Saat Teduh 2 - 8 November 2015

Ayat Hafalan:
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau,
yang berhasrat mengadakan ziarah! (Mazmur 84:5)
 
Senin, 2 November 2015
DOA JANJI TUHAN
2 Samuel 7:18-29
Daud memberikan teladan untuk kita supaya terus ingat dan berfokus pada janji Tuhan. Salah satu janji Tuhan yang Daud ingat adalah bahwa Ia akan memberkati serta mengokohkan keturunannya. Daud memperkatakan janji Tuhan dan oleh karena itu Tuhan menyatakan janji-Nya dan memberkati keturunan Daud.
  
Janji-janji apakah yang pernah Tuhan berikan kepada kita? Mungkin belum ada penggenapan pada tahun-tahun yang lalu. Terus perkatakan janji-Nya dalam doa kita. Ketika kita terus memperkatakan janji Tuhan untuk kita secara pribadi, maka mulai dari situlah iman akan bertumbuh. Tuhan tahu kita membutuhkan penggenapan janji itu, tetapi dari kebenaran ini kita belajar bahwa kita harus sepakat dengan Tuhan. Sepakat tentang apa? Yaitu sepakat tentang janji-janji tersebut.
  
Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah bahwa Daud tetap mempermuliakan Tuhan. Dalam ayat 26 dikatakan: “Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya ...” Dari pernyataan Daud ini menekankan bahwa hasil penggenapan janji harus kembali untuk kemuliaan Tuhan dan bukan untuk kemuliaan kita. Semua hanya untuk Tuhan. Kita harus belajar untuk memuliakan Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Kita tidak boleh mencuri kemuliaan Tuhan.
  
Terus perkatakan janji-janji Tuhan tentang perekonomian kita, keselamatan keluarga, pertumbuhan rohani, pelayanan, studi, dll. Untuk inilah kita harus terus bergumul dengan Tuhan dalam doa supaya kita bisa melihat janji-Nya digenapi.

“Memperkatakan janji Tuhan dalam doa adalah
bukti kesepakatan kita dengan-Nya”
 
 
Selasa, 3 November 2015
HASIL PERJUMPAAN
Yohanes 4:1-42
Cerita percakapan Yesus dengan perempuan Samaria memberikan kepada kita satu kebenaran yang tidak akan pernah kita lupakan. Apakah itu? Kebenaran tersebut adalah transformasi hidup seorang perempuan Samaria. Memang jika mengerti kisah ini, perempuan Samaria tersebut sangat haus dengan yang namanya kasih. Ia berusaha mencari kasih dan kepuasan hidup. Tidak tanggung-tanggung yang dilakukan oleh perempuan Samaria itu. Ia bahkan mencari kasih dan kepuasan melalui pria-pria yang ada di sekelilingnya. Tetapi apa hasilnya? Perempuan itu tidak pernah puas karena kasih yang dari manusia selalu terbatas. Tetapi ketika ia berjumpa dengan Yesus, ia berubah ada sesuatu yang membuka mata rohaninya. Ia percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang selalu ditunggu-tunggu dan pada akhirnya ia menceritakan kepada orang-orang Samaria yang lain.
   
Ada pertanyaan klasik yang selalu kita pergumulkan. Pertanyaan tersebut adalah “Kenapa aku belum bisa berubah?” “Kenapa orang-orang di sekitarku belum ada perubahan?” Apakah jawaban dari masalah ini? Jawabannya adalah bahwa kta perlu mengalami perjumpaan secara khusus dengan Tuhan. Orang-orang di sekitar kita perlu mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan tersebut tidak lain adalah melalui doa dan Firman Tuhan. Dan hasil dari sebuah perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi adalah TRANSFORMASI HIDUP. Ada perubahan hati yang terjadi. Ada pembaruan dalam cara berpikir kita. Ada pemulihan dan kesembuhan dalam perjumpaan. Apakah Anda rindu mengalami hal ini? Adakan perjumpaan dengan Tuhan dalam hidup pribadi. Khususnya dalam doa-doa kita. Miliki kehausan yang dalam dengan Tuhan, maka Ia akan memuaskan kita.

“Hasil pertama perjumpaan kita dengan Tuhan adalah perubahan hati kita”


Rabu, 4 November 2015
PENCURI SUKACITA
Filipi 1:1-11
Mengapa banyak orang Kristen tidak mengalami sukacita sejati yang merupakan buah buah Roh dalam Galatia 5:22-23?
  
Dalam bukunya yang berjudul “Laugh Again” (Tertawa Lagi), Charles Swindoll menulis tiga hal yang sering menjadi “Pencuri sukacita,” yakni kekuatiran, tekanan batin, dan ketakutan. Ia mendefinisikan kekuatiran sebagai “kegelisahan yang berlebihan akan suatu hal yang mungkin terjadi.” (Dan biasanya tidak terjadi). Tekanan batin diartikan sebagai “Ketegangan yang berlebihan terhadap situasi yang tidak dapat kita ubah atau kontrol.” (Namun, Allah mampu melakukannya). Dan ketakutan, menurut Swindoll, adalah “kecemasan yang sangat terhadap bahaya, kejahatan, atau penderitaan.” (Dan hal itu hanya memperbesar masalah kita).
  
