Saat Teduh 5 - 11 Oktober 2015

Ayat Hafalan:
Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita. (Mazmur 60:12)
 
Senin, 5 Oktober 2015
KASIH TUHAN TIDAK BERKESUDAHAN
Hosea 11:1-11
Manusia yang hanya berasal dari debu tak mungkin mampu memahami, menyelami dan mengerti pikiran Tuhan yang Mahabesar dan tak terukur itu. Menurut pemikiran manusia-karena Tuhan adalah Pribadi yang Mahakudus- tentunya mereka yang bersalah, berbuat dosa dan menyeleweng dari jalan-jalan-Nya pasti segera dibinasakan-Nya. Namun pikiran manusia bukanlah pikiran Tuhan! Tertulis: "Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan."(Hosea 11:9b). Tak semudah cara manusia berpikir bahwa Tuhan akan membinasakan umat yang menyimpang dari jalan-jalanNya. Akan tetapi Tuhan itu panjang sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali bertobat. Memang Tuhan sangat sedih dan menyesal jika umat yang dipilih dan dikasihiNya itu semakin dipanggil semakin menjauh dari hadapan-Nya.
  
Sudah sangat jelas bahwa bangsa Israel kala itu adalah bangsa yang degil dan tegar tengkuk, namun kasih Tuhan tidak berkesudahan. Dalam kekecewaan-Nya Tuhan berkata, "Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan." (Hosea 11:3-4).
  
Pengalaman bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mari kita belajar untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Mengertilah bahwa apabila persoalan atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Tuhan ingin melalui 'proses hidup' ini kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikanNya. Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapan-Nya, dan melalui masalah dan penderitaan yang kita alami ini tali kasih Tuhan ingin menarik dan mengait hati kita untuk kembai bersimpuh di hadapan kaki-Nya untuk menerima kembali pemulihan dari Tuhan.

“Kasih tidak selamanya memanjakan, tetapi adakalanya mendidik dan mendisiplinkan. Kasih yang tegas harus Tuhan lakukan agar kita tidak tersesat jauh!”

Selasa, 6 Oktober 2015
HATI PENUH PUJIAN
1 Tesalonika 5:12-22
Pada 1960, Dean Denler, suami Ruth Meyers (penulis 31 Days of Praise), dirawat karena kanker terminal. Saat itulah ia memutuskan untuk membuat kamar rumah sakitnya suatu tempat kediaman istimewa bagi Tuhan. “Aku akan memuji Tuhan sepanjang kekekalan,” katanya kepada Ruth, “tapi hanya selama waktuku yang singkat di bumi aku dapat membawa kesukaan bagi-Nya dengan memuji Dia di tengah kesakitan.” Ketika meninggal, teman dekatnya berkata, “Kamar Dean menjadi suatu tempat suci, ranjangnya sebuah mimbar; dan semua yang datang untuk menghiburnya diberkati.” Lagu pujian memang tidak menyembuhkan fisik Dean. Namun, orang dapat mencermati bagaimana pujian yang lahir dari hati penuh syukur mengubah cara pandangnya terhadap penyakit; dan membawa orang lain memuliakan Allah.
  
Paulus juga berpesan agar jemaat di Tesalonika bersyukur dalam segala hal (ayat 18). Mengapa? Sebab itulah yang dikehendaki Tuhan. Ya, Anda tidak salah baca. Mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak Kristus. Sukacita dan syukur jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi banyak orang, bukan karena segala sesuatu lancar bagi mereka (lihat 1 Tesalonika 1:6-9). Penindasan tidak menghalangi hati yang dipenuhi syukur melahirkan pujian bagi Tuhan.
  
Dalam hal apa atau saat-saat seperti apakah Anda memuji Tuhan—bersukacita dan bersyukur kepada-Nya? Apakah pujian Anda kepada Tuhan kerap dipengaruhi keadaan sekitar? Pujilah Tuhan, sebab itulah kehendak-Nya. Itu menyukakan hati-Nya, dan membawa orang lain memandang kemuliaan-Nya.

“BERSYUKURLAH DALAM SEGALA HAL. TUNJUKKAN BETAPA TUHAN LAYAK DIPUJI DALAM SEGALA SITUASI”


Rabu, 7 Oktober 2015
BUKAN TEMPAT PERLINDUNGAN
Yeremia 3:14-25
Biasanya bukit-bukit dan gunung-gunung yang tinggi menjadi kebanggaan bangsa-bangsa; dan menurut pemikiran mereka apabila musuh datang menyerang, mereka akan lari secepatnya ke bukit atau gunung, dan apabila musuh telah tiada mereka akan kembali ke ladangnya untuk bekerja. Jadi bukit-bukit dan gunung-gunung menjadi harapan semua orang untuk berlindung dan menyelamatkan diri dari segala marabahaya.
  
