Saat Teduh 21 - 27 Desember 2015
Ayat Hafalan:
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. (Matius 7:11)
Senin, 21 Desember 2015
Berbagi Kebaikan Allah
Ibrani 13:16-21
Beberapa tahun lalu, seorang mantan murid mampir ke kantorku dengan membawa hadiah Natal. Sementara ia memberikan kadonya, ia tersenyum dan berterima kasih padaku untuk tiap bimbingan belajar yang kuberikan selama semester ini. Karena kutahu kalau ia dan keluarganya harus berjuang demi membayar uang kuliah dan biaya akademis lainnya, aku tidak mengharapkan hadiah darinya. Aku membuka tas itu dan mengeluarkan hadiahnya – ada buah apel, jeruk, dan sebatang permen tongkat pepermint yang besar. Muridku itu berkata bahwa sebenarnya ia ingin membelikan sesuatu yang lebih mahal, namun keadaannya tidak memungkinkan. Natal itu, aku menerima beberapa hadiah lainnya, tetapi aku selalu teringat kepada mantan muridku yang murah hati itu.Ibrani 13:16-21
Seperti perempuan muda yang telah berbagi denganku, Allah memberikan kita kesempatan untuk berbagi dan menyenangkan orang lain dengan kebaikan kita. Saat ini kita dapat menjangkau orang lain lewat cara yang sederhana—menelepon, memeluk, atau mengatakan hal baik. Dengan berbuat baik dan berbagi dengan orang lain, kita menunjukkan rasa syukur kita atas kasih dan kemurahan Allah.
Selasa, 22 Desember 2015
Rabu, 23 Desember 2015
Kamis, 24 Desember 2015
Dalam percakapan kami, ternyata rasa sakitku berpadu dengan yang dirasakan pasanganku. Aku menyadari bahwa rasa sakitku tidak lagi melemahkanku seperti pertama kali aku mengalaminya. Kami menemukan bahwa kami dapat mengatasi rasa sakit bukan karena waktu telah memulihkan luka kami, melainkan karena kami mencari perlindungan dalam Allah dan kekuatan melalui iman kami bahwa Dia dapat melakukan apa pun dalam keadaan kami.
Berdoa dan membaca Alkitab tiap hari menghibur dan mendorong kita untuk tetap teguh dalam iman. Keluarga, teman-teman, dan anggota gereja berdoa bagi kami serta bersama kami dan berdiri di samping kami dalam keadaan terburuk sekalipun di tengah keraguan dan keputusasaan. Allah menunjukkan bahwa kita tidak pernah sendirian dalam pergumulan kita.
Sabtu, 26 Desember 2015
Begitu pun, saat menghadapi kesulitan, terkadang aku ingin berhenti berusaha. Aku ingin mengasihani diriku sendiri, dan saat melakukan hal itu yang kudapatkan adalah keputusasaan dan kekecewaan. Aku belajar untuk melihat segala sesuatu untuk disyukuri walau dalam keadaan yang tidak kusukai sekalipun.
Doa membantu kehidupanku menjadi lebih baik. Mengingat segala berkat hanyalah sebuah tindakan sederhana, tetapi dapat membuat perubahan besar di hati. Saat putus asa, aku mengingat apa yang Allah telah berikan kepadaku; dan aku mendapatkan kekuatan baru untuk tetap berusaha. Perubahan fokus menyebabkan perubahan sikap dan motivasi kita.
Berdoa bagi Musuhku
Matius 5:43-48
Matius 5:43-48
Pada suatu siang aku menerima sebuah surel yang awalnya kupikir dari bank. Karena sedang terburu-buru, aku langsung membalas permintaan kata sandi keamanan rekeningku dan akhirnya aku menjadi korban pencurian identitas. Segera kami mengganti kata sandi, menutup kartu kredit, dan melakukan segala sesuatu yang membuat pencuri itu tidak dapat masuk ke dalam rekening kami. Meskipun demikian, empat hari kemudian aku menerima panggilan dari sebuah bank – seorang perempuan mengaku sebagai diriku dan mencoba untuk membuka rekening kartu kredit dan melakukan pembelian besar di sebuah toko. Saat aku ditelepon dari toko dan bank tempat perempuan ini berusaha meniruku, aku bahkan sudah tak dapat berdoa. Suamiku mendorongku untuk berdoa seperti Daud dalam Mazmur 140:9, "Ya TUHAN, jangan penuhi keinginan orang fasik."
Di saat berdoa, aku mulai berpikir tentang perempuan ini. Dorongan apa yang membuatnya menjadi seorang pencuri? Karena Yesus menyuruh kita berdoa bagi musuh kita, aku mulai berdoa agar Allah menggunakan hubunganku dengan perempuan ini, yang hanya bermula dalam kegelapan, untuk membawa cahaya dalam hidupnya. (Bacalah Yoh. 1:5.)
Pengalaman ini telah membuka hatiku untuk mengerti apa makna berdoa bagi musuh kita. Melalui doa kita bekerja sama dengan Allah untuk membawa cahaya ke dalam dunia.
Di saat berdoa, aku mulai berpikir tentang perempuan ini. Dorongan apa yang membuatnya menjadi seorang pencuri? Karena Yesus menyuruh kita berdoa bagi musuh kita, aku mulai berdoa agar Allah menggunakan hubunganku dengan perempuan ini, yang hanya bermula dalam kegelapan, untuk membawa cahaya dalam hidupnya. (Bacalah Yoh. 1:5.)
Pengalaman ini telah membuka hatiku untuk mengerti apa makna berdoa bagi musuh kita. Melalui doa kita bekerja sama dengan Allah untuk membawa cahaya ke dalam dunia.
