Saat Teduh 30 November - 6 Desember 2015

Ayat Hafalan:
Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
(1 Tesalonika 4:7)
 
Senin, 30 November 2015
WAKTU UNTUK TUHAN
Mazmur 63:1-12
Berapa lama Saudara memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan? Banyak yang menjawab: tidak pasti, kalau lagi tidak sibuk. Dalam sehari Tuhan memberi kita waktu selama 24 jam. Dari 24 jam itu, berapa jam yang kita gunakan untuk mencari hadirat Tuhan atau kita khususkan untuk memuji dan menyembah Dia?
  
Daud tidak pernah melewatkan hari tanpa bersekutu dengan Tuhan dan memuji-muji Tuhan, baik itu pagi, siang dan malam. Tertulis: "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4), juga "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;" (Mazmur 59:17) dan "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Di segala waktu dan keadaan (suka maupun duka) Daud selalu memuji-muji Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh suku Lewi, satu-satunya suku di antara 12 suku di Israel yang memiliki tugas 'istimewa' yaitu dikhususkan untuk melayani Tuhan, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Dikatakan: "...mereka bertugas menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan setiap pagi, demikian juga pada waktu petang," (1 Tawarikh 23:30).
  
Selama masih ada waktu, selama matahari terbit di ufuk timur, selama bintang masih gemerlap di waktu malam, dan selama bumi masih berputar, suku Lewi tak henti-hentinya menaikkan korban syukur dan puji-pujian bagi Tuhan, baik itu pada waktu pagi, petang dan juga pada hari-hari khusus seperti sabat, bulan baru, hari raya dan sebagainya. Kita pun harus demikian, menyediakan waktu khusus bagi Tuhan. Jangan hanya saat ibadah di gereja saja! Kita sendiri harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari hadirat Tuhan. Bagi yang bekerja bisa menyediakan waktu pagi hari untuk Tuhan sebelum berangkat beraktivitas. Para ibu rumah tangga malah lebih fleksibel karena memiliki waktu luang lebih banyak di rumah, bisa pagi, siang atau sore. Atau mungkin kita hanya bisa pada malam hari setelah semua tugas dan pekerjaan terselesaikan. Tidak masalah! Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2)

“Jika Daud bisa, mengapa kita tidak?”


Selasa, 1 Desember 2015
MENGEKANG LIDAH
Yakobus 1:19-27
Penulis pernah mendapat curhat seorang teman yang bukan seorang percaya (di luar Tuhan) yang bekerja di sebuah perusahaan. Dia mengungkapkan keluhannya bahwa selama bekerja di situ ia sering menangis dan ingin segera keluar dari pekerjaan karena sudah tidak betah lagi. Penulis bertanya, "Mengapa?" Jawabannya sangat mengangetkan dan sekaligus menyedihkan hati. Ia tidak tahan dengan omelan dan umpatan dari pimpinannya; bila ada karyawan yang melakukan kesalahan, si pimpinan itu marah-marah, membentak-bentak, kata-katanya kasar, bahkan 'nama-nama binatang' selalu ia perkatakan, padahal pimpinannya itu seorang Kristen dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja. Kok bisa ya? Saat berada di gereja atau pelayanan ia bak seorang malaikat atau orang yang suci dan kudus. Tetapi di luar gereja topeng itu ditanggalkan dan begitu cepatnya berubah. Karakternya tidak lagi seperti Kristus, tidak bisa menahan lidah atau ucapannya, tidak bisa menjadi berkat, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.
  
Ayat nas di atas menyatakan bahwa ibadah kita akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa mengekang lidah atau ucapan kita. Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita mengungkapkan sifat yang yang sesungguhnya, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34a). Kita kembali diingatkan agar berhati-hati menggunakan lidah kita. Adalah pekerjaan yang tidak mudah mendisiplinkan, mengontrol dan menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita. Bila kita dapat menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita, yaitu mempunyai kemampuan untuk menentukan seluruh arah hidup kita. Bila kita dapat menundukkan bagian tubuh kita yang satu ini dan menyerahkannya di bawah kendali Roh kudus, kita akan mampu mendisiplinkan seluruh tubuh kita.
  
Lidah atau perkataan yang kita ucapkan menentukan apakah kita akan hidup dalam kemenangan, kekalahan, berkat atau kutuk. Karena itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita, karena "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).

“Jangan semborono menggunakan lidah kita
karena dampaknya akan kembali ke kita!”


Rabu, 2 Desember 2015
JANGAN TIDUR ROHANI
1 Tesalonika 5:1-11
Jika memperhatikan keadaan dunia ini, sungguh saat-saat ini adalah saat di mana kedatangan Tuhan sudah semakin mendekat, sudah di ambang pintu, tinggal diketuk! Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita siap sedia untuk menyongsong kedatangan Tuhan kali yang kedua ini? Karena kelesuan, kesuaman dan tertidur secara rohani melanda kehidupan orang percaya.
  
Gemerlap dunia ini dengan segala kenikmatannya lebih menyita perhatian dan kian memperdaya banyak orang untuk tidak lagi memikirkan perkara-perkara rohani. Sebagian besar orang Kristen mulai malas di dalam menjaga hubungan dan komitmennya kepada Tuhan. Banyak yang melalaikan jam-jam doanya, acuh tak acuh terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Banyak pula yang puas hanya dengan duduk memenuhi bangku gereja setiap Minggu, mendengar firman dan menerima berkat-berkat dari Tuhan, tapi tidak mempraktekkan apa yang telah mereka dengar dan pelajari. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hidupnya 'sama' dengan orang-orang dunia, hanya 'label' Kristen saja yang membedakan, tetapi semua tindakan dan perbuatannya sangat menyedihkan hati Tuhan; hidup tidak lagi disiplin dan membiarkan hati dan pikirannya dipenuhi oleh berbagai keinginan jahat, ketakutan, kekuatiran, iri, dengki, kebencian, kecemburuan dan sebagainya. Belum lagi dalam hal perkataan: masih suka bohong, suka melontarkan kata-kata yang tidak sopan, membual, penuh tipu muslihat.
  
Orang Kristen mengemban tugas mulia dari Tuhan yaitu untuk menjadi berkat dan juga kesaksian bagi orang lain, "...bukan untuk melakukan apa yang cemar," (1 Tesalonika 4:7). Oleh sebab itu berhati-hatilah dan segeralah bertobat! Karena tidak banyak waktu lagi Tuhan segera datang! Kalau kita tidak segera bertobat mulai dari sekarang, kapan lagi? "...karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:16-17). Sudah tidak ada waktu lagi untuk tidur! Tidak ada waktu lagi untuk tetap tinggal dalam comfort zone! Kita harus bangkit dan segera sadar! Jangan termakan oleh tipu daya Iblis!

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibrani 4:7


Kamis, 3 Desember 2015
SUKACITA SEJATI HANYA DI DALAM TUHAN
Mazmur 16:1-11
Momen apa yang paling membuat Saudara merasakan sukacita? Ada berbagai alasan seseorang mengalami sukacita dalam hidupnya: seseorang bersukacita saat ia mendapatkan lotere; ketika merayakan valentine's day dengan teman-teman; saat berada di kursi pelaminan dengan orang yang dicintainya; ketika memiliki uang banyak; ketika lulus ujian atau diwisuda sebagai sarjana; ketika dianugerahi anak; ketika bertemu dengan kawan lama dan sebagainya. Seseorang yang menderita sakit akan bersukacita ketika dokter menyatakan bahwa ia sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit; seorang atlet mengalami sukacita yang luar biasa ketika ia mampu merebut medali emas dalam suatu kejuaraan; seorang petani bersukacita tatkala musim panen yang ditunggu-tunggu itu tiba, sehingga rasa-rasanya semua kerja keras yang selama ini ia lakukan, baik itu membajak, mengairi dan merawat tanaman telah terbayar sudah. Begitu pula seorang karyawan akan bersukacita ketika tiba waktu menerima gaji atau mendapat promosi jabatan dari pimpinan.
  
Namun, berapa lama sukacita itu akan bertahan? Sukacita yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya hanya sementara, tidak akan bertahan lama. Lalu, di manakah kita menemukan sukacita yang sejati dan berlimpah-limpah itu? Sukacita yang melimpah dan yang tak lekang oleh waktu hanya akan kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang dari Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita karena sukacita itu berasal dari dalam, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
  
Jadi, kita mendapatkan sukacita yang berlimpah oleh karena ada Roh Kudus di dalam diri kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Mungkin kita berkata, "Teorinya gampang. Prakteknya? Bagaimana bisa bersukacita jika kita sedang dalam masalah, sakit, punya banyak utang, toko sepi, perusahaan lagi bangkrut dan sebagainya?" Rasul Paulus menulis surat himbauan kepada jemaat di Filipi ini bukan saat ia sedang bersenang-senang karena menerima berkat dari Tuhan, tapi justru saat ia berada di dalam penjara alias dalam penderitaan dan kesesakan.
"Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!"
(Nehemia 8:11b).


