Saat Teduh 19 - 25 Oktober 2015

Ayat Hafalan:
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. (Mazmur 62: 8)
 
Senin, 19 Oktober 2015
JANGAN PERNAH JEMU BERDOA
Lukas 18:1-8
Apakah Saudara kehilangan semangat dan tidak berselera lagi menjalani aktivitas di pagi ini? Biasanya pada waktu pagi Saudara mengatur persembahan bagi Tuhan melalui saat teduh, tapi mengapa pagi ini tidak Saudara lakukan? Jawabnya mungkin sudah jemu. Secara umum kata jemu berarti sudah tidak suka lagi karena terlalu sering dilakukan, bosan. Mengapa jemu? Mungkin karena doa-doa Saudara belum juga dijawab Tuhan hingga sekarang. Jawaban itu menyiratkan rasa frustrasi dan putus asa karena merasa bahwa saat teduh yang selama ini dilakukan sepertinya tiada hasil. Benarkah demikian?

Sebagai pengikut Kristus sejati, kita harus bertekun di dalam iman dan tidak pernah berhenti membangun persekutuan dengan-Nya. Tuhan menghendaki agar kita berdoa dengan tidak jemu-jemu apa pun keadaannya. Mengapa? Karena doa adalah kekuatan kita yang dapat melindungi kita dari si jahat. Bila doa-doa Saudara belum beroleh jawaban, jangan pernah menyerah dan putus asa; jangan pernah merasa jemu untuk berdoa. Berdoalah terus-menerus sampai doa Saudara dijawab Tuhan, sebab ada tertulis: "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ayat 7).

Doa yang tidak jemu-jemu adalah bukti bahwa kita punya iman. Jangan memberi celah kepada Iblis yang tidak pernah berhenti menghasut, melemahkan, dan memprovokasi kita dengan hal-hal negatif. Jangan pula silau mata dengan tawaran-tawaran dunia yang menjanjikan pertolongan instan yang membuat kehidupan doa kita semakin berkurang. Belajarlah memahami bahwa waktu kita bukanlah waktu Tuhan. Pemazmur menasihati, "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14).

Dalam pembacaan Firman hari ini, Tuhan memberikan contoh kegigihan seorang janda yang tidak pernah jemu datang kepada hakim yang lalim agar perkaranya dibela. Janda itu tidak pernah merasa malu atau sungkan, tetapi ia punya tekad yang sangat kuat. Karena terus datang kepadanya, hakim yang lalim itu pun akhirnya luluh hati dan membenarkan perkara janda itu!


Selasa, 20 Oktober 2015
DOA YANG ALAMI TEROBOSAN (1)
1 Samuel 1:1-28
Ada sebuah contoh tentang orang yang tidak pernah jemu berdoa kepada Tuhan sampai beroleh jawaban: ia adalah Hana, isteri Elkana, orang Lewi yang tinggal di daerah Efraim. Wanita ini menghadapi masalah yang sangat berat, yaitu kandungannya tertutup alias mandul. Secara manusia dan juga menurut ilmu kedokteran, seorang wanita yang mandul mustahil memiliki keturunan. Pada zaman itu, kemandulan dianggap aib di kalangan wanita Israel. Tak bisa dibayangkan betapa berat beban yang harus Hana tanggung.

Selain dipandang rendah oleh orang lain atau lingkungan sekitar, ia juga terus mendapatkan perlakuan kurang baik dari Penina, isteri lain dari Elkana, yang telah memiliki anak. "Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya." (ayat 6). Penina memanfaatkan tiap kesempatan untuk selalu menyakiti hati Hana. Lengkap sudah penderitaan yang harus dialami Hana! Jika kita perhatikan secara teliti, dikatakan bahwa Tuhan telah menutup kandungan Hana, artinya kemandulan Hana disebutkan sebagai tindakan langsung dari Tuhan, karena Tuhan mempunyai rencana yang indah di balik masalah itu. Dengan cara yang sama, terkadang Tuhan menuntun kita kepada situasi-situasi sulit dan tidak ada jalan keluar, yang membuat kita kecewa dan merasa tidak sanggup menghadapinya supaya kita belajar bergantung penuh kepada Tuhan dan kehendak-Nya, sampai kepada satu titik di mana kita bisa berkata, "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).

Meski menghadapi kemustahilan, Hana tidak menyerah begitu saja kepada keadaan. Alkitab menyatakan bahwa dari tahun ke tahun Hana pergi ke bait suci di Silo untuk berdoa, menyembah, dan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Kalimat dari tahun ke tahun menunjukkan kurun waktu yang tidak singkat. Dibutuhkan kegigihan, kesabaran, ketekunan, dan iman yang kuat supaya kita bisa berdoa secara konsisten di segala situasi. Banyak orang gagal dalam ujian 'menunggu' ini sehingga akhirnya mereka menyerah di tengah jalan sebelum doanya beroleh jawaban. (Bersambung)


Rabu, 21 Oktober 2015
DOA YANG ALAMI TEROBOSAN (2)
1 Samuel 2:1-10
Firman Tuhan hari ini merupakan nyanyian nubuatan atas pembelaan Tuhan terhadap orang-orang yang tetap setia kepada-Nya. Segala sesuatu yang diizinkan terjadi dalam hidup Hana sungguh-sungguh mendatangkan kebaikan dalam hidupnya. Ia membawa pergumulan hidupnya yang berat kepada Tuhan, yaitu ingin memiliki keturunan. Ia berkeyakinan hanya Tuhan yang sanggup menolong. Walaupun terus dibuat sakit hati oleh Penina (madunya), ia terus-menerus berdoa. Perjuangan itu pun tidak sia-sia, Tuhan menjawab doanya. "Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: Aku telah memintanya dari pada TUHAN. "' (1 Samuel 1: 20).