Rabu, 23 Desember 2015
Cahaya yang Dipantulkan
Matius 5:13- 16
Matius 5:13- 16
Selama libur Natal, sudah menjadi kebiasaanku untuk membuka tirai di ruang tamuku, menyalakan lampu pohon Natal agar mereka bersinar dalam keremangan pagi, lalu aku akan membaca Saat Teduh. Natal lalu di suatu pagi, aku membuka tiraiku, tetapi lupa menyalakan lampu pohon Natal. Selesai membaca Saat Teduh, aku menengadah dan melihat dalam kegelapan ada cahaya yang bersinar dari pohon Natal. Aku berdiri dan memperhatikan
lebih dekat lagi, ternyata cahaya itu berasal dari lampu bacaku yang dipantulkan oleh hiasan pohon Natal itu.
Lalu aku berpikir tentang perkataan Yesus, "Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16).
Aku bertanya pada diriku, Kualitas apa yang dapat aku pantulkan kepada mereka yang bertemu denganku tiap hari? Seperti hiasan Natal itu memiliki banyak sudut, aku juga memiliki bermacam karakter: kebanggaan semu, keangkuhan, egoisme, kesombongan – bercampur dengan karakter baik lainnya seperti suka menolong, baik hati, penuh belas kasihan, mengasihi, dan melayani. Dengan meluangkan waktu bersama Allah, aku berdoa agar semua karakterku yang baik bersinar di depan orang.
lebih dekat lagi, ternyata cahaya itu berasal dari lampu bacaku yang dipantulkan oleh hiasan pohon Natal itu.
Lalu aku berpikir tentang perkataan Yesus, "Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16).
Aku bertanya pada diriku, Kualitas apa yang dapat aku pantulkan kepada mereka yang bertemu denganku tiap hari? Seperti hiasan Natal itu memiliki banyak sudut, aku juga memiliki bermacam karakter: kebanggaan semu, keangkuhan, egoisme, kesombongan – bercampur dengan karakter baik lainnya seperti suka menolong, baik hati, penuh belas kasihan, mengasihi, dan melayani. Dengan meluangkan waktu bersama Allah, aku berdoa agar semua karakterku yang baik bersinar di depan orang.
Kamis, 24 Desember 2015
Hari Natal
Lukas 2:8-20
Lukas 2:8-20
Seorang gadis kecil Afrika berjalan menggigil saat ia melihat Carl, suamiku, dan aku berjalan menghampirinya di sebuah jalan sempit, berpasir di belantara Afrika. Ia sendirian, dan ketakutan terpancar di wajahnya. Pantaslah! Baginya, Carl tampak seperti raksasa putih tinggi menjulang; dan anjing peliharaan ras Jerman, yang berjalan di samping kami, sangatlah besar.
Carl berkata dengan lembut kepada anak perempuan yang ketakutan itu. Tiba-tiba, ketakutan di matanya berubah jadi rasa ingin tahu, dan ia mulai berjalan lagi. Apa yang membuatnya berbeda? Carl berbicara dalam bahasa anak perempuan itu. Sang anak mengerti kata-kata yang Carl ucapkan, “Semua akan baik-baik saja, kamu akan selamat.”
Gembala di padang saat malam Natal pertama ketakutan saat mereka melihat malaikat surgawi memuji Allah. Tetapi ketakutan mereka berubah menjadi sukacita saat utusan Allah berbicara dengan baik kepada mereka dengan bahasa yang mereka mengerti, bahasa yang akrab dengan kandang, palungan, dan bayi. Ya, mereka mengerti segala sesuatu tentang kandang, memerah susu, dan domba-domba yang baru lahir. Semuanya baik-baik saja. Mereka selamat. Allah datang kepada para gembala dan datang kepada kita melalui Firman yang bisa kita pahami. Marilah kita bergegas, seperti para gembala, memuji Anak Domba Allah.
Carl berkata dengan lembut kepada anak perempuan yang ketakutan itu. Tiba-tiba, ketakutan di matanya berubah jadi rasa ingin tahu, dan ia mulai berjalan lagi. Apa yang membuatnya berbeda? Carl berbicara dalam bahasa anak perempuan itu. Sang anak mengerti kata-kata yang Carl ucapkan, “Semua akan baik-baik saja, kamu akan selamat.”
Gembala di padang saat malam Natal pertama ketakutan saat mereka melihat malaikat surgawi memuji Allah. Tetapi ketakutan mereka berubah menjadi sukacita saat utusan Allah berbicara dengan baik kepada mereka dengan bahasa yang mereka mengerti, bahasa yang akrab dengan kandang, palungan, dan bayi. Ya, mereka mengerti segala sesuatu tentang kandang, memerah susu, dan domba-domba yang baru lahir. Semuanya baik-baik saja. Mereka selamat. Allah datang kepada para gembala dan datang kepada kita melalui Firman yang bisa kita pahami. Marilah kita bergegas, seperti para gembala, memuji Anak Domba Allah.
Jumat, 25 Desember 2015
Perlindungan dan Kekuatanku
Mazmur 46:1-3
Selama delapan menit kami berdua diberikan kesempatan untuk saling berbagi dalam suatu lokakarya penulisan renungan harian. Namun aku pribadi memerlukan lebih dari delapan menit—belum termasuk keberanian—untuk membagi segala perasaan terdalam dan pergumulan dengan orang yang baru saja kukenal. Bagaimanapun, kata-kata itu mengalir begitu mudah ketika aku dan pasanganku membicarakan tentang tantangan hidup ini.Mazmur 46:1-3
Dalam percakapan kami, ternyata rasa sakitku berpadu dengan yang dirasakan pasanganku. Aku menyadari bahwa rasa sakitku tidak lagi melemahkanku seperti pertama kali aku mengalaminya. Kami menemukan bahwa kami dapat mengatasi rasa sakit bukan karena waktu telah memulihkan luka kami, melainkan karena kami mencari perlindungan dalam Allah dan kekuatan melalui iman kami bahwa Dia dapat melakukan apa pun dalam keadaan kami.
Berdoa dan membaca Alkitab tiap hari menghibur dan mendorong kita untuk tetap teguh dalam iman. Keluarga, teman-teman, dan anggota gereja berdoa bagi kami serta bersama kami dan berdiri di samping kami dalam keadaan terburuk sekalipun di tengah keraguan dan keputusasaan. Allah menunjukkan bahwa kita tidak pernah sendirian dalam pergumulan kita.