Jumat, 4 Desember 2015
KEKRISTENAN YANG BERKUALITAS
Roma 1:8-15
Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah, karena sebagai pengikut Kristus hidup kita juga harus mencerminkan Kristus dan meneladani-Nya. Jika tidak, kita belum layak disebut sebagai orang Kristen yang sejati, karena semua tindakan dan perbuatan kita haruslah sesuai dengan firman Tuhan. Inilah yang dikehendaki Tuhan, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15).
  
Hidup tiada beraib, tiada bernoda, tiada bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia adalah kualitas hidup orang Kristen yang sesungguhnya. Seringkali orang salah dalam mengukur kualitas hidup seseorang. Orang dunia menilai bahwa seseorang dikatakan berkualitas apabila ia berpendidikan tinggi, mempunyai karir yang menanjak, berpengalaman banyak, memiliki kekayaan yang melimpah dan sebagainya. Tapi itu berbeda dengan ukuran yang dipakai Tuhan! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).
  
Kehidupan rohani yang berkualitas inilah yang juga diteladankan rasul Paulus bagi orang percaya: saat berada di penjara sekali pun Paulus tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan (ayat 8). Meski mengalami tindasan, aniaya, penderitaan dan ujian dia tidak pernah mengeluh atau bersungut-sungut. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi Paulus dalam melayani Tuhan benar-benar tulus dan murni demi kemuliaan nama Tuhan (ayat 9). Apa kuncinya sehingga Paulus bisa seperti itu? Berdoa! (ayat 10). Tanpa doa, Paulus tidak akan mampu setegar itu; Tanpa doa, pelayanan Paulus tidak akan berdampak. Doa harus menjadi nafas hidup orang percaya! Karena itu ia selalu menasihatkan: "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." (Efesus 6:18b). Sudah seharusnya setiap kita, bukan hanya pelayan Tuhan, meneladani hidup Paulus ini. Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi dengan motivasi tidak benar.

“Selalu bersyukur, tulus melayani Tuhan dan tekun dalam doa adalah kunci untuk menjadi 
orang Kristen yang berkualitas!”

Sabtu, 5 Desember 2015
PENUH PERGUMULAN
Mazmur 56:1-14
Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan. Entah itu pergumulan tentang pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya. Saat berada dalam pergumulan yang berat itu tak jarang kita merasa tertekan, kecewa, frustasi sehingga ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
  
Hal ini juga dialami oleh Daud, hidupnya penuh dengan pergumulan. Banyak seteru yang menginginkan kematiannya. Hidupnya menjadi tidak tenang, di antaranya karena Saul terus mengejarnya dan hendak membunuhnya. Tak jarang pula Daud mengalami ketakutan yang begitu hebat seperti saat ia berada di Gat, sampai-sampai ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan dan berbuat pura-pura gila. Tapi dalam ketakutannya yang luar biasa itu Daud selalu bersandar kepada Tuhan sebab ia percaya bahwa Tuhan sajalah yang dapat membela perkaranya. Daud berkata, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang Firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Daud percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan umatNya yang berada dalam pergumulan hebat, yang terus berseru-seru kepada-Nya. Daud berkata, "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu" (Mazmur 56:9).
  
Saat ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami oleh Daud: kita terhimpit, tertekan oleh permasalahan yang berat atau bahkan juga dimusuhi sekalipun kita tak bersalah. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita karena "...hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19b). Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena"...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita.

“Seberat apa pun pergumulan kita, Tuhan sanggup menolong dan memberi jalan keluar!”


Minggu, 6 Desember 2015
KEKUATAN DALAM MENANTIKAN TUHAN
Mazmur 130:1-8
Ada harga yang harus kita bayar ketika kita menantikan sesuatu dari Tuhan. Menantikan sesuatu dari Tuhan juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Banyak orang Kristen yang menyerah di tengah jalan ketika yang dinantikan itu tidak kunjung tiba, dan karena ketidaksabarannya itu akhirnya mereka juga tidak memperoleh apa-apa.
  
Pengiringan kita kepada Tuhan tidak terlepas dari masalah dan pergumulan yang datang silih berganti dalam kehidupan ini. Tiada hari tanpa pergumulan bagi orang percaya! Tapi kita harus yakin bahwa "...Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13b). Satu hal yang harus kita lakukan dalam pergumulan yang kita hadapi adalah tetap sabar dan tekun untuk menantikan jawaban dari Tuhan."Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!, Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
  
Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan mendatangkan berkat yang luar biasa. Dalam Yesaya 40:31 tertulis: "...orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Ayat ini menyatakan bahwa setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Pergumulan berat yang kita alami seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh. Tapi, kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan Dia. Adapun kekuatan yang Tuhan berikan itu tak terbatas dan tak terjangkau oleh pikiran kita, sebab "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20). Secara manusia kita tidak kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kekuatan itu akan muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia.

“Penantian akan Tuhan menghasilkan kekuatan bagi kita dalam menghadapi segala permasalahan yang ada!”

Saat Teduh 23 - 29 November 2015

Ayat Hafalan:
Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. (Yakobus 1:26)
 
Senin, 23 November 2015
ALLAH PASTI MEMENUHI KEBUTUHAN KITA
Filipi 4:10-20
Setiap hari semua orang tanpa terkecuali dipusingkan oleh kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi sekarang ini semua harga kebutuhan pokok tidak ada yang murah, semuanya makin hari makin mahal. Yah...selama hidup di dunia ini memenuhi kebutuhan hidup, baik itu makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, adalah hal-hal yang tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya semua orang bekerja keras membanting tulang untuk dapat memenuhi setiap kebutuhannya.
  
Apa yang dikejar? Tidak ada kata lain, selain UANG. Semua orang pasti berpikir bahwa jika sudah memiliki cukup uang atau bahkan berlebih semuanya akan menjadi beres, hidup ini bisa tenang dan kebahagiaan dapat dirasakan. Benarkah?Kenyataannya tidak demikian, kita tetap saja merasa kurang dan tidak pernah terpuaskan seperti yang dikatakan Salomo, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan pernah puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9a). Akibatnya pikiran kita dipenuhi oleh kekuatiran setiap hari; kuatir akan kebutuhan, kuatir akan biaya sekolah anak dan lain-lain. Alkitab menasihati, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34). Ada pun arti kata 'kuatir' itu sendiri adalah rasa takut, gelisah, cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Untuk bisa keluar dari kekuatiran Tuhan mengajarkan untuk kita untuk memprioritaskan perkara-perkara rohani terlebih dahulu. Tuhan berkata, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
  
Sudahkah kita menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup ini? Tuhan Yesus telah menebus hidup kita dengan darahNya yang mahal supaya kita diselamatkan. Tidakkah hati kita terketuk untuk membalas kasih-Nya itu? Nah, untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya tidak ada jalan lain selain kita mencari hadirat Tuhan setiap hari; setia merenungkan firman-Nya dan melakukannya; setia beribadah dan melayani Tuhan.

“Ketika kita mengutamakan Tuhan di atas segalanya, maka Dia akan menyediakan segala yang kita perlukan karena Dia adalah Jehovah Jireh!” 


Selasa, 24 November 2015
MENGAKUI KELEBIHAN ORANG LAIN
Amsal 29:1-27
Semua orang tanpa terkecuali pasti suka dipuji, dihormati dan juga dihargai oleh orang lain. Mereka tidak suka jika ada orang lain meremehkan, merendahkan atau menghina. Pujian terhadap seseorang itu sangat berarti, bisa membangkitkan semangat baginya untuk bekerja dan berkarya lebih baik lagi dari yang telah dikerjakan.
  
Jika seorang pemimpin perusahaan memuji pekerjaan salah satu karyawannya, si karyawan itu pasti akan makin bersemangat dalam bekerja dan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaannya. Sebaliknya jika pemimpin perusahaan terus mencela dan memarahi karyawan, si karyawan bukannya tambah semangat tapi malah makin frustasi dan ogah-ogahan mengerjakan tugasnya karena merasa bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidak dihargai. Jadi pujian dapat meningkatkan mutu atau kualitas pekerjaan seseorang. Tentunya pujian yang kita berikan bukan saja pada hal-hal yang besar saja tetapi juga untuk perkara-perkara sekecil apa pun, karena "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a).
  
Pujian juga dapat membuka hati seseorang untuk menerima teguran atau kritikan dari orang lain. Sayang, tidak semua orang bisa memberikan pujian kepada orang lain. Hanya orang yang memiliki kerendahan hati yang mau mengakui kelebihan atau prestasi orang lain. Tanpa kerendahan hati, seseorang sulit memuji orang lain. Dengan adanya sikap rendah hati, kita bisa mengikis rasa ego kita, mau belajar dari orang lain dan bisa memberi pujian. Hanya orang yang rendah hatilah yang dapat memuji orang lain dan mengakui kelebihannya.
  