Swindoll mengatakan bahwa untuk membentengi diri dari “Pencuri sukacita,” kita harus memiliki keyakinan yang sama seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Setelah mengucapkan syukur atas jemaat Filipi (Ay. 3-5), ia meyakinkan bahwa, “Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya” (Ay.6)
  
Apa pun yang menyebabkan Anda kuatir, tertekan, dan ketakutan, tidak dapat menghalangi Allah melanjutkan pekerjaan-Nya dalam hidup Anda. Kita dapat mengawali setiap hari dengan keyakinan bahwa Dia yang mengatur segalanya. Kita dapat menyerahkan segala hal ke dalam tangan-Nya.
  
Bentengi diri kita dari “pencuri sukacita” itu dengan memperbarui keyakinan kita kepada Allah setiap hari. Lalu tenangkan hati kita dan bersukacitalah.

“Kebahagiaan tercipta berdasarkan peristiwa yang dialami,
tetapi sukacita tercipta karena Yesus”
 
 
Kamis, 5 November 2015
PERMINTAAN ORANG BENAR
Ayub 42:7-17
Ada banyak kisah menarik dari peristiwa penderitaan Ayub dan banyak kebenaran yang bisa kita pelajari. Salah satunya adalah dalam ayat yang kita baca hari ini. Sebelum Ayub dipulihkan oleh Allah, dalam ayat 7 dikatakan bahwa Allah murka kepada Elifas dan kedua sahabatnya. Kenapa Ia murka? Ya, karena mereka berkata-kata yang salah tentang Allah. Ayub juga sempat ragu tentang Allah, tetapi pada akhir kitab Ayub, khususnya dalam ayat 1-6, ia menyatakan untuk mencabut semua perkataan yang salah tentang Allah. Dalam hal ini Allah akhirnya membenarkan Ayub.
  
Allah memerintahkan Elifas, Bildad, dan Zofar, untuk datang kepada Ayub serta membawa persembahan korban bakaran. Hal ini dilakukan agar Ayub meminta doa kepada Allah untuk ketiga temannya itu dengan tujuan meredakan murka Allah terhadap mereka yaitu Elifas, Bildad, dan Zofar. Allah dengan serius mengatakan bahwa hanya permintaan Ayub yang akan diterima (Ay. 7-9).
  
Allah mendengar dan menjawab doa orang benar. Siapakah orang benar? Ia adalah yang telah menyerahkan hidup kepada Yesus Kristus sebagai juru selamat. Perhatikan dengan baik! Allah mendengar doa-doa orang benar. Kita yang sudah ada dalam Yesus telah dibenarkan melalui darah yang tercurah dari kematian-Nya. Adalah salah jika saat ini belum ada jawaban doa yang kita terima dan kita mengatakan bahwa Ia tidak mendengar dan menjawab doa-doa kita. Orang-orang benar memiliki akses atau jalur khusus dalam doanya. Hal ini karena melalui Roh Kudus dan Yesus Kristus maka Allah mendengar serta menjawab doa-doa kita. Jadi, jangan ragukan Allah! Terus berdoa dan berkomunikasi dengan Allah! Kita adalah orang yang telah dibenarkan.
 
“Orang-orang benar memiliki akses atau jalur khusus dalam doanya.
Hal ini karena melalui Roh Kudus dan Yesus Kristus maka Allah mendengar serta menjawab doa-doa kita”


Jumat, 6 November 2015
BELAJAR DARI MERPATI
Daniel 6:1-29
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa cara berjalannya burung merpati begitu lucu? Karena dengan cara berjalan seperti itu, ia mengetahui arah yang dituju. Merpati tidak dapat memusatkan penglihatannya sambil berjalan. Oleh sebab itu, setiap kali melangkah ia perlu berhenti sejenak untuk memusatkan kembali pandangannya. Gerakannya menjadi agak canggung yaitu kepala ke depan, stop, kepala ke belakang, stop.
  
Dalam perjalan rohani bersama Tuhan, kita memiliki masalah yang sama seperti merpati itu. Terkadang kita merasa sulit untuk melihat sambil berjalan. Kita perlu berhenti sejenak untuk sebelum melangkah lagi dan memusatkan perhatian kembali pada Firman dan kehendak Allah. Berdoa dan merenungkan Firman adalah “waktu berhenti” kita. Perjalanan kita bersama Tuhan perlu dibangun dalam suatu pola pemberhentian sejenak yang memungkinkan kita untuk melihat dengan lebih jelas sebelum melangkah maju.
  
Kebiasaan Daniel berdoa tiga kali sehari merupakan bagian penting dari perjalanannya bersama Allah (Ay. 11). Daniel tahu ada suatu pemusatan perhatian secara rohani yang tak dapat dilakukan tanpa berhenti dulu. Pemberhentian sejenak ini memberinya perjalanan yang berbeda, yang sangat jelas terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
  
Bagaimana dengan kita? Dengan risiko dianggap berbeda dengan orang lain, seperti halnya Daniel, marilah kita memetik pelajaran berharga dari burung merpati: “terlihat menarik” tidaklah sepenting “melihat dengan baik.”

