Saat Teduh 14 - 20 Desember 2015

Ayat Hafalan:
Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. (Mazmur 130:6)
 
Senin, 14 Desember 2015
Gulma Apa?
Markus 4:3-20
Aku suka berkebun dan senang membagikan buah-buah hasil kebunku kepada tetangga dan teman-teman. Pekerjaan kesenanganku adalah menjaga gulma. Jika tidak diawasi, gulma-gulma itu akan mematahkan tanaman yang sehat, dan mengurangi hasil panen. Aku harus meluangkan waktu untuk menarik gulma tersebut, memastikan akarnya tercabut sehingga tidak tumbuh kembali.

Menyiangi kebun mengingatkanku betapa mudahnya aku membiarkan alang-alang tumbuh dalam kehidupan rohaniku. Segala macam gangguan, hal negatif, dan godaan dapat berakar sangat cepat. Saat mereka tidak diawasi, mereka akan menahan kita untuk menghasilkan buah rohani. Perumpamaan Yesus tentang penabur mengajar kita untuk tidak membiarkan kekhawatiran dalam dunia ini, godaan kekayaan, dan segala keinginan lainnya masuk mengimpit Firman. Memerlukan kerja keras untuk mengangkat segala hambatan keluar dari kehidupan kita. Namun dengan ketekunan, kita dapat meninggalkan semua kekhawatiran di belakang kita dan menggantinya dengan kasih Kristus. Lalu, kita dapat berbagi kasih-Nya dengan siapa pun yang kita temui.

Selasa, 15 Desember 2015
Tempat yang Allah Sediakan Bagiku
Efesus 4:11-16
Saat mengunjungi Maria, dari dalam rumahnya yang bersih dan rapi, aku mencium aroma roti yang baru selesai dipanggang. Segala sesuatunya disiapkan untuk menyambut kedatangan suami dari kantor dan ketiga anak laki-lakinya dari sekolah. Tetapi Maria tidak bahagia.

"Khotbah hari Minggu lalu berbicara tentang menggunakan talenta," katanya, "tetapi aku tidak merasa memilikinya. Aku langsung menikah setelah tamat sekolah dan ketika anak-anakku lahir, aku tidak dapat melanjutkan pekerjaanku di kantor. Sampai hari ini, aku tidak pernah menceritakan kepada orang lain tentang Yesus dan kasih-Nya." Aku meyakinkan Maria bahwa tiap hari ia sudah mencerminkan kasih Yesus kepada orang lain. Anak-anak laki-lakinya selalu membawa teman-teman mereka main ke rumah dan mereka sangat betah karena merasa dikasihi dan diterima. Di samping bersikap ramah, Maria juga mendukung suaminya dalam banyak kegiatan lainnya. Sejauh ini, Maria adalah pendengar yang sabar terhadap tetangganya dan melakukan beberapa pelayanan di gereja. Ia adalah perpaduan tokoh Marta dan Maria dalam cerita Alkitab.

Ada beberapa orang yang memiliki panggilan pelayanan ke luar negeri; tetapi ada juga di rumah, kantor, gereja, atau tetangga. Di mana pun kita melayani Allah dan tetangga kita adalah tempat di mana Dia memerlukan kita.


Rabu, 16 Desember 2015
Waktu Bersama Ibu
Mazmur 71:15- 18
Apa yang dapat kami lakukan hari ini? Aku memikirkan hal itu saat tiba di panti wreda. Ibuku sudah tidak bisa berkonsentrasi menonton acara televisi atau menemukan kata-kata yang tersembunyi dalam sebuah permainan tebak kata. Kebingungannya membuat percakapan menjadi sulit.

Aku melihat ibu mendengkur lembut di kursi, dan seluruh isi lemarinya bertumpuk di atas tempat tidur. Alkitabnya yang berwarna coklat berada di tumpukan kemejanya yang berwarna merah, hijau, dan biru. Aku sudah berbulan-bulan tidak membaca Alkitab. Lalu aku membuka Kitab Mazmur mulai membaca dengan keras. Saat aku melirik ibu, ia membuka matanya dan tersenyum padaku, “Terima kasih,” ia berbisik.

Pagi berikutnya, aku kembali menemukan Alkitab tergeletak di atas tumpukan baju. Aku membaca lagi, kali ini dari Perjanjian Baru. Membacakan Alkitab dengan keras untuk ibu menjadi kegiatan rutin hingga ia meninggal pada usia 97.

Ucapan terima kasih ibuku yang begitu sederhana telah mendorongku untuk terus membacakan untuknya, dan akhirnya aku menemukan kembali imanku yang telah hilang. Aku telah diingatkan bahwa Allah selalu bersamaku tiap waktu. Kini, aku seakan melihat wajah ibu dalam ingatanku tiap pagi saat aku mengambil Alkitabku sendiri.


Kamis, 17 Desember 2015
Dekat dengan Allah
Mazmur 119:97-106
Belum lama ini aku berdiskusi dengan sahabatku tentang bagaimana kita belajar mengasihi Allah. Dia berkata padaku, “Lina, jika kita ingin belajar menulis puisi, kita harus membaca buku-buku puisi yang hebat. Jika kita bergaul dengan orang yang pintar memasak, kita akan pintar memasak juga. Maka jika kita ingin belajar mengasihi Allah dan membangun hubungan yang intim dengan-Nya, kita harus sering membaca Alkitab, yang berisi perkataan Allah bagi kita.”