Mari kita belajar untuk menjadi orang yang rendah hati dan bukan lagi orang yang sombong, karena "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu." (Yesaya 2:11). Sebaliknya, orang yang rendah hati dikasihi oleh Tuhan. Pemazmur berkata, "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9).

“Milikilah kerendahan hati karena itu berkenan di hati Tuhan
dan ada berkat di dalamnya!”

Rabu, 25 November 2015
BELAJAR DARI KORNELIUS
Kisah Para Rasul 10:1-48
Menjadi kesaksian bagi orang lain adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya. Melalui kehidupan kita yang menjadi berkat bagi orang lain nama Tuhan dipermuliakan. Contohnya adalah Kornelius. Alkitab menyatakan, "Ia (Kornelius) saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah." (Kisah 10:2). Tidak hanya saleh dan takut akan Tuhan, Kornelius juga seorang yang murah hati, suka menolong dan memberikan banyak sedekah kepada orang lain. Kornelius juga tekun berdoa kepada Allah bukan hanya waktu-waktu tertentu, tapi setiap saat. Kornelius juga seorang yang tulus hatinya, tidak ada kepura-puraan dalam hidupnya sehingga ia memiliki reputasi yang baik di antara seluruh bangsa Yahudi.
  
Adakah yang kurang dalam diri Kornelius? Ada. Kornelius belum pernah mendengar nama Yesus dan belum percaya kepadaNya. Itulah yang kurang dalam diri Kornelius. Kedatangan Petrus ke rumah Kornelius setelah dijemput dari Yope membuka babak baru dalam hidupnya. Ketika berbicara dengan Kornelius Petrus tidak membicarakan hal-hal yang lain selain perihal Yesus Kristus karena itu sangat diperlukan oleh Kornelius. Kornelius perlu mendengar perihal kehidupan Tuhan Yesus, baik itu kematian-Nya, kebangkitan-Nya dari antara orang mati dan juga kedatangan-Nya kelak kembali, karena "...Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa peraya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya." (Kisah 10:42-43).
  
Bukan saja Kornelius harus mendengar tentang Yesus Kristus, tapi dia juga harus percaya kepada-Nya dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Kesalehan manusia tanpa Yesus Kristus tidak ada artinya apa-apa karena "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12).

“Sudahkah kita bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat?”


Kamis, 26 November 2015
NILAI ALKITAB
2 Timotius 3:10-17 
Berapa harga sebuah Alkitab? Bervariasi, tergantung kualitas kertas dan cover-nya. Untuk Alkitab berbahasa Indonesia harganya tak lebih dari seratus ribu rupiah. Untuk mendapatkan Alkitab juga tidaklah sulit karena tersedia di toko-toko buku. Namun jangan sekali-kali Saudara menyamakan nilai Alkitab dengan buku-buku yang lain meski dilihat dari harganya tidak terlalu berbeda jauh. Isi alkitab sangat jauh bernilai dibanding buku yang lain karena Alkitab berisikan firman yang diilhamkan oleh Tuhan sendiri. Alkitab adalah pikiran Tuhan, kehendak Tuhan, isi hati Tuhan, dan apa yang Tuhan rencanakan bagi kehidupan manusia. Jika kita perhatikan, situasi dan segala peristiwa yang terjadi di dunia ini jauh sebelumnya telah dinubuatkan oleh Alkitab. Dan semua nubuat itu tidak berasal dari kehendak manusia, tetapi atas dorongan kuasa Roh Kudus seperti tertulis: "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." (2 Petrus 1:21).
  
Apalagi keistimewaan Alkitab? Alkitab berkuasa mengubah hati manusia dan mengoreksi kehidupan manusia, karena "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Alkitab dapat mengubah seseorang yang jahat menjadi baik, mantan narapidana bisa menjadi hamba Tuhan. Uang, kekayaan, jabatan tidak dapat mengubah hati manusia, tapi Firman Tuhanlah yang dapat melembutkan hati yang keras, bahkan dapat meleburkan hati yang telah membatu, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
  
Alkitab berkuasa menuntun manusia kepada Tuhan Yesus. Hal ini diakui Daud,"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Tuhan Yesus adalah pokok, pusat pemberitaan dan harta termahal yang terkandung di dalam Alkitab.
“Alkitab jauh sangat bernilai karena tulisan-tulisan yang ada di dalamnya mengandung kuasa dan menuntun manusia kepada keselamatan kekal!”



Jumat, 27 November 2015
JANGAN MENGUTAMAKAN DIRI SENDIRI
Hagai 1:1-14
Bait Suci adalah tempat di mana kemuliaan Tuhan dinyatakan atas umat-Nya. Sayang, Bait Suci dalam bacaan hari ini telah menjadi puing-puing atau reruntuhan. Oleh karena itu tanpa kenal lelah nabi Hagai mengajak umat Tuhan untuk membangun kembali Bait Suci yang telah runtuh itu. Bagaiman respons mereka? "Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!" (Hagai 1:2).
  
Orang-orang tidak menanggapinya dengan serius dan cenderung meremehkan ajakan nabi Hagai. Mereka enggan mendirikan Bait Suci lagi dan lebih suka mendirikan rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan diri sendiri dari pada perkara-perkara rohani. Perkara-perkara rohani bukan lagi prioritas utama dalam hidup mereka. Apakah ini yang disebut dengan kemajuan rohani? Bangsa Israel telah mengalami kemunduran rohani yang teramat dalam. Pengalaman bangsa Israel inilah yang mendorong Rasul Paulus untuk mengingatkan jemaat di Galatia, "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!" (Galatia 3:3-4)
  
Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang percaya saat ini; semangat untuk melayani Tuhan sudah semakin kendor, padahal sebelumnya kita begitu berapi-api bagi Tuhan. Namun setelah semuanya berjalan dengan lancar kita mulai berubah. Hati kita mulai dingin! Kini perkara-perkara duniawi lebih menyita sebagian besar waktu kita. Kita tenggelam dalam kesibukan mengejar materi sampai-sampai waktu untuk bersekutu dengan Tuhan sudah tidak ada lagi, apalagi terlibat dalam pelayanan. Kita biarkan Bait Suci menjadi reruntuhan dan kita sibuk membangun dan mempercantik rumah sendiri. Tuhan berkata, "...tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19). Bukan berarti kita semua harus masuk sekolah Alkitab dan menjadi pendeta atau pelayan Tuhan penuh waktu.

“Apa pun yang kita miliki: waktu, tenaga, talenta, karunia, harta dan sebagainya dapat kita persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan; jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri saja.”

Sabtu, 28 November 2015
BERKAT DARI KETAATAN
Mazmur 115:1-8
Menjadi seorang yang taat tidak semudah membalikkan telapak tangan, bisa dikatakan berat karena setiap hari kita juga harus terus bergumul dengan kedagingan kita. Namun firman Tuhan tak henti-hentinya menasihati, "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," (1 Petrus 1:14).
  
Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menjadi seorang yang taat, karena itu"...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5b-6). Tetapi ketika kita mau taat kepada Tuhan, kita akan melihat pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Dia. Seringkali kita tidak dapat melihat dan mengalami mujizat dari Tuhan oleh karena satu hal, yaitu kita tidak taat, karena mujizat justru terjadi ketika kita taat.
  
Adalah baik bila kita didoakan dan ditumpangi tangan oleh hamba Tuhan ketika sedang sakit, lemah dan dalam pergumulan yang berat karena ada kuasa Tuhan yang bekerja melalui penumpangan tangan tersebut. Namun Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengalami mujizat yang luar biasa bukan karena penumpangan tangan seorang hamba Tuhan; perkara ajaib dan dahsyat terjadi bagi mereka ketika mereka hidup dalam ketaatan. Juga Daniel yang dimasukkan ke dalam gua singa. Mereka adalah pribadi-pribadi yang taat. Selain menghasilkan mujizat yang luar biasa, ketaatan juga akan membuat seseorang memiliki kekuatan. Ia tidak akan mudah goyah, putus asa atau frustasi ketika berada dalam penderitaan dan ujian yang berat karena ia tahu kepada siapa ia berharap. Siapa yang tidak kenal Rasul Paulus? Meski didera ujian dan penderitaan yang berat karena memberitakan injil ia tetap berdiri tegak dan mampu bertahan. Dia berkata, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:31b, 35, 37).

“Di akhir zaman ini Tuhan sedang mencari orang-orang Kristen yang taat; kepadanya akan dicurahkan berkat dan kekuatan!”


