memberi dampak pada pikiran Anda

Iman kita menentukan cara pandang kita terhadap provisi Tuhan. Ketika cara pandang kita tentang Tuhan benar, maka kita dapat bergerak pindah dari kebingungan dan keragu-raguan menuju ketenangan, kepuasan, dan damai sejahtera.

Ketika Daud memandang gunung-gunung, dia tidak sekedar melihat yang tampak dengan mata kasat, yaitu dataran tinggi, pohon, tanah, dan batu. Daud memperoleh pewahyuan akan suatu visi. Bagi Daud, gunung-gunung melambangkan karakter Tuhan yang setia dan senantiasa hadir bersamanya. Gunung-gunung juga memperbaharui visi Daud akan kebesaran kuasa Tuhan; bahwa Tuhan tidak dapat digoncangkan oleh situasi dan kondisi apapun. Gunung Sion mewakili hadirat Tuhan di mana Tuhan berdiam. Seperti gunung-gunung mengelilingi Yerusalem, demikian pula Tuhan mengelilingi umat-Nya (Mazmur 125:1-2).

Abraham mentaati Tuhan untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran bagi-Nya karena Abraham menaruh kepercayaan dan imannya di dalam penyediaan Tuhan. Abraham tidak melihat kenyataan di depan mata, melainkan melihat kepada Tuhan sebagai Jehovah Jireh (Kejadian 22:8). Abraham tidak melihat kenyataan di depan mata, melainkan melihat kepada Tuhan sebagai Jehovah Jireh.

Dalam peperangan melawan Aram, pelayan Elisa panik melihat pasukan tentara yang mengepung mereka. Tetapi Elisa tidak takut, dia berdoa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa (2 Raja-Raja 6:15-17).

“Sight is where you are, but faith is where God wants to take you”

Apa yang tampak di depan mata kita adalah tempat di mana kita berada saat ini, tetapi iman adalah ke mana Tuhan akan membawa kita. Anda mungkin melihat masalah dan keterbatasan, tetapi iman membuat kita menyadari akan penyediaan dan kekuatan kuasa-Nya.

Untuk itu sangat penting bagi kita untuk sadar akan strategi dan tipu daya iblis. Iblis tidak akan secara langsung membujuk kita untuk menyembahnya. Dia akan menggunakan cara-cara halus untuk mengalihkan kepercayaan dan ketergantungan kita dari Tuhan kepada sumber dan benda-benda lain seperti tabungan, investasi, pemerintah, karir dll.

Daud tidak menaruh kepercayaannya dalam hal-hal jasmaniah, tetapi di dalam hal-hal rohaniah, yaitu di dalam Tuhan yang maha besar dan maha kuasa. Walaupun Goliat secara jasmaniah adalah raksasa, Daud tidak menciut oleh kenyataan ini. Ketika maju melawan Goliat, senjata Daud hanyalah lima batu kecil dan umban dan kepercayaannya akan Tuhan yang perkasa (1 Samuel 17:45-47).

Takutlah kepada ketakutan itu sendiri

Yang kita harus takuti hanyalah ketakutan itu sendiri. Saat Anda merasa beban Anda terlampau berat, saat Anda merasa ingin menyerah, angkatlah tangan Anda, puji dan sembahlah Tuhan karena siapa Dia. Kemudian, deklarasikan perlindungan dan penyediaan Tuhan atas Anda. Iman dan damai sejahtera Anda tidak tergantung pada situasi dan kondisi alamiah, tetapi pada kepercayaan Anda di dalam janji-janji dan provisi-Nya. 

Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang menepati janji. Dia sumber kekuatan dan pertolongan kita. Tuhan akan berperang untuk kita. Segala sesuatu yang dicuri Iblis dari kita, akan dikembalikan Tuhan kepada kita dengan berlipat ganda. Kita pasti akan menghadapi masalah, tantangan dan peperangan. Itulah kehidupan. Selama kita di bumi kita akan terus menerus diserang dari berbagai sisi oleh Iblis, tetapi kita harus tahu kepada siapa kita percaya dan bergantung. Kita dapat sepenuhnya yakin bahwa Tuhan sanggup menjaga dan memelihara kita dalam setiap aspek kehidupan yang kita komitmenkan kepada-Nya. (sumber: www.indrigautama.org)