Tetapi Yeremia menegaskan bahwa semua itu adalah tipu daya belaka dan sia-sia. Ada tertulis: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orang-orang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!" (Amos 6:1). Bukankah masih banyak orang pergi ke gunung-gunung, gua-gua dan juga makam-makam untuk mencari pertolongan dan berkah. Kalau pun di situ mereka beroleh jawaban, itu hanyalah tipu muslihat Iblis, hanya sementara dan semu belaka, yang akhirnya akan datang membawanya kepada kehancuran. Memang manusia memiliki kecenderungan mengandalkan kekuatan diri sendiri dan bergantung pada sesuatu yang kelihatan. Bukit dan gunung-gunung yang kokoh dan tinggi menjulang bisa berbicara tentang uang yang ada di bank, emas, mobil dan aset-aset berharga yang kita miliki, dokter yang selalu kita andalkan, suami atau isteri, anak-anak atau juga sahabat. Betapa banyak 'gunung-gunung' mengelilingi kita untuk tempat kita berlindung dan berlari kepadanya ketika kesesakan datang. Nampaknya begitu kokoh dan bisa kita banggakan. Namun Wahyu 16:20 mengatakan, "Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung."
  
Demikianlah gunung-gunung pengharapan kita itu tidak kekal dan mudah lenyap. Ada sumber pertolongan yang jauh lebih hebat dari gunung-gunung yang tampak, yaitu Tuhan. Dialah satu-satunya penolong hidup kita. "Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal." (Ulangan 33:27a).

“Lengan Tuhan yang kuat dan perkasalah yang menjadi sumber pertolongan kita, bukan bukit-bukit atau gunung-gunung!”
Kamis, 8 Oktober 2015
MENGENAL KASIH KARUNIA
2 Korintus 8:1-15
Ketika tidak ada masalah dan pencobaan banyak dari kita yang masih bisa bersemangat dan berapi-api dalam mengiring Tuhan; tetapi kondisinya akan berbeda ketika ada persoalan untuk ujian datang menerpa hidup kita: terjadilah perubahan yang sangat drastis, kita tidak lagi bersemangat, ogah-ogahan dan bersikap acuh tak acuh terhadap perkara-perkara rohani. Semula tampaknya segenap kehidupan kita berperisaikan iman, tetapi ketika angin kecil bertiup gugurlah perisai itu.
  
Angin-angin kecil yang melambangkan pencobaan memang sebagai alat penguji kesungguhan dan iman kita. Kalau diterpa angin kecil saja perisai iman kita sudah gugur, bagaimana jadinya bila suatu saat badai dan gelombang besar menyerang? Ketika perisai iman mulai gugur, pikiran manusia kita mulai bekerja secara aktif. Kita mulai mencari-cari jalan keluar dengan kekuatan dan akal sendiri. Dan kita pun jadi lupa bahwa kita mempunyai Tuhan yang besar. Perhatikan kehidupan jemaat yang ada di Makedonia dalam kisah hari ini: meski menghadapi banyak persoalan, hatinya tetap berlimpah dengan syukur. Dikatakan, "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka." (2 Korintus 8:2, 3). Mengapa bisa seperti itu? Karena mereka telah mengenal kasih karunia Tuhan.
  
Jadi, setiap orang yang mengaku telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus tapi sikap dan perbuatannya tidak menunjukkan perubahan, orang itu sebenarnya belum mengenal kasih karunia Tuhan. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan pasti menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan juga penguasaan diri. Orang yang telah mengenal kasih karunia Tuhan hatinya akan peka terhadap orang lain dan senantiasa menunjukkan kasih dan kemurahan hati seperti yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia ini.
“Mengasihi orang lain dalam tindakan nyata adalah bukti bahwa kita telah mengenal kasih karunia Tuhan!”

Jumat, 9 Oktober 2015
TERANG MENGALAHKAN KEGELAPAN
Mazmur 36:1-13
Tak bisa dibayangkan andai saja tidak ada sinar matahari pada waktu siang dan juga tidak ada bulan dan bintang-bintang di malam hari, sungguh kegelapan akan menyelimuti bumi ini.
  
Tuhan tahu benar, tak ada gunanya menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lain apabila bumi masih diliputi kegelapan, karena bagaimana pun juga indahnya ciptaan Tuhan, manusia tak mungkin dapat melihat dan menikmatinya. Oleh sebab itu terang diciptakan terlebih dahulu sebelum Ia menciptakan yang lainnya. Tuhan mengerti setiap kebutuhan kita, tetapi Dia mengerti bahwa yang utama dibutuhkan oleh manusia dan segala makhluk adalah terang. Hal inilah yang menyadarkan Daud bahwa Tuhan adalah sumber hayat dan terang bagi kehidupan manusia. Jadi kehidupan tanpa Tuhan berarti mati dan gelap. Manusia akan hidup dalam kegelapan jika mereka jauh meninggalkan Tuhan. Sebaliknya jika kita tetap tinggal di dalam Tuhan kegelapan tak akan menguasai hidup kita. Ada tertulis: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya." (Yohanes 1:4-5).
  
