“FIRE!!!”
Ketika mendengar teriakan tersebut dari salah satu panitia, sekitar 40 orang anak muda dengan kompak berdiri lalu menyanyikan sebuah lagu:
“Roh Kudus membakarku,
Menyala layani Tuhan
Menjadi murid Kristus yang sejati
Murid yang radikal
Murid Kristus, bukan iblis”
Itulah lirik “lagu kebangsaan” Youth GBI Kristus Pencipta yang dikumandangkan saat camp pada tanggal 15-17 Mei 2011 di Claket, Pacet. Lirik di atas menggambarkan tujuan dari diadakannya camp ini, yaitu untuk membakar kembali semangat para pelayan Youth dalam melayani Tuhan dan menjadi murid Kristus yang sejati. Tema camp “Desciple on Fire” pun terasa sangat kuat selama tiga hari camp brlangsung. Bagaimana tidak, dari satu sesi ke sesi yang lain, hadirat Tuhan benar-benar kuat melawat peserta, baik lewat pujian maupun Firman Tuhan yang disampaikan.
Selain sesi Firman Tuhan, camp kali ini juga dilengkapi dengan permainan yang lucu, Jurit “Mendadak Bangun” alias “Jurit Dini Hari”, serta outbond yang seru. Setiap acara yang ada dalam camp ini benar-benar telah dirancang sedemikian rupa agar bisa menyampaikan semangat utama dari camp ini. Instruksi dan peraturan yang dibuat oleh panitia bagi para peserta tidak ada yang iseng, semua memiliki maksud tertentu.
Setelah permainan mirip tokoh terkenal yang mengundang banyak tawa, acara dilanjutkan dengan sesi pertama dan kedua. Jeffry Theresna selaku pembicara menyampaikan kebenaran tentang “Haus dan Lapar Akan Tuhan” (God Encounter) serta “Hidup Dalam Komunitas”. Lewat sesi pertama, para peserta diperbaharui pola pikirnya mengenai haus dan lapar akan Tuhan, bahwa jika kita haus dan lapar akan Tuhan, maka cara kita untuk mencari Tuhan pasti berbeda. Sesi kedua membawa para peserta untuk berkomitmen kembali pada komsel mereka. Karena komsel merupakan gaya hidup Allah yang harus kita hidupi.
Hari kedua acara dimulai dengan Jurit Dini Hari pada pukul tiga pagi. Para peserta dibangunkan tiba-tiba tanpa pemberitahuan, lalu secara berkelompok (telah ditentukan sebelumnya) menjalani rute-rute yang seru. Pagi menjelang siang, acara dilanjutkan dengan pengajaran yang dibawakan Penatua kita tercinta, Hanna Ongkosoetrisno mengenai “Menjadi Murid Kristus Yang Radikal.” Sesi ini menyatakan supaya kita sebagai murid Kristus harus “hineni”, siap dan taat meresponi panggilan Tuhan seperti apa yang telah diteladankan oleh Abraham dan Musa ketika mereka dipanggil Tuhan.
Berikutnya acara dilanjutkan dengan outbond yang tak terlupakan. Dibagi menjadi dua grup besar, para peserta dan panitia mengarungi hutan lindung Perhutani untuk mengikuti permainan yang telah disiapkan oleh tim outbond. Medan yang berat dan hujan yang turun tidak menyurutkan semangat peserta untuk menyelesaikan outbond hingga akhir. Dalam outbond, para peserta diajarkan untuk kompak dan saling percaya antar anggota tim. Hari kedua ditutup dengan acara fellowship dan api unggun. Api unggun dilengkapi dengan kesaksian para peserta yang mengalami perubahan dalam camp.
Hari terakhir dimulai dengan saat teduh bersama yang dipimpin oleh rekan kita, Bp. Ferry Wirawan mengenai “Berbuat Baik”. Dua sesi terakhir “Penginjilan” dan “Pemuridan”disampaikan oleh Bp. Donny Tompunu. Sesi tersebut memberikan wawasan kepada para peserta bahwa menginjil dan memuridkan itu sebenarnya sederhana kalau kita mengaplikasikan dengan benar.
Meskipun camp Disciple on Fire telah berakhir, namun api yang telah dikobarkan harus terus dijaga supaya tidak padam, melalui tindakan nyata setiap hari. FIRE!!!!!!(jak)