Sabtu, 26 Desember 2015
Ingin Tetap Berusaha
I Tesalonika 5:16-18
Ketika aku baru berlari, latihannya sungguh berat. Tiap berlari bagaikan mendaki gunung yang tidak mungkin kudaki. Saat aku memaksa diriku untuk terus berlari, aku sadar bahwa mengingat segala berkat dalam hidupku itu membentuk pola pikirku. Selama berlari, dan saat tiba pada titik jenuh untuk berhenti, aku berseru kepada Allah, "Terima kasih untuk kedua kakiku yang sehat sehingga aku dapat berlari. Ada orang yang tidak dapat berlari walau mereka menginginkannya. Terima kasih untuk paru-paru yang memberikan udara selama aku berlari. Terima kasih untuk napasku. Ada orang yang tengah berjuang untuk bernapas." Doa mengubah fokusku dan menolongku untuk melewati hal terberat saat berlari.I Tesalonika 5:16-18
Begitu pun, saat menghadapi kesulitan, terkadang aku ingin berhenti berusaha. Aku ingin mengasihani diriku sendiri, dan saat melakukan hal itu yang kudapatkan adalah keputusasaan dan kekecewaan. Aku belajar untuk melihat segala sesuatu untuk disyukuri walau dalam keadaan yang tidak kusukai sekalipun.
Doa membantu kehidupanku menjadi lebih baik. Mengingat segala berkat hanyalah sebuah tindakan sederhana, tetapi dapat membuat perubahan besar di hati. Saat putus asa, aku mengingat apa yang Allah telah berikan kepadaku; dan aku mendapatkan kekuatan baru untuk tetap berusaha. Perubahan fokus menyebabkan perubahan sikap dan motivasi kita.
Minggu, 27 Desember 2015
Cerminan
I Yohanes 1:3-9
Salah satu jepretan foto favoritku adalah Gunung Rainier dengan puncaknya yang tertutup salju, terpantul jelas di danau dekatnya yang tenang dan jernih. Melihat foto itu mengingatkanku bahwa aku dipanggil untuk menjadi cerminan Kristus dalam kehidupanku sehari-hari. Perkataan, perbuatan, segalanya tentang aku dapat menjadi cerminan Kristus bagi sekelilingku.I Yohanes 1:3-9
Aku sering bertanya-tanya apakah perbuatanku telah mencerminkan kasih Yesus sebagaimana air yang tenang telah memantulkan Gunung Rainier? Aku meragukannya! Namun tidak ada gambar Gunung Rainier yang sempurna terpantul di gambar. Aku tidak sempurna sebagai cerminan Kristus, tetapi aku tahu bahwa Allah bukan mengharapkanku untuk menjadi sempurna, melainkan hanya berharap pada kesetiaanku. Bahkan dengan ketidaksempurnaan kita, Allah memanggil kita untuk menjadi cerminan kasih-Nya yang setia. Siapa yang akan melihat Kristus melalui kita hari ini'?
Saat Teduh 14 - 20 Desember 2015
Ayat Hafalan:
Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. (Mazmur 130:6)
Senin, 14 Desember 2015
Gulma Apa?
Markus 4:3-20
Markus 4:3-20
Aku suka berkebun dan senang membagikan buah-buah hasil kebunku kepada tetangga dan teman-teman. Pekerjaan kesenanganku adalah menjaga gulma. Jika tidak diawasi, gulma-gulma itu akan mematahkan tanaman yang sehat, dan mengurangi hasil panen. Aku harus meluangkan waktu untuk menarik gulma tersebut, memastikan akarnya tercabut sehingga tidak tumbuh kembali.
Menyiangi kebun mengingatkanku betapa mudahnya aku membiarkan alang-alang tumbuh dalam kehidupan rohaniku. Segala macam gangguan, hal negatif, dan godaan dapat berakar sangat cepat. Saat mereka tidak diawasi, mereka akan menahan kita untuk menghasilkan buah rohani. Perumpamaan Yesus tentang penabur mengajar kita untuk tidak membiarkan kekhawatiran dalam dunia ini, godaan kekayaan, dan segala keinginan lainnya masuk mengimpit Firman. Memerlukan kerja keras untuk mengangkat segala hambatan keluar dari kehidupan kita. Namun dengan ketekunan, kita dapat meninggalkan semua kekhawatiran di belakang kita dan menggantinya dengan kasih Kristus. Lalu, kita dapat berbagi kasih-Nya dengan siapa pun yang kita temui.
Menyiangi kebun mengingatkanku betapa mudahnya aku membiarkan alang-alang tumbuh dalam kehidupan rohaniku. Segala macam gangguan, hal negatif, dan godaan dapat berakar sangat cepat. Saat mereka tidak diawasi, mereka akan menahan kita untuk menghasilkan buah rohani. Perumpamaan Yesus tentang penabur mengajar kita untuk tidak membiarkan kekhawatiran dalam dunia ini, godaan kekayaan, dan segala keinginan lainnya masuk mengimpit Firman. Memerlukan kerja keras untuk mengangkat segala hambatan keluar dari kehidupan kita. Namun dengan ketekunan, kita dapat meninggalkan semua kekhawatiran di belakang kita dan menggantinya dengan kasih Kristus. Lalu, kita dapat berbagi kasih-Nya dengan siapa pun yang kita temui.
Selasa, 15 Desember 2015
Rabu, 16 Desember 2015
Kamis, 17 Desember 2015
Begitu juga di dalam kekristenan kita. Kita dapat berkata panjang lebar tentang Alkitab dan menjelaskan berbagai hal dalam aspek keyakinan iman kita. Namun saat kita tidak mempraktikkan iman itu dalam hidup, kita bagaikan lilin yang tidak pernah dinyalakan. Iman kita begitu dangkal. Seperti pelita yang dinyalakan dan diletakkan di bawah gantang, kita gagal untuk membagikan terang dan pengharapan Kristus serta menggenapi perintah-Nya untuk menerangi orang-orang yang terhina dan terhilang. (Bacalah Matius 25:40)
Di tiap musim kehidupan, kita akan menemukan komitmen baru untuk menjadi tangan dan kaki Yesus, melayani mereka yang membutuhkan kapan pun dan di mana pun mereka kita jumpai.