Hana mengalami terobosan di dalam doanya karena ia memiliki penyerahan diri secara penuh kepada Tuhan. Saat itu ia bernazar bahwa jika Tuhan mengabulkan permohonannya dengan memberi keturunan maka ia akan menyerahkan anak itu kepada Tuhan. Menyerahkan anak pertama bukanlah perkara mudah, apalagi anak tersebut adalah anak yang sangat ditunggu-tunggu, harta paling berharga dalam hidupnya; tetapi Hana mau menyerahkan apa yang paling berharga dalam hidupnya kepada Tuhan, dan janji pun ditepatinya (baca 1 Samuel 1:28). Meski berada dalam situasi sulit, Hana tetap beribadah kepada Tuhan dengan setia. Ada banyak orang Kristen, ketika doa-doanya belum dijawab Tuhan, begitu mudahnya berubah sikap, tidak lagi setia beribadah, kendor dalam melayani Tuhan, bahkan berani meninggalkan Tuhan.

Ketekunan Hana membuahkan hasil, bahkan Tuhan memberkatinya dengan double portion, "...sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi." (ayat 21). Sungguh benar apa yang dikatakan Rasul Paulus, "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Karena itu, jangan pernah jemu berdoa. Berdoalah terus untuk masalah dan kebutuhan Saudara.


Kamis, 22 Oktober 2015
GEJOLAK DUNIA: Membuat Orang Kuatir
Mazmur 40:1-18
Dunia sudah sangat jelas tidak semakin baik. Hampir setiap hari kita dihadapkan pada peristiwa-peristiwa mengejutkan. Beberapa waktu lalu, cuaca panas ekstrem melanda beberapa tempat di India yang mengakibatkan ribuan orang meninggal. Belum lagi wabah MERS (Middle East Respiratory Sindrome) atau sindrom pernafasan Timur Tengah yang melanda Korea Selatan, yang bermula hanya dari satu orang yang sakit sesudah kembali dari kawasan Timur Tengah. Karena penyebaran virus MERS ini, masyarakat dilanda kekuatiran yang berlebihan sehingga hal ini berdampak pada sejumlah bidang kehidupan, seperti pariwisata dan retail, karena warga Korsel berusaha menghindar dari tempat-tempat umum, terutama pasar swalayan, karena takut tertular virus ini.

Keadaan dunia yang tidak menentu ini mau tidak mau memengaruhi kehidupan orang percaya, bahkan menimbulkan kekuatiran, meski Firman Tuhan tidak pernah berhenti untuk memperingatkan agar kita tidak kuatir... tapi faktanya kita tetap saja dilanda rasa kuatir. Sampai kapan pun hidup dalam kekuatiran sama sekali tidak mendatangkan kebaikan bagi kita. "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," (Amsal 12:25). Ada yang perlu dikoreksi dalam hidup ini jika kita merasa sulit melepaskan diri dari belenggu kekuatiran; itu tandanya kita tidak tinggal di dalam Firman Tuhan. Padahal, Firman Tuhan penting sekali untuk menumbuhkan iman kita bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang bukan saja menyelamatkan hidup kita, tetapi Dia juga Tuhan yang sanggup memelihara kehidupan kita setiap hari, sebab iman itu timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan (baca Roma 10:17).

Jika kita mencintai Firman-Nya dan merenungkan itu siang dan malam maka Firman yang telah kita dengar dan baca akan tertanam di dalam hati dan memberi kekuatan untuk kita tidak terjebak dalam dosa kekuatiran. Tuhan berkata, "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11).



Jumat, 23 Oktober 2015
KEKUATAN DI TENGAH GEJOLAK DUNIA
Mazmur 46:1-12
Coba perhatikan keadaan dunia saat ini... Tidak dapat diduga! Keadaan ekonomi, cuaca/iklim yang superekstrem dan sektor-sektor lain dalam kehidupan ini mudah sekali berubah dan tergoncang. Ya, dunia memang sedang digoncang! Tuhan berkata, "...Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncang segala bangsa,..." (Hagai 2:6-7). Bahkan apa yang disampaikan oleh pemazmur bahwa bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, saat ini benar-benar terjadi.