Minggu, 29 November 2015
JANGAN RAGUKAN JANJI TUHAN
Mazmur 119:137-144
Sebagai manusia adalah mudah bagi kita untuk berjanji, namun untuk menepati janji itu tidaklah gampang, bahkan seringkali meleset. Banyak orang kecewa karena orang yang diharapkan ternyata telah ingkar janji. Seorang pemuda berjanji hendak menikahi seorang gadis, ternyata janji itu tidak ia tepati, ia malah berpaling ke lain hati dan meninggalkan gadis itu. Janji manusia seringkali berujung pada kekecewaan, padahal pepatah dunia mengatakan bahwa janji adalah utang, sebab itu bayarlah janjimu supaya jangan berutang.
  
Bagaimana dengan Tuhan kalau Dia berjanji? Alkitab menyatakan bahwa "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya," (2 Petrus 3:9a) dan "Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Karena itu jangan pernah ragu akan janji Tuhan. Ketika berada dalam pergumulan yang berat jangan pernah putus pengharapan. Pandanglah Tuhan Yesus dan pegang janji firman-Nya. Jangan melihat kepada berapa besar persoalan yang kita alami, tetapi lihat dengan mata iman betapa besar kuasa dan kemampuan Tuhan kita karena kuasaNya sungguh tak terbatas untuk menolong umat-Nya.
  
Kalau pergumulan doa kita belum juga beroleh jawaban, jangan kecewa! Sebaliknya tetap nanti-nantikan Tuhan dan praktekkan firman-Nya. Salah satu cara: carilah ayat-ayat dalam Alkitab yang berkenaan dengan masalah yang kita alami, lalu berdoalah sesuai dengan janji Tuhan. Saat kita sedang bergumul dalam masalah ekonomi, pegang ayat ini: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19) dan perkatakan itu dengan penuh iman. Ketika kita sedang diliputi oleh rasa takut katakan pada hatimu, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekeaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Ketika kita sedang bergumul dengan sakit-penyakit pegang janji firman Tuhan ini: "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus 2:24b). Kuasa firman Tuhan itu amat dahsyat dan kekuatan janji firman-Nya sangat teruji. Oleh sebab itu peganglah teguh janji firman Tuhan, sediakan waktu untuk belajar dan merenungkan firman-Nya karena Tuhan ada di balik setiap kata dari firman-Nya.

“Tuhan berkata, "...sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku." (Yeremia 1:12)

Saat Teduh 16 - 22 November 2015

Ayat Hafalan:
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:6)
 
Senin, 16 November 2015
Perubahan Arah dari Allah
Amsal 3:1-8
Seabad yang lalu, Oswald Chambers, yang pada saat itu berusia 41 tahun, tiba di Mesir untuk melayani sebagai pembina rohani dari YMCA bagi pasukan Persemakmuran Inggris selama Perang Dunia I. Chambers ditempatkan di kamp di Zeitoun, sekitar 10 km di sebelah utara Kairo. Di malam pertamanya, tanggal 27 Oktober 1915, Chambers menulis dalam buku hariannya, “[Daerah] ini benar-benar merupakan gurun di tengah-tengah pasukan dan memberikan kesempatan yang luar biasa bagi kami. Semuanya sama sekali asing dan berbeda dari apa yang biasanya aku alami, tetapi aku memandang dengan penuh harap tentang segala hal baru yang akan Allah rancang dan lakukan di sini. “

Chambers meyakini dan menerapkan firman Tuhan dalam Amsal 3:5-6: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”

Perkataan tersebut sungguh menghibur sekaligus menantang kita. Kita memang bisa merasa aman ketika kita yakin bahwa Tuhan akan menuntun kita hari demi hari, tetapi kita tidak boleh menjadi begitu terikat pada rencana kita sendiri sampai-sampai kita menolak perubahan arah yang dikehendaki Allah atau waktu yang ditetapkan-Nya.

“Kita tidak memiliki hak untuk mengatur di mana seharusnya kita ditempatkan, atau untuk mempunyai praduga akan apa yang sedang Allah rancang atas diri kita,” kata Chambers. “Allah merancang segala sesuatu. Di mana saja Dia menempatkan kita, biarlah kita meneguhkan tekad untuk sepenuh hati mencurahkan pengabdian kita kepada-Nya dalam pekerjaan apa pun yang sedang kita lakukan.” —David McCasland

Selasa, 17 November 2015
Semua Selamat
Ibrani 11:8-16
Pada Januari 1915, kapal Endurance terjebak dan terjepit hingga hancur di hamparan es di lepas pantai Antartika. Sekelompok penjelajah kutub, yang dipimpin oleh Ernest Shackleton, dapat bertahan hidup dan berhasil mencapai Elephant Island dengan tiga sekoci kecil. Terjebak di pulau tak berpenghuni yang jauh dari jalur pelayaran yang normal itu, mereka mempunyai satu harapan. Pada 24 April 1916, 22 laki-laki menyaksikan Shackleton dan lima awaknya pergi berlayar dalam sekoci kecil menuju South Georgia, sebuah pulau sekitar 1.300 km jauhnya. Kemungkinan mereka untuk berhasil memang kecil, dan jika keenam orang itu gagal, mereka semua pasti mati. Sungguh menggembirakan, setelah lebih dari empat bulan berlalu, sebuah kapal muncul di cakrawala dan Shackleton yang berada di haluan kapal itu berteriak, “Apakah kalian baik-baik saja?” Mereka yang di pulau membalas, “Semua selamat! Kami baik-baik saja!”

Apa yang membuat mereka tetap bertahan hidup selama berbulan-bulan? Keyakinan dan harapan mereka pada satu orang. Mereka percaya Shackleton akan menemukan cara untuk menyelamatkan mereka.

Teladan keyakinan dan harapan manusiawi ini mencerminkan iman dari para tokoh Alkitab yang tercantum dalam Ibrani 11. Iman mereka pada “segala sesuatu yang [mereka] harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak [mereka] lihat” telah menolong mereka bertahan saat melalui berbagai kesulitan dan pencobaan besar (Ibr. 11:1).

Ketika kita memandang ke cakrawala masalah yang ada di hadapan kita, janganlah kita putus asa. Biarlah kita terus berpengharapan oleh karena keyakinan iman kita kepada Satu Pribadi, yaitu Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. —Randy Kilgore

Rabu, 18 November 2015
Pertanyaan yang Membara
Keluaran 3:1-6,10-14
Sebuah hikayat dari para penduduk asli Amerika mengisahkan tentang seorang pemuda yang dikirim ke tengah hutan sendirian pada suatu malam di musim gugur dengan maksud untuk membuktikan keberaniannya. Segera saja langit menjadi gelap dan bunyi-bunyian di malam hari mulai terdengar. Dedaunan menggerisik dan ranting-ranting berderak, seekor burung hantu berdecit, dan anjing hutan melolong. Meski takut, pemuda itu tetap tinggal di hutan itu sepanjang malam untuk melewati ujian keberaniannya. Akhirnya pagi pun tiba, dan ia melihat sesosok orang berada di dekatnya. Ternyata itu adalah kakeknya yang telah menjaganya sepanjang malam.

Ketika Musa berada di padang gurun, ia melihat semak duri yang menyala tetapi tidak dimakan api. Kemudian Allah mulai berbicara kepadanya dari semak itu lalu mengutusnya kembali ke Mesir untuk membawa bangsa Israel keluar dan merdeka dari perbudakan yang kejam. Musa yang merasa enggan mulai mengajukan pertanyaan: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun?”

Allah hanya menjawab, “Bukankah Aku akan menyertai engkau?”

“Apabila aku . . . berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?—apakah yang harus kujawab kepada mereka?”

Allah menjawab, “Aku adalah Aku. . . . Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu” (Kel. 3:11-14). Frasa “Aku adalah Aku” dapat diartikan, “Aku akan selalu menjadi diri-Ku” dan itu mengungkapkan sifat Allah yang kekal dan mahakuasa.

Allah telah berjanji untuk senantiasa menyertai setiap orang yang percaya kepada Yesus. Segelap apa pun jalan hidup yang kita lalui, Allah yang tak terlihat itu selalu siap memenuhi segala sesuatu yang kita butuhkan. —Dave Egner


Kamis, 19 November 2015
Bukan Kekhawatiranku
Yesaya 40:25-31
Ada seorang pria yang selalu khawatir tentang segala sesuatu. Suatu hari teman-temannya mendengar pria itu bersiul riang dan terlihat sangat santai. “Apa yang terjadi?” tanya mereka sambil keheranan.

Pria itu berkata, “Aku sudah membayar seseorang untuk merasakan kekhawatiranku.”

“Kamu bayar berapa orang itu?” tanya mereka.

“2.000 dolar AS seminggu.” jawab pria itu.

“Wow! Memangnya kamu sanggup membayar sebesar itu?”

“Aku memang tak sanggup,” jawabnya, “tetapi biar orang itu saja yang mengkhawatirkannya!”