Sabtu, 19 Desember 2015
Namun hal ini tidak selalu seperti ini. Beberapa tahun lalu kami sempat sulit berkomunikasi, meskipun kami saling mencintai. Akhirnya kami menjadi tidak yakin satu sama lain, kaku, dan jarang bertukar cerita. Aku tidak ingin menelepon dan mengganggunya hanya untuk hal sepele.
Sebagian di antara kita sering meluangkan waktu bersama Allah seperti aku dan putriku dahulu. Kita mengabaikan doa, menjauhkan diri kita dari Tuhan, dan mengalami hubungan yang tidak intim. Kita mulai berpikir bahwa Yesus tidak peduli terhadap kita, buang waktu dengan kita. Namun sebenarnya justru sebaliknya. Allah ingin kita berdoa tanpa henti. (Bacalah I Tes. 5:17) Dia tidak pernah lelah memperhatikan tiap detail kehidupan kita. Seperti percakapanku dengan putriku, makin aku sering berdoa, makin mudah untuk membuka jiwaku bagi Allah. Kita dapat mempercayai-Nya untuk rahasia, kesulitan, dan kesedihan kita. Karena Allah mencintai kita lebih dari siapa pun.
Tempat yang Allah Sediakan Bagiku
Efesus 4:11-16
Efesus 4:11-16
Saat mengunjungi Maria, dari dalam rumahnya yang bersih dan rapi, aku mencium aroma roti yang baru selesai dipanggang. Segala sesuatunya disiapkan untuk menyambut kedatangan suami dari kantor dan ketiga anak laki-lakinya dari sekolah. Tetapi Maria tidak bahagia.
"Khotbah hari Minggu lalu berbicara tentang menggunakan talenta," katanya, "tetapi aku tidak merasa memilikinya. Aku langsung menikah setelah tamat sekolah dan ketika anak-anakku lahir, aku tidak dapat melanjutkan pekerjaanku di kantor. Sampai hari ini, aku tidak pernah menceritakan kepada orang lain tentang Yesus dan kasih-Nya." Aku meyakinkan Maria bahwa tiap hari ia sudah mencerminkan kasih Yesus kepada orang lain. Anak-anak laki-lakinya selalu membawa teman-teman mereka main ke rumah dan mereka sangat betah karena merasa dikasihi dan diterima. Di samping bersikap ramah, Maria juga mendukung suaminya dalam banyak kegiatan lainnya. Sejauh ini, Maria adalah pendengar yang sabar terhadap tetangganya dan melakukan beberapa pelayanan di gereja. Ia adalah perpaduan tokoh Marta dan Maria dalam cerita Alkitab.
Ada beberapa orang yang memiliki panggilan pelayanan ke luar negeri; tetapi ada juga di rumah, kantor, gereja, atau tetangga. Di mana pun kita melayani Allah dan tetangga kita adalah tempat di mana Dia memerlukan kita.
"Khotbah hari Minggu lalu berbicara tentang menggunakan talenta," katanya, "tetapi aku tidak merasa memilikinya. Aku langsung menikah setelah tamat sekolah dan ketika anak-anakku lahir, aku tidak dapat melanjutkan pekerjaanku di kantor. Sampai hari ini, aku tidak pernah menceritakan kepada orang lain tentang Yesus dan kasih-Nya." Aku meyakinkan Maria bahwa tiap hari ia sudah mencerminkan kasih Yesus kepada orang lain. Anak-anak laki-lakinya selalu membawa teman-teman mereka main ke rumah dan mereka sangat betah karena merasa dikasihi dan diterima. Di samping bersikap ramah, Maria juga mendukung suaminya dalam banyak kegiatan lainnya. Sejauh ini, Maria adalah pendengar yang sabar terhadap tetangganya dan melakukan beberapa pelayanan di gereja. Ia adalah perpaduan tokoh Marta dan Maria dalam cerita Alkitab.
Ada beberapa orang yang memiliki panggilan pelayanan ke luar negeri; tetapi ada juga di rumah, kantor, gereja, atau tetangga. Di mana pun kita melayani Allah dan tetangga kita adalah tempat di mana Dia memerlukan kita.
Rabu, 16 Desember 2015
Waktu Bersama Ibu
Mazmur 71:15- 18
Mazmur 71:15- 18
Apa yang dapat kami lakukan hari ini? Aku memikirkan hal itu saat tiba di panti wreda. Ibuku sudah tidak bisa berkonsentrasi menonton acara televisi atau menemukan kata-kata yang tersembunyi dalam sebuah permainan tebak kata. Kebingungannya membuat percakapan menjadi sulit.
Aku melihat ibu mendengkur lembut di kursi, dan seluruh isi lemarinya bertumpuk di atas tempat tidur. Alkitabnya yang berwarna coklat berada di tumpukan kemejanya yang berwarna merah, hijau, dan biru. Aku sudah berbulan-bulan tidak membaca Alkitab. Lalu aku membuka Kitab Mazmur mulai membaca dengan keras. Saat aku melirik ibu, ia membuka matanya dan tersenyum padaku, “Terima kasih,” ia berbisik.
Pagi berikutnya, aku kembali menemukan Alkitab tergeletak di atas tumpukan baju. Aku membaca lagi, kali ini dari Perjanjian Baru. Membacakan Alkitab dengan keras untuk ibu menjadi kegiatan rutin hingga ia meninggal pada usia 97.
Ucapan terima kasih ibuku yang begitu sederhana telah mendorongku untuk terus membacakan untuknya, dan akhirnya aku menemukan kembali imanku yang telah hilang. Aku telah diingatkan bahwa Allah selalu bersamaku tiap waktu. Kini, aku seakan melihat wajah ibu dalam ingatanku tiap pagi saat aku mengambil Alkitabku sendiri.
