Hati Anak

Sering kali kita mendengar istilah “pembapaan”, “hati Bapa, atau “kasih Bapa”. Namun, di sisi lain kita juga sering mendengar kata-kata seperti “Saya merasa tidak dibapai” atau “ia bukan pemimpin yang berhati bapa.”


Orang yang mencari pembapaan atau orang yang mau berhasil dalam hidupnya, perlu mengerti tentang hati anak. Mengapa kebenaran tentang hati anak itu penting? Pertama, syarat agar Tuhan jangan memukul bumi hingga musnah bukanlah hanya hati bapa yang berbalik kepada anaknya, namun juga hati anak yang berbalik kepada bapanya (Maleakhi 4:6). Kedua, Yesus bukan saja memberikan gambaran tentang hati Bapa (Yohanes 14:9), Ia juga memberikan gambaran tentang hati anak. Ibrani 5:8 menuliskan bagaimana sebagai anak Ia belajar taat kepada Bapa.

Kisah anak hilang di kitab Lukas 15:11-32 sering dikhotbahkan untuk menggambarkan hati seorang bapa” Bapa yang menerima dan mengasihi tanpa syarat (walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan), Bapa yang memulihkan kondisi seseorang yang sudah terpuruk. Sebenarnya kisah anak yang hilang ini juga menggambarkan hati anak.

Hati anak sangat penting, bukan saja untuk kita pahami, namun juga untuk kita hidupi, supaya ada keseimbangan antara tuntutan terhadap adanya hati bapa dan perlunya kita menjadi seorang anak yang baik terhadap orang yang kita inginkan untuk membapai kita. Sering kita berharap bahwa bapalah yang harus proaktif, padahal Alkitab memberi gambaran bahwa Yosua, Elisa, Timotius, memberi waktu sebagai anak untuk membangun hubungan dengan bapa rohani mereka. Sering kali kita berpikir bahwa bapalah yang harus mendekati kita, peduli terhadap kita, membela kita, serta mengerti pergumulan kita, tetapi kita jarang menguji diri sendiri apakah kita sudah menjadi anak yang mau mendukung bapanya, anak yang memberi waktu untuk mengerti hati bapanya. Mari uji hati kita, sudahkah kita memiliki hati anak? Mari tidak hanya memiliki hati bapa, tetapi juga hati anak.

Mari kita lihat kualitas hati anak melalui sikap hati, respon, dan tindakan dari anak sulung dan anak bungsu (Lukas 15:11-32):
  1. Hati anak adalah hati yang peduli terhadap apa yang menjadi kepedulian bapanya alias hati yang mengerti hati bapanya (Lukas 15:31-32)
  2. Hati anak adalah hati yang mau menundukkan diri terhadap bapanya (anak bungsu meminta harta bagiannya sebelum waktunya – Lukas 15:12)
  3. Hati anak adalah hati yang tulus, mengerjakan segala sesuatu untuk bapanya bukan dengan maksud untuk mencari upah (anak sulung menuntut upah atas kerja kerasnya selama bertahun-tahun – Lukas 15:26)
  4. Hati anak adalah hati yang tidak mementingkan dirinya, tetapi mengusahakan kepentingan yang lebih besar: kepentingan Tuhan, kepentingan bersama (anak sulung dan anak bungsu memikirkan kepentingan diri sendiri)
Yesus memberi teladan bagaimana sebagai anak Ia taat, memberi waktu untuk bersekutu dengan Bapa, melakukan kepentingan Bapa, menyelesaikan tugas yang dipercayakan, memuliakan Bapa-Nya.