Meskipun cara menangkal stres yang lucu di atas tidak mungkin terjadi di dunia nyata, sebagai anak-anak Allah kita boleh menyerahkan kekhawatiran kita kepada satu Pribadi yang mengendalikan segala sesuatu dengan sempurna, sekalipun—dan terutama—ketika kita merasa segalanya telah berjalan di luar kendali.

Nabi Yesaya mengingatkan kita bahwa Allah memanggil keluar bintang-bintang dan memanggil nama mereka (Yes. 40:25-26). Karena “Ia mahakuasa dan mahakuat”, tidak ada satu pun bintang yang terhilang (ay.26). Dan sebagaimana Allah mengenal nama-nama bintang, Dia mengenal kita masing-masing secara pribadi. Setiap dari kita berada di bawah perhatian-Nya yang penuh kasih (ay.27).

Ketika kita mulai merasa khawatir, kita dapat menyerahkan kekhawatiran itu kepada Tuhan. Dia tidak pernah merasa jemu atau lelah untuk memperhatikan kita. Segala hikmat dan kuasa ada di dalam Dia, dan dengan sukarela Dia mencurahkan hikmat dan kuasa itu demi kepentingan kita. Allah Mahakudus yang memerintah bintang-bintang itu memeluk kita dengan tangan kasih-Nya. —Poh Fang Chia



Jumat, 20 November 2015
Pemeriksaan Rohani
Kolose 3:1-14
Untuk mendeteksi masalah kesehatan, dokter menyarankan perlunya pemeriksaan fisik secara rutin. Kita juga dapat memeriksa kesehatan rohani kita dengan mengajukan pertanyaan yang bersumber dari perintah agung yang disebutkan oleh Yesus (Mrk. 12:30).

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap hatiku karena Dia lebih dahulu mengasihiku? Manakah yang lebih kuat, keinginanku untuk meraih harta duniawi atau harta rohaniku di dalam Kristus? (Kol. 3:1). Dia rindu damai sejahtera-Nya menguasai hati kita.

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap jiwaku? Apakah aku mendengarkan perkataan Allah tentang identitasku? Apakah aku menjauhi nafsu untuk memuaskan diri? (ay.5). Apakah aku lebih berbelaskasihan, murah hati, rendah hati, lemah lembut, dan sabar? (ay.12).

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap akal budiku? Apakah aku memusatkan perhatian pada hubunganku dengan Yesus, Anak-Nya, atau membiarkan pikiranku berkelana? (ay.2). Apakah pikiranku membawaku pada masalah atau solusi? Persatuan atau perpecahan? Pengampunan atau pembalasan dendam? (ay.13).

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap kekuatanku? Apakah aku rela dianggap lemah agar Allah dapat menyatakan kekuatan-Nya melalui diriku? (ay.17). Apakah aku bersandar pada kasih karunia-Nya untuk menjadi kuat dalam kuasa Roh Kudus?

Ketika kita mengizinkan “perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara [kita] . . . dengan segala hikmat” (ay.16), kita akan menjadi sehat rohani dan berguna bagi-Nya, dan Dia akan memperlengkapi kita untuk menguatkan iman satu sama lain. — Julie Ackerman Link

Sabtu, 21 November 2015
Kasihlah yang Pertama
1 Yohanes 4:7-19
Pada satu malam seorang kawan menunjukkan kepada saya salah satu dari tiga plakat hiasan yang akan dipasang pada dinding ruang keluarganya. “Nah, aku sudah mempunyai Kasih,” katanya sambil memegang plakat yang bertuliskan kata tersebut. “Yang berikutnya adalah Iman dan Pengharapan.”

Kasih yang pertama kali muncul, pikir saya. Barulah setelah itu Iman dan Pengharapan!

Kasih memang yang pertama. Kasih bahkan berasal dari Allah. 1 Yohanes 4:19 mengingatkan kita bahwa “Kita mengasihi [Allah], karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Kasih Allah, seperti yang dijabarkan dalam 1 Korintus 13 (pasal yang dikenal sebagai “pasal kasih”), menjelaskan salah satu ciri dari kasih sejati dengan menyatakan bahwa “Kasih tidak berkesudahan” (ay.8).

Iman dan pengharapan itu penting bagi hidup orang percaya. Hanya dengan dibenarkan karena iman, “kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rm. 5:1). Dan pengharapan disebutkan dalam Ibrani 6 sebagai “sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita” (ay.19).

Suatu hari nanti, kita tidak lagi memerlukan iman dan pengharapan. Iman akan menjadi penglihatan dan pengharapan kita akan diwujudkan ketika kita bertatap muka dengan Juruselamat kita. Namun, kasih itu kekal, karena kasih berasal dari Allah dan Allah adalah kasih (1Yoh. 4:7-8). “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih”—kasihlah yang pertama dan terutama (1Kor. 13:13). —Cindy Hess Kasper

Minggu, 22 November 2015
Jalan yang Berat
Mazmur 25:4-11
Seorang teman memancing menceritakan kepada saya tentang danau yang letaknya tinggi di lereng utara Gunung Jughandle di Idaho, Amerika Serikat. Ada kabar bahwa di sana terdapat sejenis ikan trout yang besar. Ia menggambarkan peta ke sana di selembar serbet kertas. Beberapa minggu kemudian, saya pun berangkat dengan truk mengikuti petunjuk yang diberikannya. Peta itu ternyata membawa saya melalui salah satu jalan terburuk yang pernah saya lalui! Jalan itu dahulu merupakan jalan tembus yang dibuka paksa oleh para penebang pohon dengan buldoser dan tidak pernah diperbaiki. Tanah yang becek, balok-balok kayu yang berserakan, alur-alur yang dalam, dan bebatuan yang besar telah menyiksa tulang punggung saya dan membengkokkan kerangka bawah truk saya. Butuh waktu sepanjang pagi untuk mencapai tujuan saya, dan ketika sudah tiba, saya berpikir, “Mengapa seorang teman tega memberi petunjuk untuk melalui jalan yang buruk seperti ini?”

Namun ternyata danau itu memang sangat indah dan ikannya sungguh sangat besar dan agresif! Teman saya telah membawa saya melalui jalan yang tepat—jalan yang juga akan saya pilih dan jalani dengan sabar apabila saya tahu seperti apa tujuan akhirnya.

Firman Allah berkata, “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya” (Mzm. 25:10). Ada jalan Allah yang terasa berat dan tidak mulus, sementara jalan yang lain terasa membosankan dan melelahkan, tetapi semuanya dipenuhi kasih setia dan kebenaran-Nya. Di ujung perjalanan, ketika kita menyadari apa yang telah terjadi, kita akan berkata, “Jalan Allah memang yang terbaik untukku.” —David Roper

Saat Teduh 9 - 15 November 2015

Ayat Hafalan:
Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. (Kolose 4:2)
 
Senin, 9 November 2015
ADA JAMINAN
Yohanes 16:16-33
Tuhan Yesus mengetahui selama kita hidup di dunia ini pasti ada banyak tantangan dan masalah. Bahkan ada banyak penganiayaan yang terjadi. Tetapi Ia sudah berjanji dan sekaligus memberikan jaminan yang pasti yaitu kemenangan. “Kuatkan hatimu, Aku telah mengalahkan dunia,” kata Yesus. Jika Yesus sudah mengalahkan dunia, maka segala masalah kita pasti juga sudah dikalahkan. Ini adalah jaminan untuk kita yang sudah berada di dalam-Nya.
   
Tetapi apa yang harus kita lakukan supaya bisa merasakan kemenangan yang sebenarnya? Dalam ayat 24, Yesus mengarahkan kita untuk meminta kepada Bapa atas apa yang kita butuhkan selama di dunia. Dan kita harus memintanya dalam nama Yesus, maka Ia mengatakan bahwa kita akan menerimanya. Selain berkomunikasi, kita juga bisa meminta sesuatu yang kita butuhkan kepada Tuhan melalui doa-doa kita. Jangan sungkan untuk meminta karena Ia adalah Bapa kita dan kita adalah anak-Nya. Bapa tahu apa yang dibutuhkan anak.
   
Jika ada di antara kita yang sedang sakit secara rohani, mintalah kepada Bapa sebuah kekuatan baru, hati yang baru, dan biarkan hadirat-Nya memenuhi hidup kita. Jika membutuhkan keuangan, mintalah kepada-Nya. Butuh kesehatan, mintalah kepada-Nya. Ingat! Ia sudah mengalahkan masalah kita dan kita hanya tinggal mengambil kemenangan tersebut dari-Nya.