Dunia boleh saja bergejolak dan bergoncang, "...sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya." (Mazmur 46:3-4), namun sebagai orang percaya kita harus tetap memegang teguh janji Firman Tuhan bahwa "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (lbrani 12:28). Di tengah gejolak hidup, seringkali kita melakukan tindakan 'tarik ulur' dengan Tuhan: suatu saat menyerahkan semua masalah kepada Tuhan, tapi begitu pertolongan Tuhan sepertinya berlambat kita pun menarik kembali semua masalah itu dan berusaha mengatasinya dengan kekuatan sendiri. Akibatnya, kita tetap saja hidup dalam ketakutan dan kekuatiran. Supaya kuat menghadapi gejolak dunia, kita harus memperkokoh fondasi di setiap area kehidupan kita. Fondasi itu adalah Firman Tuhan. "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Matius 24:35).

Ketika seseorang tinggal di dalam Firman-Nya, ia seperti rumah yang dibangun di atas dasar yang teguh. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Matius 7:24-25).


Sabtu, 24 Oktober 2015
MEMPELAI KRISTUS: Sedia dan Berjaga
Matius 25:1-13
Melalui perumpamaan sepuluh gadis ini, setiap orang percaya diingatkan agar senantiasa peka terhadap situasi zaman dan memperhatikan keadaan rohani mereka masing-masing, mengingat kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, di mana kedatangan-Nya pada saat yang tidak diketahui dan tidak diduga. Oleh karena itu, kita harus bertekun dalam iman dan selalu berjaga-jaga, supaya kita dalam keadaan siap sedia bila hari itu tiba.

Hubungan antara orang percaya dengan Kristus digambarkan seperti hubungan antara mempelai laki-laki dan wanitanya. Orang percaya adalah mempelai wanita dan Kristus sebagai mempelai laki-laki. Dalam perumpamaan ini ada sepuluh gadis yang sedang menanti-nantikan kedatangan mempelai laki-laki. Lima gadis yang bijaksana membawa pelita dan persediaan minyak dalam buli-buli, artinya mereka dalam keadaan siap. Sementara lima gadis yang bodoh membawa pelita, tapi tidak membawa persediaan minyak. Ada tertulis: "Dapatkah seorang dara melupakan perhiasannya, atau seorang pengantin perempuan melupakan ikat pinggangnya?" (Yeremia 2:32). Minyak adalah lambang persekutuan yang karib dengan Tuhan, iman yang sejati, dan kebenaran hidup. Namun, kelima gadis yang bodoh itu lupa membuat persiapan yang cukup untuk menyambut kedatangan mempelai laki-laki. Akibat ketidaksiapan tersebut, lima gadis yang bodoh itu harus mengalami nasib yang tragis karena mengalami penolakan: "...Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu." (Matius 25:12), dan akhirnya mereka pun tidak dapat masuk ke ruang pesta perjamuan kawin.

Alkitab menyatakan bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat. "Ya, Aku datang segera!" (Wahyu 22:20), tanpa ditunda-tunda lagi. Siap sediakah kita menyambut kedatangan Kristus, sang mempelai laki-laki? Menunggu memang suatu pekerjaan yang sangat membosankan, karena itu banyak orang mengalami kegagalan dalam proses menunggu ini: merasa sudah capai dan tidak tahan lagi, akhirnya kesetiaan menjadi luntur dan 'gelora api cinta' itu pun menjadi padam.


Minggu, 25 Oktober 2015
MEMPELAI KRISTUS: Bukan Kanak-Kanak
Kidung Agung 8:8-10
Dalam kekristenan, orang Kristen diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu Kristen kanak-kanak rohani dan Kristen dewasa rohani. Kedewasaan rohani tidak ada sangkut pautnya dengan usia seseorang, tidak juga ditentukan oleh berapa lama ia sudah menjadi Kristen. Kedewasaan rohani seseorang terbentuk melalui proses di mana ia mau membayar harga untuk bergaul karib dengan Tuhan, secara konsisten berjalan dengan-Nya, tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, dan komitmennya untuk membangun dasar iman melalui perenungan Firman Tuhan setiap hari. Yang menjadi tanda bahwa seseorang telah mencapai kedewasaan rohani adalah adanya perubahan hidup. "Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33b), yaitu buah yang sesuai dengan pertobatan.

Masa sekarang adalah masa-masa akhir di mana kita sedang menanti kedatangan Kristus kali yang kedua. Yang harus dipahami adalah kedatangan Kristus ke dunia kelak tidak lagi sama seperti ketika Ia datang sebagai bayi yang lahir di Bethlehem, tetapi sebagai mempelai laki-laki sorga yang hendak menjemput mempelai wanita-Nya. Menurut undang-undang perkawinan di Indonesia yaitu undang-undang RI no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan tepatnya di pasal 7 ayat 1 - disebutkan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun, sedangkan pihak wanitanya sudah mencapai umur 16 tahun. Itu artinya untuk menjadi mempelai wanita haruslah sudah cukup umur, bukan di bawah umur (kanak-kanak).

Jadi, siapa yang akan menjadi mempelai wanita-Nya? Seperti halnya laki-laki hanya akan menikah dengan wanita yang sudah cukup umur, begitu pula Kristus. Ia hanya akan memilih orang-orang Kristen yang dewasa rohani untuk menjadi 'mempelai-Nya', bukan yang masih kanak-kanak rohani. Karena itu "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!" (1 Korintus 14:20).