Aku melihat ibu mendengkur lembut di kursi, dan seluruh isi lemarinya bertumpuk di atas tempat tidur. Alkitabnya yang berwarna coklat berada di tumpukan kemejanya yang berwarna merah, hijau, dan biru. Aku sudah berbulan-bulan tidak membaca Alkitab. Lalu aku membuka Kitab Mazmur mulai membaca dengan keras. Saat aku melirik ibu, ia membuka matanya dan tersenyum padaku, “Terima kasih,” ia berbisik.
Pagi berikutnya, aku kembali menemukan Alkitab tergeletak di atas tumpukan baju. Aku membaca lagi, kali ini dari Perjanjian Baru. Membacakan Alkitab dengan keras untuk ibu menjadi kegiatan rutin hingga ia meninggal pada usia 97.
Ucapan terima kasih ibuku yang begitu sederhana telah mendorongku untuk terus membacakan untuknya, dan akhirnya aku menemukan kembali imanku yang telah hilang. Aku telah diingatkan bahwa Allah selalu bersamaku tiap waktu. Kini, aku seakan melihat wajah ibu dalam ingatanku tiap pagi saat aku mengambil Alkitabku sendiri.
Kamis, 17 Desember 2015
Dekat dengan Allah
Mazmur 119:97-106
Mazmur 119:97-106
Belum lama ini aku berdiskusi dengan sahabatku tentang bagaimana kita belajar mengasihi Allah. Dia berkata padaku, “Lina, jika kita ingin belajar menulis puisi, kita harus membaca buku-buku puisi yang hebat. Jika kita bergaul dengan orang yang pintar memasak, kita akan pintar memasak juga. Maka jika kita ingin belajar mengasihi Allah dan membangun hubungan yang intim dengan-Nya, kita harus sering membaca Alkitab, yang berisi perkataan Allah bagi kita.”
Pemikiran sahabatku membuatku terdiam, tetapi aku tahu ia benar. Seketika aku ingat sahabatku lainnya yang memiliki hobi yang berbeda denganku. Namun setelah aku bergaul dengannya, aku pun jadi suka dengan hobinya!
Betapa pentingnya membaca Alkitab! Dari kata-katanya tentang kasih membuat kita makin mengenal Allah dan rencana indah-Nya bagi kita. Allah akan menjadi sahahat karib terdekat. Ketika kita berikan waktu untuk berdoa dan saat teduh dengan Allah, kita akan meniru kasih-Nya dan menjadi terang yang mengalahkan kegelapan dunia ini.
Pemikiran sahabatku membuatku terdiam, tetapi aku tahu ia benar. Seketika aku ingat sahabatku lainnya yang memiliki hobi yang berbeda denganku. Namun setelah aku bergaul dengannya, aku pun jadi suka dengan hobinya!
Betapa pentingnya membaca Alkitab! Dari kata-katanya tentang kasih membuat kita makin mengenal Allah dan rencana indah-Nya bagi kita. Allah akan menjadi sahahat karib terdekat. Ketika kita berikan waktu untuk berdoa dan saat teduh dengan Allah, kita akan meniru kasih-Nya dan menjadi terang yang mengalahkan kegelapan dunia ini.
Jumat, 18 Desember 2015
Bersinarlah!
Yohanes 1:1-9
Di meja dapur kami, aku sedang memperhatikan lilin yang semakin lama habis terbakar. Sumbunya terbakar perlahan-lahan dan segera membakar habis lilin itu. Kemudian apinya akan mati. Di saat bersamaan, aku mengingat dua lilin berbentuk permen bergaris di antara kumpulan dekorasi Natal. Mereka selalu tampak baru, walaupun barang itu dibeli sudah beberapa tahun yang lalu. Ibuku selalu menaruhnya sebagai dekor Natal utama di ruang tamunya. Namun ia tidak pernah membiarkan siapa pun menyalakan lilin lersebut. Lilin-lilin itu tidak bisa melaksanakan tugas utama mereka.Yohanes 1:1-9
Begitu juga di dalam kekristenan kita. Kita dapat berkata panjang lebar tentang Alkitab dan menjelaskan berbagai hal dalam aspek keyakinan iman kita. Namun saat kita tidak mempraktikkan iman itu dalam hidup, kita bagaikan lilin yang tidak pernah dinyalakan. Iman kita begitu dangkal. Seperti pelita yang dinyalakan dan diletakkan di bawah gantang, kita gagal untuk membagikan terang dan pengharapan Kristus serta menggenapi perintah-Nya untuk menerangi orang-orang yang terhina dan terhilang. (Bacalah Matius 25:40)
Di tiap musim kehidupan, kita akan menemukan komitmen baru untuk menjadi tangan dan kaki Yesus, melayani mereka yang membutuhkan kapan pun dan di mana pun mereka kita jumpai.
Sabtu, 19 Desember 2015
Membuka Hati
Filipi 4:4-8
Aku mengucapkan selamat tinggal dan menutup teleponku sambil tersenyum setelah percakapan panjang dengan putriku. Kami saling berbagi cerita tentang kehidupan kami. Tidak pernah ada yang kami sembunyikan satu sama lain agar tidak ada yang mengganjal sebelum kami mengakhiri percakapan kami. Kami saling mengenal satu sama lain dengan baik.Filipi 4:4-8
Namun hal ini tidak selalu seperti ini. Beberapa tahun lalu kami sempat sulit berkomunikasi, meskipun kami saling mencintai. Akhirnya kami menjadi tidak yakin satu sama lain, kaku, dan jarang bertukar cerita. Aku tidak ingin menelepon dan mengganggunya hanya untuk hal sepele.