“Yesus menjamin hidup berkemenangan karena Ia telah mengalahkan dunia”
 
 
Selasa, 10 November 2015
MODAL YANG PERTAMA
Matius 9:1-8
Yesus melihat iman. Inilah yang Ia lakukan ketika ada orang-orang di sekelilingnya minta tolong. Alkitab mencatat bahwa iman selalu diperhitungkan oleh Tuhan dan bahkan yang pertama kali Ia lihat. Pemulihan, kesembuhan dan mujizat yang lain terjadi karena iman yang teguh kepada Tuhan Yesus.
   
Iman adalah modal utama. Kita harus memiliki modal utama yang kita bawa untuk menjalani hidup. Iman adalah modalnya. Iman kepada Tuhan. Percaya kepada-Nya 100% dalam segala sesuatu. Tidak ada iman, tidak ada mujizat yang terjadi tanpa iman. Kita harus libatkan Tuhan dalam pekerjaan, keluarga, sekolah, dan di mana pun kita berada. Iman kepada Tuhan yang membuat kita tetap kuat menghadapi masalah hidup. Iman yang membuat kita tetap bergairah melayani Tuhan. Iman seperti jaminan atau garansi akan keterlibatan Tuhan dalam hidup kita. Dengan iman kita dapat memahami jalan-jalan yang Tuhan sediakan untuk kita. Iman yang membuat kita aktif dan bukan menjadi pasif. Tanpa iman dalam kekristenan seperti menjaring angin, semua menjadi sia-sia.
   
Tanpa iman adalah tanpa Allah di hidup kita. Ini bukan sekedar konsep pemikiran saja. Kita mungkin setuju dengan pernyataan ini. Tetapi ini harus dibuktikan dalam kenyataan hidup kita. Jika kita setuju tanpa iman adalah tanpa Allah tetapi pada kenyataannya kita tetap mengandalkan diri sendiri, maka kita sedang mengalami hidup tanpa Allah. Tidak peduli berapa lama kita telah mengenal Tuhan. Kekristenan tidak lepas dari praktek hidup. Pemahaman akan kebenaran harus dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Miliki iman dan buktikan bahwa kita melibatkan Allah dalam segala sesuatu.        

“Iman kita membuat Allah tidak menunda memberikan berkat-Nya untuk kita”


Rabu, 11 November 2015
ADA KUASA DALAM DOA
Matius 7:7-11
Kuasa Allah mengalir karena ada doa yang dinaikkan ke tahta-Nya. Banyak orang masih meremehkan doa. Sebagian orang berpikiran bahwa doa adalah hal yang membosankan. Orang-orang tersebut tidak sadar bahwa hanya melalui doa kuasa Allah mengalir. Dalam ayat yang kita baca hari sudah jelas bahwa hanya yang meminta, mencari, dan mengetok yang akan menerima dari Allah.
   
Doa adalah investasi dan bukan kerugian. Doa seperti kita menuang air dalam ember. Pada saatnya bahwa air dalam ember akan penuh dan meluap keluar. Sama dengan doa-doa yang kita panjatkan ke hadirat Tuhan. Tepat pada waktunya, Tuhan akan menjawab doa kita. Pertanyaannya adalah sudahkah kita mencari Allah, meminta kepada Allah, dan mengetok hati-Nya? Kalau belum, lakukan saja dengan sepenuh hati. Kalau sudah dan belum ada jawaban, lakukan terus karena kita sedang berinventasi atau menanam harapan kita kepada Tuhan.
   
Kuasa doa adalah kuasa yang tidak pernah terjangkau oleh pikiran kita. Kita harus sadar bahwa doa yang kita naikkan kepada Tuhan tidak harus sesuai dengan pikiran kita. Jika harus sesuai maka kita terlalu mengecilkan Allah. Kita harus percaya apa yang akan Tuhan lakukan. Apa yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik untuk kita. Tuhan melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan dan inilah yang dinamakan kuasa.

“Doa adalah investasi dan bukan kerugian”
 
 
Kamis, 12 November 2015
MATA PENUH BELAS KASIH
Lukas 10:25-37
Ketika Francisco Venegas, seorang penjaga sekolah di Colorado, melihat anak-anak bermain, ia memperhatikan seorang anak perempuan berusia 9 tahun terjatuh dari bangku tanpa sebab apa pun. Beberapa saat kemudian ia melihat muka anak itu yang meringis dengan muka yang aneh. Merasa ada yang tidak beres, Francisco melaporkan hal ini ke kantor sekolah.
  
Beberapa hari kemudian, gadis kecil itu kejang-kejang dan dibawa ke rumah sakit. Dengan informasi yang diberikan oleh Francisco, kemudian dokter melakukan scan otak, dan ditemukan adanya tumor. Operasi yang dijalaninya berhasil dan anak itu menjalani proses pemulihan.
  
Banyak orang telah menyebut Francisco Venegas sebagai seorang Samaria yang baik hati, sebuah nama yang diambil dari suatu kisah yang diceritakan oleh Yesus tentang 3 orang yang melihat seorang yang membutuhkan bantuan. Dua orang pertama, “melewatinya dari seberang jalan” (Luk. 10:31-32). Akan tetapi orang yang ketiga, yaitu seorang Samaria, menunjukkan belas kasihan (Ay. 33-35).
  
Rasa belas kasihan tidak bisa melihat orang yang sedang kesusahan tanpa ingin membantu. Ia mau menanggung risiko akibat keterlibatannya, karena ia tidak tega untuk pergi begitu saja. Rasa iba datang dari hati yang lemah lembut terhadap Allah dan sesama dalam melewati jalan kehidupan ini.
  
Cerita Yesus tentang Samaria yang baik hati diakhiri dengan sebuah perintah bagi kita semua: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Ay. 37). Dia melihat semua orang dengan mata yang penuh dengan belas kasihan, dan Dia meminta kita melakukan hal yang sama.
“Belas kasihan adalah kasih dalam tindakan”
 

Jumat, 13 November 2015
TUGAS DI AKHIR ZAMAN
Yudas 1:17-23
Kita sudah hidup di akhir zaman. Menanti Tuhan Yesus datang yang kedua kali, ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai orang percaya. Tugas ini harus kita kerjakan supaya kita tetap kuat dan tidak pasif. Akan ada banyak hal yang negatif kita jumpai dilingkungan sekitar kita seperti yang dikatakan dalam ayat 18-19.
   
Apakah yang harus kita lakukan? Jika kita simpulkan dari ayat 20-23 ada beberapa hal yang dilakukan yaitu:

1.    Membangun diri dan berdoa dalam Roh kudus. Membangun diri melalui doa dan Firman Tuhan adalah hal yang sangat mendasar. Hal ini membuat kita tetap teguh dan terus bertumbuh makin serupa dengan Kristus. Jika yang mendasar ini tidak kuat, maka kita tidak bisa melakukan hal yang lain dengan maksimal.

2.    Menunjukkan belas kasihan kepada yang ragu-ragu dan menyelamatkan mereka dari api. Bagian ini kita diwajibkan membagi hidup kepada orang-orang disekitar kita supaya mereka juga dapat diselamatkan.
   
Dari tugas-tugas tersebut tidak bisa kita lakukan satu hal saja. Kehendak Tuhan adalah kita melakukan semua tugas yang telah dipercayakan. Khusus tugas kedua, kita terus lakukan untuk berbagi hidup, memuridkan dan mementor mereka semakin serupa dengan Kristus. Tuhan memberikan kita kekuatan untuk melakukan tugas-tugas ini. Jangan kuatir akan kebutuhan kita. Ia yang mengutus, maka Ia yang menjamin semuanya.

“Bersama dengan Tuhan kita bisa menyelesaikan tugas di akhir zaman”
 

Sabtu, 14 November 2015
HADAPI DENGAN TENANG
Matius 26:36-46
Laksamana James Kelly, kepala pendeta angkatan laut, menuturkan bagaimana angoota-anggota awak Pueblo (yang ditawan oleh pasukan Korea Utara) mulai berdoa semakin dan semakin sering seraya bulan-bulan melelahkan penawanan mereka berjalan dengan lambat. Pada waktu makan, mereka menundukkan kepala mereka sedikit dan bersyukur kepada Tuhan atas makanan di hadapan mereka. Bila penjaga Komunis melihat mereka demikian, penjaga-penjaga itu akan berteriak, “Ini buka gereja! Makanan ini adalah hadiah dari republik Rakyat Demokratis Korea Utara!”
   
Di malam hari, orang-orang itu tidak berani bertelut di samping tempat tidur mereka, jadi mereka berdoa seraya mereka berbaring telentang. Alih-alih berdoa kepada Tuhan dengan menyebutkan nama-Nya, mereka merujuk kepada-Nya sebagai COMMWORLDFLT, yang merupakan singkatan dari “Commander of the world's fleets” (Komandan armada-armada dunia). Pelaut-pelaut itu dengan tenang menghadapi semua ini dan mereka merasa sedang terhubung dengan Komandan Tertinggi atas segala sesuatu, dan mereka berdiri teguh dalam kepercayaan mereka bahwa mereka berada dalam perlindungan dan pemeliharaan-Nya.
   