“Pelayanan dalam Kristus membutuhkan waktu sejenak untuk pembaruan” 
 

Sabtu, 7 November 2015
SEMUA HARUS DITERIMA
Matius 5:43-48
Salah satu penyebab perceraian suami-istri adalah kurang penerimaan. Jika ada pasangan yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok lagi satu dengan yang lain itu sama artinya tidak ada penerimaan lagi. Penerimaan dalam hal ini adalah penerimaan tentang kepribadian dari masing-masing individu. Baik kelebihan dan kelemahan seseorang harus diterima apa adanya. Jika pasangan suami-istri sudah menerima baik kelebihan dan kekurangan pasangannya, maka perceraian tidak akan terjadi.
  
Dalam ayat yang kita renungkan hari ini mengajarkan kebenaran bahwa kita harus menerima siapa pun yang kita temui. Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi musuh-musuh kita. Seorang musuh di sini pasti dalam pengertian bahwa orang tersebut tidak cocok dengan harapan kita. Tetapi perintah Tuhan adalah kita harus mengasihi semua orang, baik yang cocok atau tidak cocok dengan kita.
  
Inti dari kasih yang Tuhan ajarkan adalah penerimaan sepenuhnya terhadap sesama kita. Kasih selalu menutupi kelemahan sesama. Kasih tidak menjatuhkan sesama. Mari kita terima sesama kita dengan apa adanya. Kita terima mereka baik kelemahan atau kekurangannya.

Perintah Tuhan yang lain adalah doakan mereka. Dalam ayat 44 mengatakan: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Selain mengasihi sesama, Tuhan juga ingin kita selalu berdoa untuk mereka. Memang kadang-kadang kita sulit mengasihi dan menerima ketika orang tersebut tidak cocok atau telah merugikan kita. Tetapi dengan mendoakan mereka, pasti ada kasih Tuhan yang mengalir dalam hati kita sehingga membuat kita bisa menerima sesama kita tersebut. Melalui doa juga kita bisa menolong orang tersebut dalam menutupi kelemahan mereka. Jadi, berdoa sangatlah baik untuk diri kita pribadi supaya bisa mempraktekkan kasih dan berdoa juga bisa menolong sesama kita dalam kelemahan mereka. Kasihi mereka semua dan doakan mereka, maka damai sejahtera terus mengalir dalam hidup kita.

“Doa sangatlah baik untuk diri kita pribadi supaya bisa mempraktekkan kasih dan doa juga bisa menolong sesama kita dalam kelemahan mereka”


Minggu, 8 November 2015
TAK KENAL MAKA TAK ADA BERKAT
Hosea 4:6; 6:1-6
Pengenalan akan Allah sangat penting. Allah memperingatkan bangsa Israel karena mereka lebih suka dengan kebiasaan agamawi. Bahkan yang lebih parah bahwa mereka menyembah allah yang lain. Allah menuntut lebih. Pengenalan yang dirindukan Allah adalah pengenalan yang secara menyeluruh. Pengenalan bukan sekedar mengetahui. Pengetahuan hanya sampai di otak atau pikiran. Tetapi pengenalan lebih cenderung seperti hubungan suami istri. Pada umumnya suami istri mengenal satu dengan yang lain sehingga tahu kelebihan dan kekurangan atau apa yang disukai atau tidak.
  
Pengenalan secara pribadi adalah standart Allah. Begitu banyak buku yang menjelaskan pribadi Allah. Mulai dari penulis awam sampai pada pakar teologi. Tidak ada yang salah dengan pengetahuan secara akal. Tetapi Allah ingin lebih dari itu. Pengalaman kita secara pribadi dengan Allah akan lebih bermakna. Mari kita memiliki pengalaman secara pribadi dengan-Nya. Pengenalan secara pengetahuan dan pengalaman pribadi akan lebih lengkap. Ibadah dan pertemuan rohani yang lain penting. Tetapi Allah lebih suka kesetiaan dan pengenalan pribadi. Contoh menolak untuk mengenal Allah seperti tidak pernah merenungkan Firman, berdoa, jarang beribadah, apalagi datang pertemuan komsel.
  
Menolak pengenalan akan Allah sama dengan menolak berkat. Setiap kita ingin diberkati oleh Allah, tetapi kita tidak mau melakukan disiplin rohani, kita jarang beribadah atau berkomunitas. Mungkin sering beribadah atau berkomunitas tetapi pada kenyataanya tidak pernah mengandalkan Allah. Jika ada masalah lebih cenderung mencari kekuatan manusia daripada Allah. Inilah bentuk penolakan akan pengenalan Allah. Tidak ada berkat jika kita tidak melakukan bagian kita. Mengenal Allah secara pribadi harus dengan motivasi yang benar, bukan karena cari berkat-Nya. Cari Dia supaya kita mengenal-Nya dan lakukan dengan kerelaan hati.

“Menolak pengenalan akan Allah sama dengan menolak berkat”