Saat Teduh 7 - 13 Desember 2015

Ayat Hafalan:
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, 
di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. (Mazmur 16:11)
 
Senin, 7 Desember 2015
Warisan Iman
Efesus 1:3-8
Kenangan terindah masa kecilku adalah saat terbangun dari tidurku lalu mencari ibu. Seperti biasanya ia selalu ada di kamar sedang membaca Alkitab. Setelah menemukannya, aku langsung melompat ke pangkuannya, lalu kami membaca Alkitab bersama-sama. Pagi itu untuk pertama kalinya aku melihat Saat Teduh, sebuah buku renungan yang sudah dibacanya berpuluh-puluh tahun.

Setelah melewati tahun-tahun penuh pemberontakan semasa kuliah, aku mulai mengenal Kristus lebih dalam lagi melalui Saat Teduh yang selalu ibu kirim secara teratur. Aku mulai mempererat hubunganku dengan Allah, memulai hariku dengan membaca renungan.

Allah tidak pernah berubah, tetapi pemahaman kita akan Dia berubah dan makin bertumbuh. Belajar mempraktikkan iman dalam kehidupan sehari-hari akan membuat pemahaman kita akan Allah bertumbuh dan memberikan kita sebuah perspektif baru dalam hidup. Kegiatan ini menjadi dasar bagi hubungan bermakna dengan Allah yang memimpin kita tiap hari.

Kini, anak-anakku melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan dahulu dengan ibuku. Mereka bangun pagi-pagi, lalu naik ke pangkuanku, dan memperhatikanku menyelesaikan bacaan Saat Teduh. Pengalaman hidup sering berulang dari generasi ke generasi.

Selasa, 8 Desember 2015
Diprogram Untuk Setia
Mazmur 1:1-6
Keadaaan dunia saat ini secara drastis sudah sangat berubah sejak penemuan komputer.Alat ini telah mengubah cara kita bekerja dan bermain. Komputer dipakai dalam mobil, mainan, peralatan, pesawat, alat keamanan rumah, dan telepon. Agar komputer itu berfungsi, diperlukan suatu rancangan secara rinci: cetak biru yang disebut program komputer. Sebuah program yang dirancang dengan baik memungkinkan perangkat mengerjakan tugas-tugas dengan baik pula.

Aku rasa Alkitab bisa disamakan seperti program komputer yang berada dalam pikiran dan hati kita, memampukan kita untuk hidup dengan setia. Saat kita membaca dan merenungkan Firman, Roh Kudus akan memberikan pencerahan kepada kita. Ketika kita meluangkan waktu untuk mendalami kebenaran Allah, Roh Kudus akan mengubah kita, memberikan kita kemampuan untuk mengerti dan menaati Firman Allah. Jika kita merenungkan Firman Allah tentang kasih, misalnya, Roh Kudus dapat menolong kita untuk memahami kebaikan Tuhan dan bersikap baik terhadap orang lain. Saat kita memilih Firman Allah sebagai fokus, kita diprogram untuk menuju kehidupan rohani yang lebih sempurna.


Rabu, 9 Desember 2015
Doa di Masa Aniaya
Kisah Para Rasul 12:1-11
Membaca tentang para martir modern menantangku untuk berdoa tiap hari bagi negara-negara di dunia yang sedang terancam bahaya karena menjadi pengikut Yesus. Aku membaca tentang seorang gadis muda yang diancam akan dibunuh ibunya sendiri jika ia menerima Yesus. Pasangan muda Kristen yang akan menikah justru dijebloskan ke penjara selama 15 tahun. Saat mencoba untuk melarikan diri, perempuan itu malah dipukuli di bandara, lalu ditangkap polisi. Pasangan ini sekarang sedang dalam persembunyian.

Situasi semacam ini mengingatkanku untuk selalu berdoa sungguh-sungguh bagi semua orang yang sedang mencari Allah—khususnya mereka yang sedang menghadapi situasi sebagaimana diceritakan di atas. Aku telah memutuskan untuk mendoakan tiap negara di dunia tiap tahun. Demikianlah, aku memilih satu negara tiap hari selama seminggu. Lalu aku berdoa agar Allah memberkati setiap negara. Untuk negara yang membenci kekristenan, aku berdoa agar Allah membangkitkan individu-individu yang akan memperkenalkan Kristus kepada penduduk mereka. Aku berdoa agar Alkitab diterjemahkan ke lebih banyak bahasa lagi dan bagi para sukarelawan yang mencurahkan waktu mereka untuk mempelajari bahasa itu dapat pergi dan mengajarkannya. Harapanku adalah generasi berikutnya yang tinggal di negara tersebut akan belajar tentang Yesus dan hidup sesuai prinsip-prinsip-Nya.

Kamis, 10 Desember 2015
Komitmen dan Kesetiaan
Mazmur 46:4-11
Saat aku dan istriku berdoa bersama sebelum tidur, Bubu, anjing kami, selalu melompat ke sofa di samping kami. Ini dilakukannya karena ia ingin lebih dekat lagi dengan kami. Saat kami mulai berdoa, ia menaruh kepalanya di pangkuan istriku, dan sebelum kami ucapkan "Amin," Bubu tertidur. Dengan komitmen dan kesetiaannya, Bubu melakukan ini tiap malam.