Tanpa menghiraukan keadaaan-keadaan kita, bahkan sekalipun kita tidak berdoa secara terbuka, Tuhan melihat hati kita. Apapun bahasa yang kita gunakan, apa pun kata yang kita ucapkan, Ia mendengar kita bila hati kita berdoa.

“Mereka yang telah merendam jiwa mereka dalam doa dapat menanggung semua penderitaan dengan tenang”

(Kisah-kisah Rohani Pembangkit Semangat: untuk Pendoa)


Minggu, 15 November 2015
TENANG BERSAMA-NYA
Mazmur 62:1-13
Jaman sekarang setiap orang mencari ketenangan. Kenapa? Karena dalam keadaan yang sibuk akan semakin sulit untuk mencari ketenangan. Khususnya orang-orang yang tinggal di kota. Namun tidak menutup kemungkinan juga bagi mereka yang jauh dari keramaian. Pada dasarnya ketenangan didambakan oleh setiap orang pada saat menghadapi masalah, baik satu atau lebih masalah. Jadi, kalau ada hubungan dengan masalah, maka tidak peduli sesorang tinggal di kota besar, desa atau pedalaman sekalipun.   
   
Hanya dekat Allah perasaan kita tenang. Ada yang merasa tenang ketika usahanya lancar, pendidikan yang berhasil atau memiliki simpanan yang banyak di Bank. Apakah beda perasaan tenang dekat Allah dan hal-hal yang duniawi? Bedanya sudah pasti bahwa yang duniawi pasti tidak akan bertahan lama. Sedangkan bersama Allah pasti kekal dan tidak pernah mengecewakan.  Kenapa ada ketenangan dekat Allah? Karena Dia adalah gunung batu dan keselamatan serta kota benteng (Ay. 2-3 dan 6-7). Gunung batu adalah tempat yang kokoh dalam keadaan apa pun. Ia yang memberikan keselamatan dalam segala masalah kita. Kota benteng adalah perlindungan yang Ia berikan kepada kita sehingga tidak ada seorang pun yang dapat merampas hidup kita dari tangan Allah yang kuat.
   
Dimana pun kita berada kita bisa tenang asalkan dekat dengan Allah. Rasa kuatir kita akan lenyap. Hadirat Allah seperti hembusan angin yang sanggup meniup perasaan kuatir kita. Mari kita tetap dekat dengan Allah.

“Ketenangan yang sejati hanya kita dapatkan dalam Allah
dan tidak ada yang lain.”

Saat Teduh 2 - 8 November 2015

Ayat Hafalan:
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau,
yang berhasrat mengadakan ziarah! (Mazmur 84:5)
 
Senin, 2 November 2015
DOA JANJI TUHAN
2 Samuel 7:18-29
Daud memberikan teladan untuk kita supaya terus ingat dan berfokus pada janji Tuhan. Salah satu janji Tuhan yang Daud ingat adalah bahwa Ia akan memberkati serta mengokohkan keturunannya. Daud memperkatakan janji Tuhan dan oleh karena itu Tuhan menyatakan janji-Nya dan memberkati keturunan Daud.
  
Janji-janji apakah yang pernah Tuhan berikan kepada kita? Mungkin belum ada penggenapan pada tahun-tahun yang lalu. Terus perkatakan janji-Nya dalam doa kita. Ketika kita terus memperkatakan janji Tuhan untuk kita secara pribadi, maka mulai dari situlah iman akan bertumbuh. Tuhan tahu kita membutuhkan penggenapan janji itu, tetapi dari kebenaran ini kita belajar bahwa kita harus sepakat dengan Tuhan. Sepakat tentang apa? Yaitu sepakat tentang janji-janji tersebut.
  
Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah bahwa Daud tetap mempermuliakan Tuhan. Dalam ayat 26 dikatakan: “Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya ...” Dari pernyataan Daud ini menekankan bahwa hasil penggenapan janji harus kembali untuk kemuliaan Tuhan dan bukan untuk kemuliaan kita. Semua hanya untuk Tuhan. Kita harus belajar untuk memuliakan Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Kita tidak boleh mencuri kemuliaan Tuhan.
  
Terus perkatakan janji-janji Tuhan tentang perekonomian kita, keselamatan keluarga, pertumbuhan rohani, pelayanan, studi, dll. Untuk inilah kita harus terus bergumul dengan Tuhan dalam doa supaya kita bisa melihat janji-Nya digenapi.

“Memperkatakan janji Tuhan dalam doa adalah
bukti kesepakatan kita dengan-Nya”
 
 
Selasa, 3 November 2015
HASIL PERJUMPAAN
Yohanes 4:1-42
Cerita percakapan Yesus dengan perempuan Samaria memberikan kepada kita satu kebenaran yang tidak akan pernah kita lupakan. Apakah itu? Kebenaran tersebut adalah transformasi hidup seorang perempuan Samaria. Memang jika mengerti kisah ini, perempuan Samaria tersebut sangat haus dengan yang namanya kasih. Ia berusaha mencari kasih dan kepuasan hidup. Tidak tanggung-tanggung yang dilakukan oleh perempuan Samaria itu. Ia bahkan mencari kasih dan kepuasan melalui pria-pria yang ada di sekelilingnya. Tetapi apa hasilnya? Perempuan itu tidak pernah puas karena kasih yang dari manusia selalu terbatas. Tetapi ketika ia berjumpa dengan Yesus, ia berubah ada sesuatu yang membuka mata rohaninya. Ia percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang selalu ditunggu-tunggu dan pada akhirnya ia menceritakan kepada orang-orang Samaria yang lain.
   
Ada pertanyaan klasik yang selalu kita pergumulkan. Pertanyaan tersebut adalah “Kenapa aku belum bisa berubah?” “Kenapa orang-orang di sekitarku belum ada perubahan?” Apakah jawaban dari masalah ini? Jawabannya adalah bahwa kta perlu mengalami perjumpaan secara khusus dengan Tuhan. Orang-orang di sekitar kita perlu mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan tersebut tidak lain adalah melalui doa dan Firman Tuhan. Dan hasil dari sebuah perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi adalah TRANSFORMASI HIDUP. Ada perubahan hati yang terjadi. Ada pembaruan dalam cara berpikir kita. Ada pemulihan dan kesembuhan dalam perjumpaan. Apakah Anda rindu mengalami hal ini? Adakan perjumpaan dengan Tuhan dalam hidup pribadi. Khususnya dalam doa-doa kita. Miliki kehausan yang dalam dengan Tuhan, maka Ia akan memuaskan kita.

“Hasil pertama perjumpaan kita dengan Tuhan adalah perubahan hati kita”


Rabu, 4 November 2015
PENCURI SUKACITA
Filipi 1:1-11
Mengapa banyak orang Kristen tidak mengalami sukacita sejati yang merupakan buah buah Roh dalam Galatia 5:22-23?
  
Dalam bukunya yang berjudul “Laugh Again” (Tertawa Lagi), Charles Swindoll menulis tiga hal yang sering menjadi “Pencuri sukacita,” yakni kekuatiran, tekanan batin, dan ketakutan. Ia mendefinisikan kekuatiran sebagai “kegelisahan yang berlebihan akan suatu hal yang mungkin terjadi.” (Dan biasanya tidak terjadi). Tekanan batin diartikan sebagai “Ketegangan yang berlebihan terhadap situasi yang tidak dapat kita ubah atau kontrol.” (Namun, Allah mampu melakukannya). Dan ketakutan, menurut Swindoll, adalah “kecemasan yang sangat terhadap bahaya, kejahatan, atau penderitaan.” (Dan hal itu hanya memperbesar masalah kita).
  
Swindoll mengatakan bahwa untuk membentengi diri dari “Pencuri sukacita,” kita harus memiliki keyakinan yang sama seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Setelah mengucapkan syukur atas jemaat Filipi (Ay. 3-5), ia meyakinkan bahwa, “Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya” (Ay.6)
  
Apa pun yang menyebabkan Anda kuatir, tertekan, dan ketakutan, tidak dapat menghalangi Allah melanjutkan pekerjaan-Nya dalam hidup Anda. Kita dapat mengawali setiap hari dengan keyakinan bahwa Dia yang mengatur segalanya. Kita dapat menyerahkan segala hal ke dalam tangan-Nya.
  
Bentengi diri kita dari “pencuri sukacita” itu dengan memperbarui keyakinan kita kepada Allah setiap hari. Lalu tenangkan hati kita dan bersukacitalah.