Sebagian di antara kita sering meluangkan waktu bersama Allah seperti aku dan putriku dahulu. Kita mengabaikan doa, menjauhkan diri kita dari Tuhan, dan mengalami hubungan yang tidak intim. Kita mulai berpikir bahwa Yesus tidak peduli terhadap kita, buang waktu dengan kita. Namun sebenarnya justru sebaliknya. Allah ingin kita berdoa tanpa henti. (Bacalah I Tes. 5:17) Dia tidak pernah lelah memperhatikan tiap detail kehidupan kita. Seperti percakapanku dengan putriku, makin aku sering berdoa, makin mudah untuk membuka jiwaku bagi Allah. Kita dapat mempercayai-Nya untuk rahasia, kesulitan, dan kesedihan kita. Karena Allah mencintai kita lebih dari siapa pun.
Minggu, 20 Desember 2015
Kehidupan Rohani
Ibrani 12:1-3
Aku dan temanku menyelipkan surat ke kartu Natal kami. Ketika membuka kartu Cindy tahun ini, aku penasaran mendengar apa kegiatan keluarganya. Suratnya yang penuh keceriaan dimulai dengan pertanyaan, "Bagaimana kehidupan rohanimu?" Hal aneh dalam permulaan surat! Aku selalu menulis, "Apa kabar?" dan Cindy biasanya selalu melakukan hal yang sama. Caranya bertanya membuatku heran, tidak pedulikah ia pada kesehatanku? Aku mengidap penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan suamiku, Kurt, terkena kanker otak. Pertanyaannya menggangguku.Ibrani 12:1-3
Namun menjelang tahun baru, aku merenung mana yang lebih penting: kesehatan fisik atau rohani kita? Tentu saja, dengan segera aku mendapatkan jawabannya: kondisi kehidupan rohani kitalah yang penting. Allah mengetahui kehidupan rohaniku dan caraku menjalani hidup.
Pertanyaan Cindy membuatku menyadari bahwa aku harus lebih memperhatikan kehidupan rohaniku. Apakah aku membaca Alkitab tiap hari dan meluangkan waktu dengan teman seiman lainnya? Apakah kasihku kepada Allah telah kutunjukkan melalui perkataan dan perbuatanku? Apakah pikiranku tertuju kepada Yesus? Apakah aku selalu ingat berterima kasih kepada Allah seperti saat aku membuat permintaan? Semua ini akan memimpin kita semua pada kesehatan rohani yang lebih baik lagi.
Saat Teduh 7 - 13 Desember 2015
Ayat Hafalan:
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. (Mazmur 16:11)
Senin, 7 Desember 2015
Warisan Iman
Efesus 1:3-8
Efesus 1:3-8
Kenangan terindah masa kecilku adalah saat terbangun dari tidurku lalu mencari ibu. Seperti biasanya ia selalu ada di kamar sedang membaca Alkitab. Setelah menemukannya, aku langsung melompat ke pangkuannya, lalu kami membaca Alkitab bersama-sama. Pagi itu untuk pertama kalinya aku melihat Saat Teduh, sebuah buku renungan yang sudah dibacanya berpuluh-puluh tahun.
Setelah melewati tahun-tahun penuh pemberontakan semasa kuliah, aku mulai mengenal Kristus lebih dalam lagi melalui Saat Teduh yang selalu ibu kirim secara teratur. Aku mulai mempererat hubunganku dengan Allah, memulai hariku dengan membaca renungan.
Allah tidak pernah berubah, tetapi pemahaman kita akan Dia berubah dan makin bertumbuh. Belajar mempraktikkan iman dalam kehidupan sehari-hari akan membuat pemahaman kita akan Allah bertumbuh dan memberikan kita sebuah perspektif baru dalam hidup. Kegiatan ini menjadi dasar bagi hubungan bermakna dengan Allah yang memimpin kita tiap hari.
Kini, anak-anakku melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan dahulu dengan ibuku. Mereka bangun pagi-pagi, lalu naik ke pangkuanku, dan memperhatikanku menyelesaikan bacaan Saat Teduh. Pengalaman hidup sering berulang dari generasi ke generasi.
Setelah melewati tahun-tahun penuh pemberontakan semasa kuliah, aku mulai mengenal Kristus lebih dalam lagi melalui Saat Teduh yang selalu ibu kirim secara teratur. Aku mulai mempererat hubunganku dengan Allah, memulai hariku dengan membaca renungan.
Allah tidak pernah berubah, tetapi pemahaman kita akan Dia berubah dan makin bertumbuh. Belajar mempraktikkan iman dalam kehidupan sehari-hari akan membuat pemahaman kita akan Allah bertumbuh dan memberikan kita sebuah perspektif baru dalam hidup. Kegiatan ini menjadi dasar bagi hubungan bermakna dengan Allah yang memimpin kita tiap hari.
Kini, anak-anakku melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan dahulu dengan ibuku. Mereka bangun pagi-pagi, lalu naik ke pangkuanku, dan memperhatikanku menyelesaikan bacaan Saat Teduh. Pengalaman hidup sering berulang dari generasi ke generasi.
Selasa, 8 Desember 2015
Kamis, 10 Desember 2015
Pada minggu yang sama, kelompok di gerejaku sedang mempelajari tentang memaafkan. Kami membaca Amsal 20:23, dan mendiskusikan secara alkitabiah tentang kesalahan yang dilakukan terhadap kami. Lalu kami membaca Markus 11:25 yang memerintahkan kami untuk memaafkan tiap pelanggaran sebelum kami berdoa. Aku berpikir, agar dapat memaafkan, aku harus mencari cara melepaskan kepahitan. Aku pikir hanya ada satu solusi, yaitu berdoa agar Allah mengubahku. Dari waktu ke waktu doa tersebut telah menolongku mengatasi kepahitanku.
Allah dapat membebaskan kita dari kepahitan dan bentuk emosi lainnya yang menghancurkan sukacita kita dan menjauhkan kita untuk memaafkan orang lain. Kita selalu dapat berdiam diri sejenak, dan ketahuilah bahwa hanya Allah yang dapat membantu kita untuk berubah melalui doa.