Pemikiran sahabatku membuatku terdiam, tetapi aku tahu ia benar. Seketika aku ingat sahabatku lainnya yang memiliki hobi yang berbeda denganku. Namun setelah aku bergaul dengannya, aku pun jadi suka dengan hobinya!

Betapa pentingnya membaca Alkitab! Dari kata-katanya tentang kasih membuat kita makin mengenal Allah dan rencana indah-Nya bagi kita. Allah akan menjadi sahahat karib terdekat. Ketika kita berikan waktu untuk berdoa dan saat teduh dengan Allah, kita akan meniru kasih-Nya dan menjadi terang yang mengalahkan kegelapan dunia ini.



Jumat, 18 Desember 2015
Bersinarlah!
Yohanes 1:1-9
Di meja dapur kami, aku sedang memperhatikan lilin yang semakin lama habis terbakar. Sumbunya terbakar perlahan-lahan dan segera membakar habis lilin itu. Kemudian apinya akan mati. Di saat bersamaan, aku mengingat dua lilin berbentuk permen bergaris di antara kumpulan dekorasi Natal. Mereka selalu tampak baru, walaupun barang itu dibeli sudah beberapa tahun yang lalu. Ibuku selalu menaruhnya sebagai dekor Natal utama di ruang tamunya. Namun ia tidak pernah membiarkan siapa pun menyalakan lilin lersebut. Lilin-lilin itu tidak bisa melaksanakan tugas utama mereka.

Begitu juga di dalam kekristenan kita. Kita dapat berkata panjang lebar tentang Alkitab dan menjelaskan berbagai hal dalam aspek keyakinan iman kita. Namun saat kita tidak mempraktikkan iman itu dalam hidup, kita bagaikan lilin yang tidak pernah dinyalakan. Iman kita begitu dangkal. Seperti pelita yang dinyalakan dan diletakkan di bawah gantang, kita gagal untuk membagikan terang dan pengharapan Kristus serta menggenapi perintah-Nya untuk menerangi orang-orang yang terhina dan terhilang. (Bacalah Matius 25:40)

Di tiap musim kehidupan, kita akan menemukan komitmen baru untuk menjadi tangan dan kaki Yesus, melayani mereka yang membutuhkan kapan pun dan di mana pun mereka kita jumpai.

Sabtu, 19 Desember 2015
Membuka Hati
Filipi 4:4-8
Aku mengucapkan selamat tinggal dan menutup teleponku sambil tersenyum setelah percakapan panjang dengan putriku. Kami saling berbagi cerita tentang kehidupan kami. Tidak pernah ada yang kami sembunyikan satu sama lain agar tidak ada yang mengganjal sebelum kami mengakhiri percakapan kami. Kami saling mengenal satu sama lain dengan baik.

Namun hal ini tidak selalu seperti ini. Beberapa tahun lalu kami sempat sulit berkomunikasi, meskipun kami saling mencintai. Akhirnya kami menjadi tidak yakin satu sama lain, kaku, dan jarang bertukar cerita. Aku tidak ingin menelepon dan mengganggunya hanya untuk hal sepele.

Sebagian di antara kita sering meluangkan waktu bersama Allah seperti aku dan putriku dahulu. Kita mengabaikan doa, menjauhkan diri kita dari Tuhan, dan mengalami hubungan yang tidak intim. Kita mulai berpikir bahwa Yesus tidak peduli terhadap kita, buang waktu dengan kita. Namun sebenarnya justru sebaliknya. Allah ingin kita berdoa tanpa henti. (Bacalah I Tes. 5:17) Dia tidak pernah lelah memperhatikan tiap detail kehidupan kita. Seperti percakapanku dengan putriku, makin aku sering berdoa, makin mudah untuk membuka jiwaku bagi Allah. Kita dapat mempercayai-Nya untuk rahasia, kesulitan, dan kesedihan kita. Karena Allah mencintai kita lebih dari siapa pun.


Minggu, 20 Desember 2015
Kehidupan Rohani
Ibrani 12:1-3
Aku dan temanku menyelipkan surat ke kartu Natal kami. Ketika membuka kartu Cindy tahun ini, aku penasaran mendengar apa kegiatan keluarganya. Suratnya yang penuh keceriaan dimulai dengan pertanyaan, "Bagaimana kehidupan rohanimu?" Hal aneh dalam permulaan surat! Aku selalu menulis, "Apa kabar?" dan Cindy biasanya selalu melakukan hal yang sama. Caranya bertanya membuatku heran, tidak pedulikah ia pada kesehatanku? Aku mengidap penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan suamiku, Kurt, terkena kanker otak. Pertanyaannya menggangguku.

Namun menjelang tahun baru, aku merenung mana yang lebih penting: kesehatan fisik atau rohani kita? Tentu saja, dengan segera aku mendapatkan jawabannya: kondisi kehidupan rohani kitalah yang penting. Allah mengetahui kehidupan rohaniku dan caraku menjalani hidup.

Pertanyaan Cindy membuatku menyadari bahwa aku harus lebih memperhatikan kehidupan rohaniku. Apakah aku membaca Alkitab tiap hari dan meluangkan waktu dengan teman seiman lainnya? Apakah kasihku kepada Allah telah kutunjukkan melalui perkataan dan perbuatanku? Apakah pikiranku tertuju kepada Yesus? Apakah aku selalu ingat berterima kasih kepada Allah seperti saat aku membuat permintaan? Semua ini akan memimpin kita semua pada kesehatan rohani yang lebih baik lagi.