Ketika kita berada di dalam situasi yang gelap, mungkin karena listrik padam dan sebagainya, kita pasti akan mengalami kepanikan dan kita akan berusaha untuk mencari lampu, senter atau lilin; kita tidak membutuhkan barang-barang berharga lainnya. Demikian juga apabila saat ini hati kita sedang mengalami kegelapan, segeralah undang Tuhan Yesus yang adalah Terang dunia itu masuk ke dalam hati kita, maka kegelapan pasti akan lenyap. Sebagai anak-anak Tuhan kita telah dipanggil dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Dikatakan, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Setelah kita memiliki 'Terang' itu maka kita harus benar-benar berpisah dengan gelap. Jangan lagi hidup dalam kegelapan, tetapi kita harus berjalan di dalam terang Tuhan, "karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," (Efesus 5:9).

“Bagaimana pun juga gelapnya keadaan hidup kita, apabila kita mau menerima Tuhan Yesus sebagai Terang dunia, maka kegelapan itu akan lenyap dan kita akan melihat terang kemuliaan-Nya dinyatakan atas kita!”

Sabtu, 10 Oktober 2015
RASA TAKUT HILANG
Yakobus 4:1-10
Tuhan itu hanya sejauh doa, artinya Dia sangat dekat dengan kita. Tapi bila kita ingin mendekat kepada Tuhan agar Dia mendekat kepada kita, maka kita harus berusaha keras untuk mencari Dia. Ketika Azarya bin Obed dihinggapi Roh Tuhan ia segera menemui Asa, raja Yehuda: "Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya, kamu akan ditinggalkan-Nya" (2 Tawarikh 15:2). Jadi untuk mendekat kepada Tuhan kita harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Kedekatan seseorang dengan Tuhan akan menghasilkan sukacita yang luar biasa, sebab Dia akan memberikan apa yang kita inginkan. Daud berkata, "...bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).

Daud memiliki hubungan yang sangat karib dengan Tuhan sehingga ia mengalami pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Daud merasakan bahwa di setiap kesesakannya pertolongan Tuhan sangat terbukti. Karena itu Daud memberi nasihat, "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mazmur 37:5-6). Banyak sekali orang terlalu terpengaruh dengan masalah yang dialami dan juga persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, sehingga mereka kehilangan damai sejahtera dan sukacita. Akibatnya mereka mulai lupa untuk hidup dekat dengan Tuhan, malah kian menjauh dari Tuhan, dan semakin terbelenggu oleh rasa takut dan kuatir. Ingat! Barang siapa yang lengah akan menjadi sasaran empuk si Iblis yang selalu "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Iblis selalu masuk ke dalam hati seseorang dengan melepaskan panah ketakutan, kekuatiran dan ketidakpercayaan.
  
Dunia saat ini dipenuhi dengan ketakutan dan kadang-kadang orang Kristen pun merasa takut. Jujur kita akui, adalah mudah bagi kita terjatuh dalam perasaan takut karena seringkali pandangan mata kita selalu tertuju pada keadaan yang sedang terjadi.

“Ketakutan akan lenyap bila kita segera mendekatkan diri kepada Tuhan!”

Minggu, 11 Oktober 2015
JANGAN ANGKUH
1 Tawarikh 29:10-19
Acapkali keberhasilan, kesuksesan, kekuatan dan ketenaran membuat orang mudah lupa diri dan menjadi semakin angkuh. Perhatikan apa yang ditulis Rasul Yohanes ini: "...semua yang ada di dalam dunia, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Jadi keangkuhan hidup berasal dari dunia, bukan dari Tuhan.
  
Banyak orang sudah jatuh terjerembab ke suatu kehidupan yang angkuh, apalagi mereka yang kaya dan berpangkat. Mulai memandang sebelah mata orang lain dan hanya mau menjalin hubungan dengan orang-orang selevelnya saja. Terhadap orang yang ada 'di bawahnya' mereka menjaga jarak. Ingat! Setiap keegahan yang tidak memuliakan nama Tuhan adalah suatu keangkuhan. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati. Jika kita saat ini berhasil dan sukses semata-mata karena campur tangan Tuhan, bukan karena kuat dan gagah kita. Kesuksesan haruslah disertai dengan kerendahan hati dan juga ucapan syukur kepada Tuhan sehingga kita tidak mencuri kemuliaan nama Tuhan, sebab semua itu karena Dia dan berasal dari Dia.
  
Belajarlah dari raja Daud, yang walaupun dilimpahi dengan kekayaan dan kejayaan yang luar biasa tetap sadar bahwa semua yang dia miliki itu berasal dari Tuhan, Daud tidak punya arti apa-apa. Tertulis: "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b). Meski telah menjadi 'orang besar' Daud tidak menjadi angkuh. Simak pengakuan Daud ini: "Ya Tuhan, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh 29:11-13).

“Bila kita sadar dan mengerti bahwa semua yang kita miliki ini berasal dari Tuhan, tentunya kita tidak akan angkuh!”