Sabtu, 12 Desember 2015
Selama tujuh bulan aku berjuang melawan kanker, aku memanggil istriku, "teman sekamarku". Kehidupan rutin kami harus terhenti, tetapi ia tidak mengeluh. Ia mempedulikanku dan memberi tahu keluarga dan teman teman kami tentang perkembanganku. Aku yakin bahwa aku tidak akan ada di sini jika bukan karena mereka yang mengasihiku sepenuh hati.
Jika ada orang yang layak untuk dihormati hari ini, mereka adalah orang yang melayani orang sakit atau cacat dengan penuh perhatian. Walaupun mereka sering terlupakan, mereka seperti yang pemazmur katakan, orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku.
Diprogram Untuk Setia
Mazmur 1:1-6
Mazmur 1:1-6
Keadaaan dunia saat ini secara drastis sudah sangat berubah sejak penemuan komputer.Alat ini telah mengubah cara kita bekerja dan bermain. Komputer dipakai dalam mobil, mainan, peralatan, pesawat, alat keamanan rumah, dan telepon. Agar komputer itu berfungsi, diperlukan suatu rancangan secara rinci: cetak biru yang disebut program komputer. Sebuah program yang dirancang dengan baik memungkinkan perangkat mengerjakan tugas-tugas dengan baik pula.
Aku rasa Alkitab bisa disamakan seperti program komputer yang berada dalam pikiran dan hati kita, memampukan kita untuk hidup dengan setia. Saat kita membaca dan merenungkan Firman, Roh Kudus akan memberikan pencerahan kepada kita. Ketika kita meluangkan waktu untuk mendalami kebenaran Allah, Roh Kudus akan mengubah kita, memberikan kita kemampuan untuk mengerti dan menaati Firman Allah. Jika kita merenungkan Firman Allah tentang kasih, misalnya, Roh Kudus dapat menolong kita untuk memahami kebaikan Tuhan dan bersikap baik terhadap orang lain. Saat kita memilih Firman Allah sebagai fokus, kita diprogram untuk menuju kehidupan rohani yang lebih sempurna.
Rabu, 9 Desember 2015
Aku rasa Alkitab bisa disamakan seperti program komputer yang berada dalam pikiran dan hati kita, memampukan kita untuk hidup dengan setia. Saat kita membaca dan merenungkan Firman, Roh Kudus akan memberikan pencerahan kepada kita. Ketika kita meluangkan waktu untuk mendalami kebenaran Allah, Roh Kudus akan mengubah kita, memberikan kita kemampuan untuk mengerti dan menaati Firman Allah. Jika kita merenungkan Firman Allah tentang kasih, misalnya, Roh Kudus dapat menolong kita untuk memahami kebaikan Tuhan dan bersikap baik terhadap orang lain. Saat kita memilih Firman Allah sebagai fokus, kita diprogram untuk menuju kehidupan rohani yang lebih sempurna.
Rabu, 9 Desember 2015
Doa di Masa Aniaya
Kisah Para Rasul 12:1-11
Kisah Para Rasul 12:1-11
Membaca tentang para martir modern menantangku untuk berdoa tiap hari bagi negara-negara di dunia yang sedang terancam bahaya karena menjadi pengikut Yesus. Aku membaca tentang seorang gadis muda yang diancam akan dibunuh ibunya sendiri jika ia menerima Yesus. Pasangan muda Kristen yang akan menikah justru dijebloskan ke penjara selama 15 tahun. Saat mencoba untuk melarikan diri, perempuan itu malah dipukuli di bandara, lalu ditangkap polisi. Pasangan ini sekarang sedang dalam persembunyian.
Situasi semacam ini mengingatkanku untuk selalu berdoa sungguh-sungguh bagi semua orang yang sedang mencari Allah—khususnya mereka yang sedang menghadapi situasi sebagaimana diceritakan di atas. Aku telah memutuskan untuk mendoakan tiap negara di dunia tiap tahun. Demikianlah, aku memilih satu negara tiap hari selama seminggu. Lalu aku berdoa agar Allah memberkati setiap negara. Untuk negara yang membenci kekristenan, aku berdoa agar Allah membangkitkan individu-individu yang akan memperkenalkan Kristus kepada penduduk mereka. Aku berdoa agar Alkitab diterjemahkan ke lebih banyak bahasa lagi dan bagi para sukarelawan yang mencurahkan waktu mereka untuk mempelajari bahasa itu dapat pergi dan mengajarkannya. Harapanku adalah generasi berikutnya yang tinggal di negara tersebut akan belajar tentang Yesus dan hidup sesuai prinsip-prinsip-Nya.
Situasi semacam ini mengingatkanku untuk selalu berdoa sungguh-sungguh bagi semua orang yang sedang mencari Allah—khususnya mereka yang sedang menghadapi situasi sebagaimana diceritakan di atas. Aku telah memutuskan untuk mendoakan tiap negara di dunia tiap tahun. Demikianlah, aku memilih satu negara tiap hari selama seminggu. Lalu aku berdoa agar Allah memberkati setiap negara. Untuk negara yang membenci kekristenan, aku berdoa agar Allah membangkitkan individu-individu yang akan memperkenalkan Kristus kepada penduduk mereka. Aku berdoa agar Alkitab diterjemahkan ke lebih banyak bahasa lagi dan bagi para sukarelawan yang mencurahkan waktu mereka untuk mempelajari bahasa itu dapat pergi dan mengajarkannya. Harapanku adalah generasi berikutnya yang tinggal di negara tersebut akan belajar tentang Yesus dan hidup sesuai prinsip-prinsip-Nya.
Kamis, 10 Desember 2015
Komitmen dan Kesetiaan
Mazmur 46:4-11
Mazmur 46:4-11
Saat aku dan istriku berdoa bersama sebelum tidur, Bubu, anjing kami, selalu melompat ke sofa di samping kami. Ini dilakukannya karena ia ingin lebih dekat lagi dengan kami. Saat kami mulai berdoa, ia menaruh kepalanya di pangkuan istriku, dan sebelum kami ucapkan "Amin," Bubu tertidur. Dengan komitmen dan kesetiaannya, Bubu melakukan ini tiap malam.