“Kebahagiaan tercipta berdasarkan peristiwa yang dialami,
tetapi sukacita tercipta karena Yesus”
 
 
Kamis, 5 November 2015
PERMINTAAN ORANG BENAR
Ayub 42:7-17
Ada banyak kisah menarik dari peristiwa penderitaan Ayub dan banyak kebenaran yang bisa kita pelajari. Salah satunya adalah dalam ayat yang kita baca hari ini. Sebelum Ayub dipulihkan oleh Allah, dalam ayat 7 dikatakan bahwa Allah murka kepada Elifas dan kedua sahabatnya. Kenapa Ia murka? Ya, karena mereka berkata-kata yang salah tentang Allah. Ayub juga sempat ragu tentang Allah, tetapi pada akhir kitab Ayub, khususnya dalam ayat 1-6, ia menyatakan untuk mencabut semua perkataan yang salah tentang Allah. Dalam hal ini Allah akhirnya membenarkan Ayub.
  
Allah memerintahkan Elifas, Bildad, dan Zofar, untuk datang kepada Ayub serta membawa persembahan korban bakaran. Hal ini dilakukan agar Ayub meminta doa kepada Allah untuk ketiga temannya itu dengan tujuan meredakan murka Allah terhadap mereka yaitu Elifas, Bildad, dan Zofar. Allah dengan serius mengatakan bahwa hanya permintaan Ayub yang akan diterima (Ay. 7-9).
  
Allah mendengar dan menjawab doa orang benar. Siapakah orang benar? Ia adalah yang telah menyerahkan hidup kepada Yesus Kristus sebagai juru selamat. Perhatikan dengan baik! Allah mendengar doa-doa orang benar. Kita yang sudah ada dalam Yesus telah dibenarkan melalui darah yang tercurah dari kematian-Nya. Adalah salah jika saat ini belum ada jawaban doa yang kita terima dan kita mengatakan bahwa Ia tidak mendengar dan menjawab doa-doa kita. Orang-orang benar memiliki akses atau jalur khusus dalam doanya. Hal ini karena melalui Roh Kudus dan Yesus Kristus maka Allah mendengar serta menjawab doa-doa kita. Jadi, jangan ragukan Allah! Terus berdoa dan berkomunikasi dengan Allah! Kita adalah orang yang telah dibenarkan.
 
“Orang-orang benar memiliki akses atau jalur khusus dalam doanya.
Hal ini karena melalui Roh Kudus dan Yesus Kristus maka Allah mendengar serta menjawab doa-doa kita”


Jumat, 6 November 2015
BELAJAR DARI MERPATI
Daniel 6:1-29
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa cara berjalannya burung merpati begitu lucu? Karena dengan cara berjalan seperti itu, ia mengetahui arah yang dituju. Merpati tidak dapat memusatkan penglihatannya sambil berjalan. Oleh sebab itu, setiap kali melangkah ia perlu berhenti sejenak untuk memusatkan kembali pandangannya. Gerakannya menjadi agak canggung yaitu kepala ke depan, stop, kepala ke belakang, stop.
  
Dalam perjalan rohani bersama Tuhan, kita memiliki masalah yang sama seperti merpati itu. Terkadang kita merasa sulit untuk melihat sambil berjalan. Kita perlu berhenti sejenak untuk sebelum melangkah lagi dan memusatkan perhatian kembali pada Firman dan kehendak Allah. Berdoa dan merenungkan Firman adalah “waktu berhenti” kita. Perjalanan kita bersama Tuhan perlu dibangun dalam suatu pola pemberhentian sejenak yang memungkinkan kita untuk melihat dengan lebih jelas sebelum melangkah maju.
  
Kebiasaan Daniel berdoa tiga kali sehari merupakan bagian penting dari perjalanannya bersama Allah (Ay. 11). Daniel tahu ada suatu pemusatan perhatian secara rohani yang tak dapat dilakukan tanpa berhenti dulu. Pemberhentian sejenak ini memberinya perjalanan yang berbeda, yang sangat jelas terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
  
Bagaimana dengan kita? Dengan risiko dianggap berbeda dengan orang lain, seperti halnya Daniel, marilah kita memetik pelajaran berharga dari burung merpati: “terlihat menarik” tidaklah sepenting “melihat dengan baik.”

“Pelayanan dalam Kristus membutuhkan waktu sejenak untuk pembaruan” 
 

Sabtu, 7 November 2015
SEMUA HARUS DITERIMA
Matius 5:43-48
Salah satu penyebab perceraian suami-istri adalah kurang penerimaan. Jika ada pasangan yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok lagi satu dengan yang lain itu sama artinya tidak ada penerimaan lagi. Penerimaan dalam hal ini adalah penerimaan tentang kepribadian dari masing-masing individu. Baik kelebihan dan kelemahan seseorang harus diterima apa adanya. Jika pasangan suami-istri sudah menerima baik kelebihan dan kekurangan pasangannya, maka perceraian tidak akan terjadi.
  
Dalam ayat yang kita renungkan hari ini mengajarkan kebenaran bahwa kita harus menerima siapa pun yang kita temui. Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi musuh-musuh kita. Seorang musuh di sini pasti dalam pengertian bahwa orang tersebut tidak cocok dengan harapan kita. Tetapi perintah Tuhan adalah kita harus mengasihi semua orang, baik yang cocok atau tidak cocok dengan kita.
  
Inti dari kasih yang Tuhan ajarkan adalah penerimaan sepenuhnya terhadap sesama kita. Kasih selalu menutupi kelemahan sesama. Kasih tidak menjatuhkan sesama. Mari kita terima sesama kita dengan apa adanya. Kita terima mereka baik kelemahan atau kekurangannya.

Perintah Tuhan yang lain adalah doakan mereka. Dalam ayat 44 mengatakan: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Selain mengasihi sesama, Tuhan juga ingin kita selalu berdoa untuk mereka. Memang kadang-kadang kita sulit mengasihi dan menerima ketika orang tersebut tidak cocok atau telah merugikan kita. Tetapi dengan mendoakan mereka, pasti ada kasih Tuhan yang mengalir dalam hati kita sehingga membuat kita bisa menerima sesama kita tersebut. Melalui doa juga kita bisa menolong orang tersebut dalam menutupi kelemahan mereka. Jadi, berdoa sangatlah baik untuk diri kita pribadi supaya bisa mempraktekkan kasih dan berdoa juga bisa menolong sesama kita dalam kelemahan mereka. Kasihi mereka semua dan doakan mereka, maka damai sejahtera terus mengalir dalam hidup kita.

“Doa sangatlah baik untuk diri kita pribadi supaya bisa mempraktekkan kasih dan doa juga bisa menolong sesama kita dalam kelemahan mereka”


Minggu, 8 November 2015
TAK KENAL MAKA TAK ADA BERKAT
Hosea 4:6; 6:1-6
Pengenalan akan Allah sangat penting. Allah memperingatkan bangsa Israel karena mereka lebih suka dengan kebiasaan agamawi. Bahkan yang lebih parah bahwa mereka menyembah allah yang lain. Allah menuntut lebih. Pengenalan yang dirindukan Allah adalah pengenalan yang secara menyeluruh. Pengenalan bukan sekedar mengetahui. Pengetahuan hanya sampai di otak atau pikiran. Tetapi pengenalan lebih cenderung seperti hubungan suami istri. Pada umumnya suami istri mengenal satu dengan yang lain sehingga tahu kelebihan dan kekurangan atau apa yang disukai atau tidak.
  
Pengenalan secara pribadi adalah standart Allah. Begitu banyak buku yang menjelaskan pribadi Allah. Mulai dari penulis awam sampai pada pakar teologi. Tidak ada yang salah dengan pengetahuan secara akal. Tetapi Allah ingin lebih dari itu. Pengalaman kita secara pribadi dengan Allah akan lebih bermakna. Mari kita memiliki pengalaman secara pribadi dengan-Nya. Pengenalan secara pengetahuan dan pengalaman pribadi akan lebih lengkap. Ibadah dan pertemuan rohani yang lain penting. Tetapi Allah lebih suka kesetiaan dan pengenalan pribadi. Contoh menolak untuk mengenal Allah seperti tidak pernah merenungkan Firman, berdoa, jarang beribadah, apalagi datang pertemuan komsel.
  
Menolak pengenalan akan Allah sama dengan menolak berkat. Setiap kita ingin diberkati oleh Allah, tetapi kita tidak mau melakukan disiplin rohani, kita jarang beribadah atau berkomunitas. Mungkin sering beribadah atau berkomunitas tetapi pada kenyataanya tidak pernah mengandalkan Allah. Jika ada masalah lebih cenderung mencari kekuatan manusia daripada Allah. Inilah bentuk penolakan akan pengenalan Allah. Tidak ada berkat jika kita tidak melakukan bagian kita. Mengenal Allah secara pribadi harus dengan motivasi yang benar, bukan karena cari berkat-Nya. Cari Dia supaya kita mengenal-Nya dan lakukan dengan kerelaan hati.

“Menolak pengenalan akan Allah sama dengan menolak berkat”