Keinginan Bubu untuk dekat dengan kami telah mengajarku sesuatu tentang doa. Beberapa kali sementara berdoa, aku hanya fokus pada permintaanku kepada Allah bagi diriku sendiri—bukan tentang arti kehadiran-Nya bagiku. Saat itu aku tidak dapat mengalami sepenuhnya manfaat dari nasihat Rasul Petrus saat ia menulis, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (I Ptr.5:7). Aku terlalu fokus untuk menyerahkan kekhawatiranku kepada Allah sehingga aku tidak terlalu memperhatikan bagian yang mengatakan "Sebab Ia yang memelihara kamu." Kini, tiap kali berdoa, aku ingat untuk berfokus kepada Allah serta kuasa kehadiran-Nya yang mengasihi dan menenangkan segala kekhawatiran serta ketakutanku.



Jumat, 11 Desember 2015
Melepaskan Kepahitan
2 Korintus 2:5-10
Aku masuk kuliah dengan impian menjadi kreator acara televisi dan hiburan seperti film. Setelah lulus, beberapa acara stasiun televisi lokal dan film tempatku bekerja tidak menghasilkan proyek tambahan. Dari waktu ke waktu impianku memudar, namun tidak lama kemudian aku ditawari kesempatan kedua. Aku bekerja berbulan-bulan untuk mewujudkan kesempatan ini, namun kemudian rekan bisnisku mengatakan bahwa ia tidak tertarik lagi. Aku merasa sangat marah, dikhianati, dan murka.

Pada minggu yang sama, kelompok di gerejaku sedang mempelajari tentang memaafkan. Kami membaca Amsal 20:23, dan mendiskusikan secara alkitabiah tentang kesalahan yang dilakukan terhadap kami. Lalu kami membaca Markus 11:25 yang memerintahkan kami untuk memaafkan tiap pelanggaran sebelum kami berdoa. Aku berpikir, agar dapat memaafkan, aku harus mencari cara melepaskan kepahitan. Aku pikir hanya ada satu solusi, yaitu berdoa agar Allah mengubahku. Dari waktu ke waktu doa tersebut telah menolongku mengatasi kepahitanku.

Allah dapat membebaskan kita dari kepahitan dan bentuk emosi lainnya yang menghancurkan sukacita kita dan menjauhkan kita untuk memaafkan orang lain. Kita selalu dapat berdiam diri sejenak, dan ketahuilah bahwa hanya Allah yang dapat membantu kita untuk berubah melalui doa.

Sabtu, 12 Desember 2015
Orang-Orang Mulia
Markus 2:1-12
Dalam bacaan hari ini empat orang teman dari orang lumpuh itu tidak membiarkan rintangan menghambat mereka untuk membawa teman mereka kepada Yesus. Mereka membuka atap rumah saat Yesus sedang berkhotbah. Aku percaya bahwa usaha mereka membawa orang ini kepada Tuhan hanyalah sebagian kecil dari waktu yang mereka habiskan baginya. Siapa yang mengurus dan memberinya makan? Siapa yang membantunya buang air dan membersihkannya? Siapa yang menyediakan tempat tinggal baginya? Apakah empat laki-laki ini adalah perawatnya? Tidak diragukan lagi hidupnya bukan hanya di tangan mereka, melainkan dalam hati mereka.

Selama tujuh bulan aku berjuang melawan kanker, aku memanggil istriku, "teman sekamarku". Kehidupan rutin kami harus terhenti, tetapi ia tidak mengeluh. Ia mempedulikanku dan memberi tahu keluarga dan teman teman kami tentang perkembanganku. Aku yakin bahwa aku tidak akan ada di sini jika bukan karena mereka yang mengasihiku sepenuh hati.
   
Jika ada orang yang layak untuk dihormati hari ini, mereka adalah orang yang melayani orang sakit atau cacat dengan penuh perhatian. Walaupun mereka sering terlupakan, mereka seperti yang pemazmur katakan, orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku.


Minggu, 13 Desember 2015
Biarkan Bersalju
Yesaya 55:8-13
Bagiku, salah satu kenikmatan terbesar selama musim dingin adalah berjalan-jalan di salju yang lembut. Udara dingin dan segar; serta jejak kakiku lembut terdengar saat melangkah. Salju itu indah, diciptakan untuk suatu tujuan. Salju tebal yang jatuh di ladang dan gunung meresap ke tanah dan akan menambah cadangan air di bawah tanah. Setelah itu tanah dan semua yang hidup di atasnya akan tumbuh dan segar kembali. Sisa salju yang sudah mencair segera mengalir ke sungai lalu ke laut, kemudian menguap, dan naik ke atas menjadi awan serta kembali lagi ke siklus semula.

Demikian pula Firman Allah dalam hati dan pikiran kita. Saat membaca Alkitab, mungkin sesuai dengan pengalaman kita ketika itu atau mungkin tidak segera meresap, tetapi tetap tinggal dalam hati kita hingga waktunya tiba. Selama siklus kehidupan kita berlangsung, pasti akan bertumbuh dan menyegarkan jiwa kita.