Keinginan Bubu untuk dekat dengan kami telah mengajarku sesuatu tentang doa. Beberapa kali sementara berdoa, aku hanya fokus pada permintaanku kepada Allah bagi diriku sendiri—bukan tentang arti kehadiran-Nya bagiku. Saat itu aku tidak dapat mengalami sepenuhnya manfaat dari nasihat Rasul Petrus saat ia menulis, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (I Ptr.5:7). Aku terlalu fokus untuk menyerahkan kekhawatiranku kepada Allah sehingga aku tidak terlalu memperhatikan bagian yang mengatakan "Sebab Ia yang memelihara kamu." Kini, tiap kali berdoa, aku ingat untuk berfokus kepada Allah serta kuasa kehadiran-Nya yang mengasihi dan menenangkan segala kekhawatiran serta ketakutanku.
Keinginan Bubu untuk dekat dengan kami telah mengajarku sesuatu tentang doa. Beberapa kali sementara berdoa, aku hanya fokus pada permintaanku kepada Allah bagi diriku sendiri—bukan tentang arti kehadiran-Nya bagiku. Saat itu aku tidak dapat mengalami sepenuhnya manfaat dari nasihat Rasul Petrus saat ia menulis, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (I Ptr.5:7). Aku terlalu fokus untuk menyerahkan kekhawatiranku kepada Allah sehingga aku tidak terlalu memperhatikan bagian yang mengatakan "Sebab Ia yang memelihara kamu." Kini, tiap kali berdoa, aku ingat untuk berfokus kepada Allah serta kuasa kehadiran-Nya yang mengasihi dan menenangkan segala kekhawatiran serta ketakutanku.
Jumat, 11 Desember 2015
Melepaskan Kepahitan
2 Korintus 2:5-10
Aku masuk kuliah dengan impian menjadi kreator acara televisi dan hiburan seperti film. Setelah lulus, beberapa acara stasiun televisi lokal dan film tempatku bekerja tidak menghasilkan proyek tambahan. Dari waktu ke waktu impianku memudar, namun tidak lama kemudian aku ditawari kesempatan kedua. Aku bekerja berbulan-bulan untuk mewujudkan kesempatan ini, namun kemudian rekan bisnisku mengatakan bahwa ia tidak tertarik lagi. Aku merasa sangat marah, dikhianati, dan murka.2 Korintus 2:5-10
Pada minggu yang sama, kelompok di gerejaku sedang mempelajari tentang memaafkan. Kami membaca Amsal 20:23, dan mendiskusikan secara alkitabiah tentang kesalahan yang dilakukan terhadap kami. Lalu kami membaca Markus 11:25 yang memerintahkan kami untuk memaafkan tiap pelanggaran sebelum kami berdoa. Aku berpikir, agar dapat memaafkan, aku harus mencari cara melepaskan kepahitan. Aku pikir hanya ada satu solusi, yaitu berdoa agar Allah mengubahku. Dari waktu ke waktu doa tersebut telah menolongku mengatasi kepahitanku.
Allah dapat membebaskan kita dari kepahitan dan bentuk emosi lainnya yang menghancurkan sukacita kita dan menjauhkan kita untuk memaafkan orang lain. Kita selalu dapat berdiam diri sejenak, dan ketahuilah bahwa hanya Allah yang dapat membantu kita untuk berubah melalui doa.
Sabtu, 12 Desember 2015
Orang-Orang Mulia
Markus 2:1-12
Dalam bacaan hari ini empat orang teman dari orang lumpuh itu tidak membiarkan rintangan menghambat mereka untuk membawa teman mereka kepada Yesus. Mereka membuka atap rumah saat Yesus sedang berkhotbah. Aku percaya bahwa usaha mereka membawa orang ini kepada Tuhan hanyalah sebagian kecil dari waktu yang mereka habiskan baginya. Siapa yang mengurus dan memberinya makan? Siapa yang membantunya buang air dan membersihkannya? Siapa yang menyediakan tempat tinggal baginya? Apakah empat laki-laki ini adalah perawatnya? Tidak diragukan lagi hidupnya bukan hanya di tangan mereka, melainkan dalam hati mereka.Markus 2:1-12
Selama tujuh bulan aku berjuang melawan kanker, aku memanggil istriku, "teman sekamarku". Kehidupan rutin kami harus terhenti, tetapi ia tidak mengeluh. Ia mempedulikanku dan memberi tahu keluarga dan teman teman kami tentang perkembanganku. Aku yakin bahwa aku tidak akan ada di sini jika bukan karena mereka yang mengasihiku sepenuh hati.
Jika ada orang yang layak untuk dihormati hari ini, mereka adalah orang yang melayani orang sakit atau cacat dengan penuh perhatian. Walaupun mereka sering terlupakan, mereka seperti yang pemazmur katakan, orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku.
Minggu, 13 Desember 2015
Biarkan Bersalju
Yesaya 55:8-13
Bagiku, salah satu kenikmatan terbesar selama musim dingin adalah berjalan-jalan di salju yang lembut. Udara dingin dan segar; serta jejak kakiku lembut terdengar saat melangkah. Salju itu indah, diciptakan untuk suatu tujuan. Salju tebal yang jatuh di ladang dan gunung meresap ke tanah dan akan menambah cadangan air di bawah tanah. Setelah itu tanah dan semua yang hidup di atasnya akan tumbuh dan segar kembali. Sisa salju yang sudah mencair segera mengalir ke sungai lalu ke laut, kemudian menguap, dan naik ke atas menjadi awan serta kembali lagi ke siklus semula.Yesaya 55:8-13
Demikian pula Firman Allah dalam hati dan pikiran kita. Saat membaca Alkitab, mungkin sesuai dengan pengalaman kita ketika itu atau mungkin tidak segera meresap, tetapi tetap tinggal dalam hati kita hingga waktunya tiba. Selama siklus kehidupan kita berlangsung, pasti akan bertumbuh dan menyegarkan jiwa kita.
Langganan:
Postingan (Atom)